Chereads / Two People / Chapter 4 - BAB 4 Keselamatan

Chapter 4 - BAB 4 Keselamatan

Di tepi tebing itu, aku melakukan kebohongan dengan seorang Pangeran dari Negeri Dark Light. Aku berjalan seorang diri menuju penjara, tak ada satupun yang mengawasi ku, jalanan sepi menuju penjara, sedangkan Four? Dia sudah pergi kembali ke istana.

Tiba-tiba hujan lebat turun. Tapi, aku sengaja tidak berlindung dan menerobos hujan itu. Menurut ku, aku adalah manusia yang paling menyedihkan di dunia ini. Aku hanya melamun di sepanjang jalan, dan tiba-tiba kaki ku tersandung batu, aku terjatuh.

Dan datanglah tangan seseorang ke arah ku, aku lalu memandang ke atas untuk melihat siapakah itu. Ternyata, dia adalah Four. Sejenak aku menatap matanya dan tidak membalas bantuan tangannya. Di matanya terlihat cinta tulus tanpa balas kepada ku. Dan aku? Aku hanya mempermainkannya. Lalu ia mengacaukan khayalanku dan membantu ku berdiri.

Akupun bertanya, "Sejak kapan kau ada disini?", tanyaku padanya. "Sejak kau mulai mencintai ku", jawab Four singkat. Aku hanya terdiam dan termenung, lalu berkata, "Four, apa kau memang benar-benar mencintai ku?", tanyaku dengan wajah datar. Ia terdiam sejenak, hanya suara air hujan yang terjatuh di tanah yang terdengar. "Aku sangat mencintaimu. Kita memang berasal dari negeri yang berbeda, tapi kita sesama manusia, bukan? Jadi, tidak akan ada hal yang dapat memisahkan kita", jawabnya dengan tegas. "Aku menginginkan satu hal Four", pintaku padanya tanpa rasa takut. "Apa itu?", tanya nya. "Kumohon bebaskan keluarga ku dari hukuman ini", pintaku pada Four sambil menyatukan kedua telapak tangan ku.

Lalu, ia tertawa dan berkata, "Hahaha...Kau tidak perlu cemas. Aku sudah membebaskan mereka, bahkan aku sudah mengantarkan mereka ke Negeri Calista. Jika kau tidak percaya, pergi dan lihatlah sendiri", jawabnya sambil tersenyum manis. Namun saat itu, aku langsung percaya padanya dan yakin tentang semua yang dikatakan nya. Aku lalu mendekatinya dan berkata, "Four..". "Ya?", jawabnya sambil tersenyum. Aku mendekatinya dan langsung menciumnya. Seketika angin berhembus, hujanpun semakin lebat, waktu seakan berhenti. Ia pun kembali memelukku.

*. *. *.