Setelah kami memasuki jalur kiri tadi, ada banyak sekali keanehan. Jalan-jalan semakin gelap, semakin banyak sampah dan drum-drum minyak. Dan betapa terkejutnya kami, ternyata kami semakin masuk ke dalam Negeri Dark Light. Kami mengetahui hal itu, ketika kami melihat penduduk di negeri itu, yaitu manusia dan alien yang berpakaian serba hitam.
Tiba-tiba, mobil kami dipaksa berhenti oleh segerombolan manusia berpakaian hitam. Kami disuruh keluar dari mobil. Aku sangat ketakutan sekali, terlebih lagi kakak, nenek dan pamanku. Dan dari segerombolan manusia tadi, keluarlah seorang manusia bertubuh besar dan tinggi dengan memakai mahkota diatas kepala nya. Di sampingnya, ada seorang Pemuda tampan yang gagah dan tegap dengan membawa samurai di pinggangnya.
"Hahahaha...! Selamat datang di negeriku" sapa manusia bertubuh besar tadi. "Kalian sudah berani memasuki wilayahku, dan sebagai akibatnya kalian harus mati!" kata Raja itu.
Akupun semakin ketakutan, namun entah mengapa, yang kutakutkan bukan tentang hidup ku, tetapi hidup keluargaku. Aku tidak mau mereka mati disini. Akupun menangis tersedu-sedu. "Hei! Jangan menangis disini!" bentak Raja itu. Lalu akupun menghapus air mataku dan langsung menatap mata Raja yang kejam itu dengan penuh amarah. "Wah, wah, wah, cantik sekali dirimu ternyata. Namun sayang sekali, kau harus mati disini! Hahaha... Benarkan, anakku?" tanya Raja itu pada Pemuda yang membawa samurai. Ternyata Pemuda tampan itu adalah anak dari Raja Negeri Dark Light.
Saat ayahnya bertanya padanya tentang hal itu, ia langsung menatap mataku dengan matanya yang tajam seperti mata elang. "Benar Ayah, perempuan ini sangat cantik" jawabnya tegas sambil tersenyum sinis padaku.
Hatiku sangat hancur saat itu, aku tidak tahu harus melakukan apa. Aku hanya bisa melihat kakak, nenek dan pamanku menangis tersedu-sedu. Walaupun kami sudah memohon pada Raja untuk tidak menghukum mati kami, ia tetap tidak peduli. "Bawa mereka ke penjara!" perintah Raja itu kepada para pengawal nya.
Kami dimasukkan dalam penjara yang berbeda-beda. Di dalam penjara itu, hanya ada sekam-sekam, bebatuan dan seberkas cahaya. Akupun terdiam dan bicara dalam hati, "Apa yang harus kulakukan?". Tiba-tiba, aku teringat dengan kedua orang tuaku di Planet Bumi. Seketika aku sangat merindukan mereka. Saat aku menangis, terdengar suara lelaki dari luar penjara, "Berhentilah menangis dan makan ini". Ternyata suara itu adalah suara anak Raja tersebut.
Saat ia mau pergi, akupun memberanikan diri dan bertanya, "Em... sebentar, namamu siapa?" tanyaku dengan nada lirih. Ia hanya terdiam sejenak, lalu memalingkan wajahnya padaku dan berkata, "Aku mencintaimu". Akupun lalu terdiam dan keheranan mendengar hal itu, ia langsung pergi setelah mengatakannya. Aku bingung dan merasa aneh. Perutku yang tadinya memang lapar menjadi tidak lapar lagi.
Hatiku berdebar dan memanggil Ayahku sambil menangis, "Ayah, ayah, aku merindukan mu. Aku harus bagaimana Ayah?" tangisku dengan sangat lirih. Aku tidak menaruh hati pada Pemuda itu. Ia memang sangat tampan dan gagah, namun aku justru membencinya, karena ayahnya akan melukai keluarga ku.
Malam hari pun tiba, cahaya bulan memasuki ruangan penjaraku. Aku memandang cahaya buram tersebut dan mengingat satu hal yang pernah dikatakan Ayahku, "Terkadang, berbohong itu juga diperlukan demi kebaikan bersama. Ayah mengajarimu untuk tidak berbohong dan berkata jujur. Namun, jika keadaan memang sangat memaksamu untuk berbohong, maka berbohong lah. Tapi, ingatlah satu hal ini, suatu saat kau akan menyesali kebohongan mu itu".
Dan malam itu, aku menyusun rencana yang akan kulakukan esok pagi. Aku tidak tahu kapan kami akan dibunuh, yang kutahu aku harus mampu melakukan sesuatu untuk menyelamatkan keluargaku selagi masih ada waktu.
*. *. *.