Sesampainya di Rumah Jati mereka turun dari mobil dan bergegas menuju pintu masuk. Rumah klasik bergaya Eropa itu berdiri dengan kokohnya. Memang tak sebesar rumah rumah konglomerat pada umumnya namun terlihat asri dan nyaman.
Heswa hanya bisa tak percaya istana yang ada dihadapannya ini adalah tempat tinggalnya bersama dengan suaminya. Heswa menyentuh setiap bahan yang begitu kuat dan halus. Rumah yang unik dan terlihat nyaman saat memasukinya.
"Ting" suara chat masuk di smartphone Jati saat ia akan masuk ke rumah. Dia segera mengusap layar benda itu dan dimendapati whatsapp dari asisten rumah tangganya.
Lastri: Pak Jati, maaf seminggu kedepan saya gak masuk dulu. Ini perintah bu Grace pak. Saya tidak berani membantah.
Jati: Iya.
Jati hanya bisa mendesah pasrah dengan ulah mamanya. Namun dengan begitu dia bisa melatih Heswa agar bisa menerima keberadaanya sebagi suaminya. Mendekati Heswa memang tidak semudah wanita lain. Kebanyakan wanita malah mendekat dengan senang hati kearah Jati tanpa diminta.
Mulai hari ini sampai minggu depan Lastri, Asisten rumah tangga Jati, tidak diizinkan mengganggu kehidupan Jati dan Heswa. Mama Jati telah menghubungi Lastri jauh jauh hari agar bisa berlibur sebentar dengan suami dan anak anak mereka selama satu minggu. Lastri dan Pak Lukman adalah sepasang suami istri yang bekerja di rumah Jati.
"Heswa!!" Jati memanggil Heswa yang masih mengamati seluruh sudut rumah yang harus dia tempati itu. Heswa segera menoleh ke arah Jati kaget.
"Ke-kenapa mas?" Tanya Heswa terbata bata.
"Heswa, kalau kamu belum nyaman kamu bisa menempati kamar itu!" Jati menunjuk satu kamar disebelah kamarnya.
"Iya mas, makasih." Heswa menuju kamar yang ditunjuk Jati dan segera merapikan barang bawaannya.
Jati berusaha memberikan waktu untuk Heswa. Jati tidak ingin egois dalam menghadapi Heswa. Haphephobia Heswa merupakan tantangan untuk Jati selain dunia bisnisnya. Mereka masuk ke kamar mereka masing masing. Rumah ini memang nyaman jika ditinggali untuk single atau pasangan baru.
Satu jam sudah mereka berada di dalam kamar mereka masing masing. Belum terlihat tanda tanda mereka ingin beranjak dari kenyamanan mereka.
"Heswa..." Jati memanggil Heswa diiringi suara ketukan pintu kamarnya.
"Iya mas, ada apa?" Heswa bergegas membuka pintu kamarnya.
"Ayo keluar, kita beli makan di luar saja. Hari ini mbak Lastri, Asisten rumah tanggaku gak masuk!" Jati merasa kelaparan sambil mengelus perutnya.
"Mas ada bahan buat masak?" Tanya Heswa sambil melirik ke arah dapur.
"Entahlah. Apa kau mau masak?" Jati mengangkat sebelah alisnya seakan tak percaya.
Heswa bergegas menuju dapur dan mencari bahan makanan dan memasak masakan rumahan. Tak lupa ia memasang apron dan menyepol rambutnya keatas. Memperlihatkan lehernya yang jenjang. Mungkin bagi Heswa ini adalah kegiatan yang biasa saja tapi tidak bagi Jati. Ini kali pertama Jati melihat wanita yang sudah menjadi istrinya itu mengikat rambutnya. Hal itu terlihat begitu sexy di mata Jati. Jati hanya bisa menelan salivanya lagi kali ini.
'Bukannya masakanmu yang kumakan, bisa bisa kamu yang aku makan.' Jati bergumam menahan nafsunya. 'Sabar Jati, ini tak semudah perempuan lain' Jati kembali bergumam.
Sebelum menikah, bu Sari telah memberikan wejangan kepada Heswa agar selalu siap melayani suami, agar hidupnya berkah. Mangkanya dia berinisiatif memasakan Jati makanan sendiri. Dia baru memulai usahanya untuk menjadi istri yang baik.
Hampir setengah jam Heswa berkreasi di dapur barunya. Selagi Heswa berada di dapur Jati mengalihkan pandangannya ke layar TV. Jati berusaha berkonsentrasi pada TVnya namun pemandangan di dapurnya ternyata lebih menarik perhatiannya saat ini.
