Sekarang hanya tinggal aku saja yang ada di Negeri Dark Light. Keluarga ku sudah sampai dengan selamat di Negeri Calista. Aku tidak menyesal, karena telah berkorban demi keluargaku.
Di Negeri Dark Light, aku bekerja sebagai pembantu di istana Kerajaan. Setidaknya, ini jauh lebih baik daripada harus tinggal di penjara. Akupun tidak berharap untuk menjadi istri dari Pangeran Four, karena aku memang tidak mencintainya.
Saat malam hari tiba, aku berada di dalam kamar khusus untuk para pembantu Kerajaan. Hanya ada sebuah ranjang tempat tidur berukuran kecil dan sebuah lampu neon orange. Aku kembali mengingat Four dan akupun tidak bisa tertidur. Tiba-tiba, terdengar suara seseorang yang mengetuk pintu kamarku, "Buka! Ini adalah pengawal Kerajaan". Akupun membuka pintu dan pengawal memberiku sebuah surat.
Aku membaca surat itu dan sangat terkejut, ternyata besok adalah acara Pertunangan Pangeran Four. Hatiku kacau. Antara senang dan sedih. Semua bercampur menjadi satu. Lalu, di dalam kamar aku berdoa sambil menangis kepada Tuhan, "Tuhan, Engkau tahu bahwa aku tidak mencintainya. Tapi, kenapa saat surat ini sampai kepadaku, hatiku kacau Tuhan? Tuhan, selama ini aku hanya mempermainkan nya. Aku melakukan itu agar ia mau membebaskan keluarga ku. Maafkan aku Tuhan. Aku tidak mencintainya", tangisku.
Tiba-tiba, pintu kamarku terbuka begitu kerasnya. Betapa terkejutnya aku, ketika melihat Four berdiri di depan kamarku. "e..e..Four..", panggilku pelan dan takut sambil mengusap air mata ku. "Kau tidak mencintaiku?", tanyanya pelan sambil menahan amarahnya. Aku hanya tertunduk malu dan diam. "Jawab aku!!!", bentaknya. "Heh, hebat, hebat", katanya sambil bertepuk tangan dan mengusap air mata nya. "Jadi, kau melakukan ini untuk keluargamu, bukan? Dan keluarga mu sudah bebas. Berarti kau berhasil, kau menang!!", teriaknya sambil menangis.
Lalu, ia menarik rambutku dengan begitu kuatnya dan membanting ku ke tanah. Aku menangis tersedu-sedu dan merasa sangat bersalah. Aku tertunduk sambil menangis hebat. Ia lalu mengambil samurai yang ada di pinggangnya dan menggenggam nya erat-erat.
Dalam hatiku, pantas aku mendapatkan ini. Dan sejak dulu, aku memang sudah seharusnya mendapatkan ini. Four lalu berlutut dan menarik rambutku lagi sambil berkata, "Tatap aku!", bentaknya. Lalu aku melihatnya dengan berlinang air mata. Seketika, saat Four menatapku, ia menjatuhkan samurainya, berdiri dan kemudian pergi. Namun, dengan cepat aku berkata, "Berhenti Four. Kenapa kau tidak melakukannya? Ini pantas kudapatkan. Aku sudah sangat mengecewakanmu, bukan?", kata ku sambil menangis.
Ia lalu berbalik menghadap ke arah ku dan berkata, "Kau tahu, apa yang membuatku jatuh cinta padamu? Matamu. Matamu lah yang mampu membuatku jatuh cinta padamu. Kau masih ingat, saat kau berani menatap mata Ayahku? Dan aku kembali menatap matamu? Saat itulah hatiku jatuh padamu. Tapi aku bodoh...", katanya sambil pergi meninggalkan aku.
Sebelum ia keluar dari pintu kamarku, ia menambahkan, "Oh ya, besok adalah acara Pertunangan ku. Sebelumnya aku ke sini, untuk membicarakan hal itu padamu. Tapi, aku sudah tahu jawabannya", lalu pergilah Four dari kamarku dengan berlinang air mata.
Aku menangis begitu kerasnya dalam kamarku. Aku sangat merasa bersalah. Aku berbicara dalam batinku, "Bukankah aku membenci Four? Seharusnya aku bahagia dia seperti ini, tapi mengapa aku menangis?", tanyaku penuh penasaran.
Cahaya rembulan malam itu, kembali memasuki kamar ku dan menyinari wajahku. Akupun teringat akan perkataan Ayahku, bahwa suatu saat nanti, aku akan menyesali kebohongan yang telah kulakukan. Dan itu semua terbukti. Aku sangat menyesal telah menyakiti Four. Four benar-benar mencintai ku, bahkan ia tidak tega untuk membunuhku, meski aku sudah mengecewakannya. Malam itu bagaikan malam paling berat dalam hidup ku.
*. *. *.