Sudah hampir enam jam Rafael mengelilingi kota Jakarta. Ia masih belum menemukan Runa. Tidak adanya petunjuk mematikan langkah. Keadaan yang sudah suram semakin diperkeruh oleh ibu-ibu penjaga warung kopi, yang memang membuka tokonya dari jam sepuluh malam hingga pagi-pagi buta.
Begitu Rafael mendekatinya, wajah si ibu langsung cerah. Wong Rafael turun dari mobil mewah. Alamat dagangannya bakalan diborong, nih. Atau mungkin, Rafael orang yang pernah mencicipi kopi joss-nya, yang langsung jatuh cinta sampai tergila-gila, dan ingin mempekerjakan si ibu sebagai kepala barista spesialis kopi tubruk di hotel mewahnya.
Ketika Rafael menembakkan langsung pertanyaannya, senyum si ibu runtuh seketika. Langsung terganti dengan wajah muram. Terlihat marah malah.
"Istrinya lari ya, Mas?" tanya si Ibu dengan nada culas.
Rafael menautkan kedua alis.