Dia adalah Raina Senja. Lahir dari pasangan John dan Elia di sebuah senja nan indah dengan derai-derai hujan yang turun disaat kelahirannya. Ia tumbuh menjadi gadis cantik dan lembut seperti senja yang selalu meneduhkan. Senyumannya yang manis mampu menyihir banyak lelaki untuk mendekatinya.
Raina Senja, sebuah nama pemberian dari almarhum neneknya. Neneknya berpesan kepada ibunya: kelak jika anak itu lahir berikanlah nama Raina dilanjutkan dengan waktu kelahirannya.
...
Enam tahun berlalu.
Setelah kepergian neneknya, John memutuskan untuk pindah dari kampung kecil istrinya dan merantau ke ibu kota. Kepindahan mereka dilakukan bukan dilakukan tanpa alasan, namun untuk kebaikan pendidikan anak-anak mereka. Mereka akhirnya membeli rumah di kompleks perumahan yang kebetulan sama dengan rumah Alvaro.
Begitulah awal mula pertemuan Raina dan Alvaro hingga pada saat ini mereka kuliah.
Orang Tua Raina sangat mengenal baik Alvaro sejak kecil.Hal ini membuat Elia percaya bahwa anak perempuannya aman bersama Alvaro. Tidak jarang jika ada kegiatan sampai malam hari, Alvaro lah yang diminta menemani Raina. Bahkan saat ayah Raina telat menjemputnya, Alvaro tetap setia menemani Raina.
" Kamu sampai kapan sendirian begini?" Tanya Raina.
" Sendiri? Aku kan berdua sama kamu," jawab Alvaro.
" Maksud aku, kamu nggak mau buka hati untuk perempuan yang selama ini jatuh hati sama kamu?" Tangan Raina menggenggam erat tangan Alvaro.
" Aku..."
" Aku apa? Aku mau fokus sama komunitas? Aku mau fokus kuliah?" Raina memotong pembicaraan Alvaro.
Andai kamu bisa membaca apa yang aku pikirkan Raina. Andai kamu bisa tau perasaanku. Andai aku tidak takut kehilanganmu. Pasti kamu tahu kenapa sampai saat ini aku masih ingin fokus ke kulih dan komunitas. Semua itu kulakukan untuk tetap mencintaimu.
" Al ?Alvaro?"
Alvaro tersenyum pada Raina. " Banyak hal yang lebih penting daripada itu Rain". Ucap Alvaro.
Raina hanya menggelengkan kepalanya. Ia hanya ingin sahabatnya tidak merasa kesepian. Karena terkadang apa yang diberikan sahabat bisa melebihi apa yang diberikan pasangan. Namun, ada beberapa hal yang tidak bisa didapatkan dari sahabat, dan hanya pasangan yang bisa memberikan. Namun kenyataannya, Alvaro memang tidak butuh apa yang seperti dipikirkan oleh Raina.
Sore itu kepala Raina dan Alvaro dipenuhi pikiran masing-masing. Alvaro memikirkan Raina. Namun Raina memikirkan Aldo, mantan kekasihnya yang meninggalkannya tanpa alasan. Pergi begitu saja tanpa ada kejelasan. Tiba-tiba saja ia memutuskan komunikasi dengan Raina. Namun, Raina bukan perempuan cengeng yang bisa berminggu-minggu menghabiskan tisu untuk mengelap air mata. Meski ia merasakan kesedihan. Tetapi ia tidak mau terlalu berlarut-larut. Baginya , ketika seseorang meninggalkannya itu berarti seseorang itu memang tidak layak untuk mendapatkan cintanya. Disitulah Alvaro selalu ada dan menjadi rumah pulang Raina. Meski waktu telah mengikat mereka. Raina tidak pernah sadar bahwa Alvaro memiliki rasa padanya.
...
Raina menutup pagar rumahnya. Dua jam sudah ia habiskan bersama Alvaro di halaman depan rumah. Menatap bintang, bernyanyi, memetik gitar. Mereka memang sering kali menghabiskan malam minggu seperti ini berdua.
" Selamat malam, Al!" Matanya menatap punggung Alvaro yang perlahan meninggalkan rumahnya.
Hujan tiba-tiba saja turun malam itu. Raina sangat rindu dengan hujan. Sudah jarang sekali hujan turun di rumah tempatnya tinggal. Ia membuka pintu lalu keluar menikmati derai-derai hujan yang menenangkan sambil menari-nari dan mendengarkan lagu dari earphone di telinganya. Sungguh menyenangkan sekali malam itu. Sudah lama ia tidak menikmati hujan.
Raina duduk termenung di kursi taman. " Ahh, apa yang aku pikirkan?". Dibenaknya, Raina tiba-tiba saja memikirkan tentang Alvaro. Namun, ia tidak ingin meneruskan apa yang tanpa sengaja menggugah hatinya itu. Ia tetap yakin, ia dan Alvaro hanya bersahabat. Tidak ada asmara dalam kehidupan lelaki itu. Sikap dingin Alvaro kepada perempuan lain sebenarnya membuat Raina merasa istimewa. Namun, ia tidak ingin berpikiran lebih.
Malam semakin larut, gelap. Udara membawa Raina semakin terlarut ke alam mimpinya.