Jati Mahendra Joyoutomo, pewaris Joyoutomo group yang memiliki paras tampan dan tubuh yang atletis. Pemuda mapan berdarah campuran Indonesia dan Italia. Perpaduan paras Asia Eropa tak menjadikannya playboy atau pun penyuka kehidupan foya foya.
****
Pagi ini semua tampak sibuk mempersiapkan lamaran Heswa. Ibu dan Dara sibuk bergelut dengan peralatan masaknya di dapur. Pak Hasan membersihkan rumah dan halaman depan. Heswa masih dalam keadaan termenung didalam kamar sembari menatap baju batik yang nanti ia harus kenakan.
'ting..' suara chat yang masuk di notif Heswa membuyarkan semua lamunannya.Grup 3 srikandi:
Selvi: girls jalan yukkk... 😊
Tia : males ah.. Palingan juga ke mall nemeni si ratu rempong belanja.
Selvi: ish... Tiaaaa
Heswa: sorry. I can't. Aku mau ada lamaran.
Tia: Lamaran kerja?
Selvi: serius dong... Pengen pergi sama kalian nih..
.Heswa: Aku dijodohin Ya... Bukan lamaran kerja.
Tia: what???? Seriusan wa? Selvi: Heswa.... Terus kamu gimana? Kalau dia tau kondisi traumamu gimana?
Heswa: Dia udah tau. Doakan saja teman kalian ini bisa lari dari kenyataan. 😢
Selvi dan Tia : semangat Heswa semoga jadi yang terbaik.Heswa: thanks girls...
Heswa mengakhiri chat dengan kedua sahabatnya dan bergegas menuju dapur untuk membantu ibu dan adiknya.
Heswa masih bermalas malasan di dalam kamar. Dia harus bisa menerima kenyataan atas keputusan orang tuanya. Mau melarikan diri atau bunuh diri juga hanya akan menimbulkan penyesalan kedepannya. Mungkin benar keputusan orang tuanya untuk menjodohkannya. Heswa menghempaskan napasnya kasar dan sedikit frustasi.
***
Heswa turun untuk melihat persiapan keluarga dan membantu ibunya yang pastinya butuh bantuan.
"Danurdara!!" teriak ibunya yang dari tadi sedang bergelut dengan bumbu dapurnya saat melihat Ayam yang digoreng Dara hampir gosong.
"Yah maaf bu.. Tadi aku bales chat temen sebentar." Dara segera memasukan hpnya kedalam saku celananya. Heswa terkekeh melihat tingkah adiknya yang mulai tledor dan asik dengan gawainya.
"Fini biar mbak aja yang goreng. Kamu bantu ibu tuh blender bumbunya." Heswa segera merebut alat penggorengan yang dibawa Dara.
"Fokus Dara, hari ini ada tamu penting" bu Sari mulai ngomel dari pagi. Dara yang mendapat siraman qolbu dari ibunya dari pagi hanya bisa mengerucutkan mulutnya sambil terus berusaha membantu. Heswa terkekeh terus saat netranya melihat kekacauan dapur akibat ulah Dara.
"Sabar bu... Kalau ibu bisa tenang pasti Dara juga bisa bantu ibu dengan bener." Heswa berusaha meredam emosi ibunya. Ibunya berusaha menarik napas panjang dan mengeluarkan dengan perlahan.
"Memang mereka datang jam berapa sih bu?" Dara mencoba mencairkan hati ibunya. Heswa yang penasaran ikut memperhatikan dengan memasang telinganya lebar lebar.
"Nanti jam sebelas katanya" jawab bu Sari sembari terus memotong dan menyiapkan semua bumbu.
Mereka asik memasak di dapur tanpa terasa waktu sudah menunjukkan pukul sepuluh lewat lima belas menit.
"Makananya udah mateng?" tanya pak Hasan memecah konsentrasi tiga orang itu.
"Udah pak. Tinggal tunggu nasinya aja." jawab bu Sari yang masih sibuk merapikan dapur Dan alat masaknya.
"Heswa kamu stop dulu. Kamu harus siap siap sekarang." perintah pak Hasan tegas.
"Tanggung pak, bantu ibu cuci piring dulu." Heswa menunjukkan tangannya yang penuh busa air sabun cucian.
"Sekarang." perintah pak Hasan tak bisa dibantah.
Heswa bergegas mencuci tangannya dan lari menuju kamar untuk mengambil perlengkapannya.
Jam dinding terus berdetak menunjukkan angka setengah sebelas. Semua sudah siap di rumah dengan pakaian rapi menanti tamu penting hari ini.
