Tuan Anggo mengeluarkan beberapa dokumen dari dalam tas nya. Kamu bisa membaca ini Putra.
Putra mengambil dokumen tersebut. Disitu tertulis bahwa data2 tentang Putra dan lengkap aktifitas Putra. Di bawah ada kontrak yang berisi bahwa Nona Rania hanya mau menandatangani dan menerima ganti rugi jika Putra yang menjadi Manager Director untuknya selama di perusahaan Ayahnya Imelda.
Kamu tau Putra, saya dan ibu Imelda terus membayar orang untuk mengikutinya. Karena dia terobsesi padamu. Bahkan dia rela menukar saham ayahnya untuk mendapatkanmu.
Lusa kemarin aku melihat dia dengan Putra tertua ThreeD Company. Mereka terlihat sedang bersepakat terkait saham yang dimiliki oleh Rania. Entah apa yang akan mereka sepakati tapi semuanya tidak hanya berimbas padamu tapi juga keperusahaan. Saya bisa meminta izin bicara berdua dengan Putra Nyonya dan Nona. Tanya Tuan Anggo...
Silahkan, saya dan Imelda akan membawa Imelda ke kamar sebelah untuk berdandan.
Putra, paman akan bertanya sekali ini saja padamu. Tapi tolong kamu jawab dengan jujur ya!
Baiklah Paman..
Apakah kamu mencintai Imelda dan ingin menjaganya?
Putra tersontak kaget mendengar pertanyaan dari Tuan Anggo.
Kamu tidak perlu sungkan, bicaralah yang jujur...
Sebenarnya Paman aku mencintai Imelda dan akan tetap menjaganya walaupun dia bukan istriku. Aku hanya beranggapan ini tidak adil baginya, karena dia harus hidup dengan orang yang tidak dia cintai dan harus menghabiskan masa mudanya dengan status istri orang. Aku akan tetap mencintainya dan menjaganya walaupun jika sampai waktunya ternyata dia akan menemukan cinta pertamanya bukan aku. Aku siap paman.
Ini bukan masalah adil dan tidaknya Putra, tapi saat ini status Imelda sebagai istri mu akan membuat dia lebih aman. Karena dia akan lebih terjaga dan terjamin jika dengan status itu. Dia yang mengambil keputusan ini tanpa ada paksaan dari siapa pun. Jika pada akhirnya nanti kalian harus berpisah, biarlah takdir yang menentukannya. Paman ingin kamu memikirkan hal ini. Jika kamu ingin yang terbaik untuk Imelda dan betul2 mencintainya. Inilah caramu untuk menjaganya, dengan membiarkan dia ada di sisimu. Dan satu hal lagi, paman menerima telepon dari salah satu teman paman di Perhubungan. Ada penumpang atas Nama Encek Zai Noer dan Encek Zain Noer besok siang. Kamu pasti familiar sama mereka kan! Paman akan mengurus sisanya, kamu bisa memikirkan hal ini dulu. Acara akan dimulai Jam 4 sore ini.
Putra meraih ponselnya dan menekan tombol 3 di handphonenya.
Whats Up bro?
Kamu dimana?
Aku sedang di Coffe Shop kenapa?
Aku akan menikah dengan Imelda pukul 4 ini, aku tunggu kamu di sini sekarang. Ada hal penting yang mau aku bicarakan denganmu.
Jangan bercanda Bro...
Terserah kamu mau percaya atau tidak, aku tunggu kamu di rumah Imelda sekarang. Dan berpakaianlah yang rapi jangan sembarangan ujar Putra ke Chan.
Putra mengetuk Pintu Kamar disebelah kamar Imelda.
Ibu... bisa aku bicara dengan Imelda berdua saja?
Nyonya Zen menganggukkan kepalanya sambil tersenyum dan menyuruh semua penata rias keluar dari ruangan tersebut.
