Hujan semakin lebat, dan angin dingin terus bertiup. Tang Xinyan pun menggigil kedinginan.
Di tengah hujan, tubuh rampingnya terlihat lebih kurus.
Ia tidak bisa menarik ujung sepatu hak tingginya. Begitu ia akan berjongkok untuk memeriksanya, mobil Bentley berwarna hitam datang ke arahnya.
Mo Chiwei turun dari mobil dan berdiri tegak sambil membawa payung.
Mo Chiwei berjalan ke arahnya dan menyerahkan payung padanya. "Peganglah ini, aku akan membantumu."
Bibir Tang Xinyan tampak sedikit pucat. Ketika ingin menolak, Mo Chiwei sudah berjongkok dan menggenggam pergelangan kakinya yang ramping.
Saat telapak tangan yang hangat menyentuh kulitnya, Tang Xinyan merasa seperti tersengat listrik.
Mo Chiwei melirik Tang Xinyan dan berkata dengan nada dingin, "Berdiri tegak dan jangan bergerak!"
Tang Xinyan menatap pria di depannya itu. Mo Chiwei memegang pergelangan kaki Tang Xinyan dengan satu tangan dan memegang ujung sepatu hak tinggi dengan satu tangan lainnya. Ia fokus menarik sepatu hak tinggi Tang Xinyan. Bahu lebar Mo Chiwei terkena hujan. Tang Xinyan diam-diam memindahkan payung ke atas kepala Mo Chiwei.
Setelah beberapa detik, ujung sepatu hak tingginya berhasil ditarik keluar dari lubang penutup selokan itu.
Setelah berdiri dengan stabil, Tang Xinyan mengembalikan payung. "Terima kasih."
Mo Chiwei tidak mengambil payungnya. Ia justru berdiri tegak dan melihat wanita ramping dan mungil di depannya itu. "Kau mau pergi ke mana? Aku akan mengantarmu." Suaranya terdengar sangat tenang.
Tang Xinyan menunjuk ke halte bus tidak jauh di depan sana dan menggelengkan kepalanya. "Aku sudah basah kuyup. Aku tidak ingin membuat mobilmu basah." Jika dia tidak salah menebak, harga mobil Mo Chiwei sekitar puluhan juta yuan.
Mo Chiwei tidak mengatakan apa-apa lagi. Ia berbalik dan kembali ke mobil Bentley miliknya di tengah hujan.
Setelah mobil Bentley Mo Chiwei pun melaju jauh, Tang Xinyan baru menyadari bahwa payung Mo Chiwei masih ada di tangannya.
Sesampainya di apartemennya di area Shanhu, Tang Xinyan mandi dengan air panas dan beristirahat di tempat tidur.
Ia meringkuk dan memeluk kakinya, seperti anak yang kesepian dan tak berdaya.
Begitu memikirkan tentang Fu Sichen, ia merasa sesak napas lagi.
Dulu ia berpikir bahwa bahkan meskipun ada pria lain memperlakukannya dengan jahat, Fu Sichen tidak akan pernah melukainya.
Sejak kecil sampai sekarang, hanya ada Fu Sichen di sisinya. Bahkan setelah memasuki industri hiburan dan membintangi dua film, ia selalu menjaga keperawanannya demi Fu Sichen.
Tang Xinyan adalah wanita yang konservatif. Ia menolak untuk menyerahkan keperawanannya pada Fu Sichen sebelum menikah.
Tapi apa yang ia dapat setelah menikah?
Ia telah dijebak, dikhianati, dihina dan dilukai Fu Sichen…
Fu Sichen adalah pria yang berada di sisinya sejak mereka masih kecil. Baginya, Fu Sichen telah menjadi bagian yang tak terpisahkan dari hidupnya. Sebelum peristiwa tadi malam, ia sangat percaya dan bergantung pada Fu Sichen. Demi Fu Sichen, ia rela keluar dari industri hiburan dan menyenangkan ibu serta adik Fu Sichen.
Tang Xinyan tahu bahwa dirinya masih memiliki banyak kekurangan, seperti sedikit arogan, terlalu mandiri, dan tidak pandai menghibur orang. Ia bahkan tidak ingin menjelaskan rumor buruknya pada media.
Tang Xinyan pikir bahwa Fu Sichen paling kenal dan percaya padanya.
Ternyata, Tang Xinyan terlalu percaya diri terhadap hubungan mereka.
Tang Xinyan menggelengkan kepalanya dan tidak ingin memikirkan Fu Sichen lagi.
Setelah kejadian semalam, hubungan mereka tidak akan kembali seperti semula.
Ia akan berusaha untuk melindungi hatinya dan mencoba untuk menghapus segala tentang Fu Sichen dari lubuk hatinya.
Ia berbalik badan dan memejamkan matanya. Ketika dia ingin tidur, entah bagaimana ada wajah tampan yang muncul di benaknya.
Alis yang cantik, mata berwarna hitam, hidung mancung, dan bibir yang tipis...
Ia teringat adegan di mana pria itu berjongkok dan menarik ujung sepatu hak tingginya dari penutup selokan. Lengan pria itu sangat kuat dan memiliki otot yang sempurna.