Heswa masih termenung didalam kamar. Dia berusaha menahan gugup yang ia rasakan. Rasanya dadanya akan meledak dengan hebat.
'tenang Heswa, semua akan baik baik saja' gumamnya dalam hati.
Tak terasa tamu yang ditunggupun tiba dikediaman mereka yang terbilang sederhana. Keluarga Joyoutomo sudah mulai masuk kerumah. Mereka datang ber empat ada pak Hermanto Joyoutomo, bu grace Joyoutomo, Ardina Joyoutomo (adik Jati) dan yang pasti Jati Joyoutomo yang paling mereka tunggu. Mereka masuk dan duduk diruang tamu sembari bercengkrama.
Semua telah berkumpul di ruang tamu pak Hasan kecuali Heswa yang masih berada di kamar. Sepuluh menit telah berlalu yang ditunggu tak kunjung keluar.
"maaf pak Hasan, Maheswari belum siap?" tanya seorang bule berambut coklat lebat itu memotong pembicaraan antara pak Hasan dan pak Herman, yang tak lain adalah ibu Jati.
"Dara, tolong panggilkan mbakmu di kamarnya!" Dara segera bergegas menuju lantai 2 untuk memanggil kakaknya yang belum ingin beranjak dari kamar.
"Mbak Heswa, ayo keluar semua sudah nunggu Mbak Heswa." Dara berusaha mengetuk dan mendorong sedikit pintu kamar Heswa agar terbuka.
Heswa bergegas keluar namun masih ragu ragu. Dia berusaha menata hatinya agar tidak membuat malu keluarganya. Dara mendekati kakaknya yang terlihat tegang dan kacau itu.
" Tenang mbak, Mas Jati orangnya ganteng loh. Pasti mbak suka, keren lagi mbak. Pokoknya bapak gak salah pilih lah" Dara berusaha menenangkan hati kakaknya.
Heswa segera memeluk adik kesayangannya itu, dia berusaha mengambil napas panjang dan menghembuskannya secara perlahan. Heswa segera meminta Dara menemaninya turun untuk bertemu tamu "penting" kedua orang tuanya.
"Nah, ini Maheswari biasanya kita panggil Heswa. Dia yang akan dijodohkan dengan Nak Jati! " pak Hasan memperkenalkan Heswa yang tertunduk didepan keluarga Joyoutomo.
"Heswa ingat kita kan? Saya dan Pak Hermanto dulu sering datang kesini dan bermain bersamamu dan mendiang kakakmu." bu Grace berusaha mencairkan suasana hati Heswa agar tidak merasa canggung dengan keluarganya.
Jati berusaha memperhatikan fisik calon istrinya itu, namun sayang wajah Heswa yang manis kurang begitu jelas karena Heswa terus menunduk.
" Iya tante, aku ingat tapi itu sudah lama jadi tidak begitu banyak mengingatnya" Heswa berusaha menghilangkan rasa gugupnya.
"Jangan panggil tante dong, kan mau jadi anakku. Panggil saja Mama!" sambil menepuk pundak Heswa yang sudah mulai tenang.
"Iya ma!" Heswa sudah merasa lebih baik sekarang. Dia mulai berani menatap bu Grace dengan senyum manisnya.
"Nah, itu Jati yang akan jadi suamimu kelak." Pak Hermanto menunjuk Pria berusia 28 tahun dan memiliki paras yang tampan dan menawan.
Jati adalah anak pertama dan anak laki-laki satu satunya dari pak Hermanto dan bu Grace. Soal wajah tak perlu diragukan. Dia memiliki wajah perpaduan Asia dan Eropa. Badannya atletis dan memiliki tinggi sekitar 185cm. Rambutnya lurus, hitam dan selalu rapi.
"Jadi kedatangan kami kesini ingin sekali meminta Heswa jadi menantu kami." Pak Hermanto mengutarakan maksud kedatangannya langsung di depan Heswa.
"Heswa mau kan jadi menantu kami? Kami sangat berharap kamu mau menerima anakku itu." sambil menunjuk kearah Jati yang tetap stay cool.
"Iya, tapi apa boleh saya mengajukan syarat?" Heswa menatap mantap kearah bu Grace dan Pak Hermanto.
Pak Hasan terbelalak melihat ke arah Heswa yang tiba tiba mengajukan syarat tanpa sepengetahuan keluarga. Sedangkan Heswa tampak meremas remas bajunya saat akan menyebutkan syaratnya.