Putra menutup pintu kamar dan duduk di belakang Imelda. Iku... maafkan aku. Aku setuju untuk menikah denganmu.
Imelda melihat Putra dari kaca di depannya...
Maafkan aku Putra karena keegoisan ku, kamu terpaksa harus mendampingiku. Tapi kamu tenang saja, aku tidak akan melanggar privasimu. Setelah kita sah nanti, kamu boleh mengajukan persyaratan apa yang boleh dan tidak padaku. Aku akan menyetujuinya ujar Imelda.
Putra berdiri dan menepuk pundak Imelda beberapa kali, aku keluar dulu ya. Kamu bisa melanjutkan bersiap-siap. Aku akan bersiap di kamarmu ujar Putra.
Imelda tersenyum dan menepuk pundak tangan Putra untuk menyatakan bahwa dia setuju dan baik2 saja.
Chan sudah tiba di rumah Imelda, dia takjub baru kemarin dia ke sini. Tidak ada apa2, tapi hari ini rumah ini di hias dengan nuasa serba putih dengan dikelilingi oleh bunga berwarna putih. Zepri mengantarkan Chan ke kamar Imelda.
Ada apa sebenarnya ini?
Kami akan menikah sore ini, situasinya tidak terkendali. Dan aku minta kamu menyelidiki Zai karena dia akan terbang ke sini besok.
Zai??? Ke sini.
Iya! Tadi Paman Anggo mendapat informasi bahwa ada penumpang atas nama Zai dan Zain. Aku ingin kamu mencari informasi dimana mereka menginap, dan apa tujuan mereka ke sini!
Baiklah!! Aku akan mencoba sebisa ku.
Jadi serius ini, kamu nikah sama Imelda hari ini?
Kamu pikir main2 gitu?
Oh ya, carikan pesawat pagi2 sekali untuk aku dan Imelda ke Bali. Aku akan mengajaknya liburan ke sana selama 1 Minggu dan kembali sebelum acara pesta penyambutanku, agar Zai tidak bisa menemukannya. Dan seperti biasa, kamu tau kan bagaimana memanipulasi data keberangkatan kami?
Hmmm... Baiklah!! Berarti aku dan Tari harus ikut denganmu kan. Aku kira kalian akan bulan madu.
Bulan Madu palak lu Peyang...
Santuy bos, jangan terlalu emosi cuma gara2 nikah tapi nga bisa ea... ea...
Putra melempar bantal ke arah muka Chan...
Sudah gitu aja kok marah sih bro...
Zepri mengantarkan setelan Jas untuk Putra.
Silahkan tuan, informasi dari Tuan Anggo. Tuan Putra disuruh berganti pakaian segera, karena akan ada beberapa keluarga dari Nyonya Zen mulai berdatangan.
Baiklah ucap Putra.
Aku akan menunggu di bawah ya ujar Chan, sekalian menyapa Tuan Anggo. Sudah sangat lama aku tidak bertemu dengannya.
Kenapa? mau mengembalikan modal awal?
Ih... Segitunya... kalau kamu dan Imelda punya anak nanti, akan aku kembalikan menjadi kado untuk anak kalian.
Namanya kado itu, harusnya pemberian dari yang ngasih. Bukan mengembalikan yang harusnya dikembalikan.
Jawabmu sungguh menusuk sampai ke relung kalbu ujar Chan kepada Putra.
Putra memantapkan hatinya, dan memakai baju setelannya. Dia sudah bersiap dan akan segera turun ke bawah, tiba2 seseorang mengetuk pintu kamarnya.
Tya? Bagaimana kamu bisa disini?
Akhirnya kamu nikah juga bang, walaupun dengan mendadak begini.
Kenapa kamu tidak menghubungi kami, setidaknya mereka bisa pulang lagi...
Semuanya mendadak, karena kami mendapat tekanan dari pemegang saham. Kasihan mereka jika bolak balik, nanti saja ketika kami menggelar pesta baru memberi tahu mereka.