'Aku harus memikirkan gimana biar bisa gerak cepat.' Pikiran Jati mulai memberikan ide ide untuk menjadikan Heswa istri sebenarnya.
"Mas makanannya udah siap." Suara Heswa yang mendekat membuyarkan lamunan Jati seketika.
"Kamu masak apa? Baunya enak!" Jati menghirup aroma yang menyeruak menggugah selera makannya. Jati menatap masakan pertama buatan Heswa untuknya.
"Cuma buat sop ayam. Maaf ya mas kalau lama. Tadi nunggu nasinya mateng dulu." Heswa mengambil piring dan Nasi untuk suaminya.
"Terima kasih, sayang." Wajah Heswa mulai memucat dan hatinya tak karuan rasanya untuk saat ini. Sebenarnya dia bingung apakah ini rasa takut atau apa. Heswa tidak bisa menjelaskan dengan kata kata.
"Maaf ya mas kalau cuma masakin kamu ini, takut kamu kelaparan. Oh ya, besok aku mau belanja ya? tadi lihat bahan bahan dapur habis" Heswa meminta iin ke Jati untuk belanja kebutuhan pangan mereka.
"Ya besok aku temani kamu ke super market buat belanja." Jati melahap makanan bauatan istrinya itu.
Selesai makan bersama Heswa segera membereskan peralatan makan dan masak yang kotor tadi. Tanpa disadarinya Jati selalu memperhatikan kegiatannya. Semua kegiatan Heswa jadi pemandangan indah bagi Jati.
"Heswa, seprtinya kita harus memulai dari awal!" Heswa dibuat bingung dengan kata kata Jati.
"Maksudnya gimana?" Heswa melepas apron dan membersihkan tangannya.
"Ya, kita mulai dari awal seperti hubungan orang normal, dimulai dari perkenalan. Gimana?" Jati meminta Heswa duduk kembali di kursi makan.
"Ok!" Heswa menyetujuinya.
"Namaku Jati Mahendra Joyoutomo." Jati mengulurkan tangannya ke Heswa.
"Aku, Maheswari Putri Kusuma!" Heswa meraih tangan Jati. Sepertiya heswa mulai terbiasa menyalami tangan Jati.
"Makanan favorit kamu pasti tumis kangkung ya?" Jati mulai menggoda Heswa. Jati memang sudah mengetahui kesukaan dan ketidak sukaan Hesawa pada sesuatu.
"Loh mas Jati kok tahu? Kalau mas Jati suka makan apa?" Heswa mulai penasaran.
"Aku kan suamimu tentu aku tahu kamu suka tumis kangkung! Aku suka makan apa saja. Apa lagi masakan padang!" Heswa heran dengan suaminya yang setengah bule itu malah suka makanan Indonesia.
"Masa bule makannya rendang, paruh sama otak?" Heswa terkekeh meledek suaminya.
"Teman buleku banyak yang suka makanan Indonesia, apa lagi cewe Indonesia! hahaha" Jati membalas candaan istrinya.
"Mas Jati hobinya apa?" Heswa kembali penasaran dan Nampak antusias. Hal itu berhasil membuat Jati mengulum senyum.
"Aku suka Olah raga, traveling, naik gunung. Kalau kamu pasti lebih suka baca." Jati mulai mendekat ke arah Heswa.
"Mas Jati curang, kalau begini namanya aku yang belum tahu mas Jati sama sekali." Jati terkekeh mendengar ucapan Heswa.
"Heswa kamu harus terbiasa dengan aku. Aku ini suamimu jadi kamu harus lebih mengenalku daripada orang lain." Heswa memandang Jati dengan jantung yang terus berdebar.
"Apa kamu punya pacar atau mantan pacar?" Heswa tiba tiba mengatakan hal yang tak disangka sangka oleh Jati.
"hahaha, aku punya banyak teman dan mantan pacar. Tapi aku hanya punya satu istri. Aku tidak akan pernah main main soal penikahan Heswa. Tenang saja, kamu satu satunya." Jati meyakinkan Heswa.
"Baiklah aku percaya kamu, dan aku juga berjanji akan segera mencintaimu mas." Heswa meyakinkan dirinya dan suaminya
"Kalau kamu punya mantan pacar?" Jati iseng bertanya begitu.
"Punya." Heswa berhasil membuat Jati penasaran.