Kendati ia merasakan tubuhnya terasa kurang sehat karena demam yang ia dapatkan sejak siang tadi, Anya memilih tidak beristirahat di ranjangnya.
Ketimbang bergelung di balik selimut, ia memilih waspada dengan kemungkinan Pasha yang tiba-tiba muncul lagi untuk menyerangnya kembali. Oleh karena itu, Anya lebih memilih berdiri bersandar di dinding sambil menatap keluar jendela. Ia belum mendengar lelaki itu pulang dari kantor dan akan lebih baik jika lelaki itu pulang terlambat. Agar Anya bisa lebih banyak waktu untuk menenangkan dirinya. Sebelum badai berikutnya kembali datang. Karena Anya benar-benar yakin lelaki itu akan kembali datang untuk menyakitinya lagi.
Kemudian tanpa menoleh sedikit pun, ia mendengar pintu kamarnya dibuka perlahan dan ia mendengar langkah kaki yang halus mendekatinya. Mengira itu adalah langkah kaki Bik Rum yang hendak mengantarkan makan malamnya.