Tya mengangguk, Kak Imelda sudah memberi tahuku semuanya bang dan mengajukan permohonan maaf padaku dan menitipkan permintaan maaf Pada Kak Diaz dan Bang Andra .
Kamu sudah ketemu Iku?
Ya, kak Imelda juga yang mengirimkan orang untuk menjemput ku.
Aku akan turun duluan, kamu temani Imelda saja ya ucap Putra.
Baik bang...
Putra menemui Tuan Dhani dan Tuan Anggo di pintu depan. Mereka mengenalkan Putra pada satu persatu keluarga inti mereka, karena ketika mereka lamaran. Banyak kolega yang datang jadi Tuan Dhani tidak sempat memperkenalkan Putra secara langsung. Hanya baru saling menyapa saja.
Putra di sambut hangat oleh keluarga Imelda terlebih lagi oleh adik dari ayahnya yaitu Paman Zam dan Paman Ahmad. Mereka berdua sebenarnya tidak sengaja menghadiri acara ini, mereka hanya berencana menemui Imelda dan Ibunya karena selama ini mereka tinggal di Arab jadi diambillah kesepakatan Paman Zam yang akan menjadi Wali Nikah hari ini. Putra sungguh merasa lega, walaupun Imelda belum tau akan hal ini, Putra sudah bisa membayangkan Imelda akan sangat bahagia Karena kedua Pamannya hadir hari ini.
Semua keluarga sudah datang, Putra melakukan akad nikah dengan Paman Zam sebagai wali dari ayah Imelda. Dalam satu tarikan nafas Putra mengucapkan Ijab Qabul dengan sangat lancar. Imelda di bawa turun ke taman belakang setelah Putra dinyatakan sah dalam mengucapkan Ijab Qabul. Nyonya Zen dan Tya mendampingi Imelda menuju kursi di samping Putra. Imelda sungguh kaget melihat bahwa kedua pamannya hadir sebagai saksi dan wali nikahnya. Air Mata nya tak terbendung, kalau bukan Karena sekarang sedang acara resmi, dia pasti akan langsung menyerbu kedua pamannya itu. Semua prosesi penandatanganan sudah selesai dan Imelda langsung memeluk kedua pamannya. Putra sungguh bahagia melihat Imelda yang sangat senang melihat kedua pamannya tersebut.
Paman Ahmad langsung melepaskan pelukannya, kamu sudah menikah sekarang. Masih belum hilang ya kebiasaanmu yang senang nempel ke siapa saja. Paman Zam nya mengelus kepala keponakannya itu, kamu harus dewasa mulai sekarang. Ingat apa pun alasanmu menikah, kamu harus menjalankan kewajibanmu sebagai istri. Jika tidak maka akan berdosa.
Imelda tersenyum nyengir ke pamannya.
Ingat, sedikit banyak orang tua mu akan dimintakan pertanggungjawabannya. Karena sekarang ayahmu tidak ada maka paman yang akan menegurmu jika kamu sewaktu-waktu melakukan hal yang tidak seharusnya...
Siap captain jawab Imelda.
Imelda dan Putra pun berkeliling meminta restu kepada semua keluarga inti mereka. Acara yang mereka gelar memang sangatlah sederhana, karena ini sebagai penguat posisi Putra di perusahaan. Tapi apa pun sebutannya mereka sekarang sudah Sah sebagai suami istri, dan pernikahan mereka diiringi oleh semua do'a dari keluarga besar mereka.
Nyonya Zen tidak berhenti-henti menangis... Dia sangat bahagia karena walaupun ini merupakan pernikahan karena kesepakatan tapi buatnya Putra adalah lelaki yang pantas mendampingi anaknya. Dia berdo'a semoga ini merupakan jalan untuk membuka hati Imelda dan Putra, sehingga ini akan menjadi pernikahan sampai maut memisahkan mereka.