Setelah lama menunggu akhirnya hari untuk retakan ruang muncul telah tiba. Saatnya untuk mengunjungi negeri Elves.
Melakukan perjalanan jauh, tapi anehnya Alan sama sekali tidak terlihat seperti sudah melakukan persiapan, ia mengenakkan atasan kaos sederhana dan celana kain yang polos, tidak ada peralatan tersembunyi khusus, ia bahkan tidak membawa sebuah pedang di sisinya.
Alan sebenarnya tidak punya pilihan lain, dengan tingkat Dungeon yang sekarang proyeksi inti tidak bisa di munculkan di luar Dungeon apalagi ke planet lain, jadi ia tidak bisa membawa Lina baik dalam bentuk manusia maupun pedang.
Tentu ada alternatif lain untuk mendapatkan senjata, seperti misalnya toko Dungeon, tapi setelah melihat harga yang begitu overpriced dan membandingkan dengan keuangan miliknya yang hampir mengering, Alan segera mengurungkan niat untuk membeli senjata di sana.
Alan ingin membawa pistol bersamanya sayangnya sebagai produk dari teknologi modern secara Alami pistol adalah benda yang tidak diizinkan untuk dibawa pergi, sama seperti Dungeon ada larangan terhadap teknologi untuk tidak diperbolehkan masuk ke dalam retakan ruang, perbedaannya dalam larangan retakan ruang tidak akan ada yang bisa memberikan pengecualian terhadap teknologi tertentu seperti yang Alan lakukan.
Pada akhirnya Alan hanya membawa sebilah pisau sederhana dan 1 gulungan sihir lightning palm, sedangkan sihir yang terpasang pada dirinya, Alan sebelumnya sudah memutuskan untuk hanya mengisi 5 slot utama yang di miliki, sedangkan 2 slot lainnya ia tinggalkan kosong sementara waktu, Alan punya rencana tersendiri untuk kedua slot itu.
Setelah semua persiapan selesai, Alan segera berteleportasi ke tempat tujuan.
Dengan satu sihir, dalam sekejap ia sudah pindah ke tempat lain, ia sekarang beda di salah satu kota di sumatra, tepatnya di kota medan
Alan cukup senang dengan fitur teleportasi ini, karena jika tidak ada fitur ini dengan perubahan sekarang di dunia, sangat sulit untuk melakukan perjalanan lintas kota, meski tidak ada jalan yang rusak tapi secara ajaib banyak rute yang akan mengarah kepada tempat yang berbeda.
Meski pemerintah sudah mengambil beberapa tindakan, situasi saat ini masih belum stabil sepenuhnya.
Fitur teleportasi adalah fitur yang paling membantu saat ini baik master Dungeon maupun penyerang Dungeon keduanya bisa menggunakan teleportasi, sayangnya teleportasi hanya terbatas pada satu pulau saat ini, sedangkan teleportasi lintas benua hanya bisa dilakukan ketika Dungeon mencapai level 4.
Satunya-satunya perjalanan lintas pulau yang bisa dilakukan saat ini hannyalah untuk mengunjungi pulau monster, itu pun terjadi karena adanya fitur 'menangkap monster' yang di sediakan Gaia, yang pada dasarnya ada dalam fitur yang terpisah dengan fitur teleportasi yang biasa, kedua fitur tersebut hanya kebetulan menggunakan prinsip yang sama, yaitu teleportasi.
Jika tidak ada batasan ini, Alan pasti sudah pergi mengunjungi retakan ruang yang ada di negara lain.
Retakan ruang di Indonesia ini tentu bukan retakan ruang yang pertama muncul, sudah ada 2 retakan ruang yang muncul di negara lain. 5 hari yang lalu ada retakan ruang yang muncul di Mexico, tepat 2 hari yang lalu retakan lain muncul di Turki, tadi pagi muncul 1 lagi retakan ruang di Indonesia, dan nanti pasti akan muncul retakan lain lagi.
Dalam kehidupan terakhir Alan akan ada 7 retakan muncul di dalam waktu kurung waktu 2 bulan sejak terjadinya perubahan dunia, dan akan ada jeda waktu 3 bulan sebelum batch retakan ruang muncul lain.
Batch retakan ruang pertama ini ada pada server yang sama, semua retakan ruang itu menuju Planet di mana para elves, dwarf, manusia setengah binatang, cabang iblis dan makhluk fantasy lain tinggal.
Dan sekarang Alan sedang berjalan menuju planet menyenangkan itu.
Di bawah tatapan terkejut orang-orang Alan berjalan dengan santai, sambil bersenandung menuju ke tempat retakan ruang berada.
Tapi saat tiba di tempat kejadian, suasana hati Alan ditakdirkan untuk hancur, wajahnya langsung berubah masam melihat lautan manusia di depannya.
"Terlalu ramai"
Retakan ruang dikelilingi banyak, baik polisi maupun orang-orang biasa yang datang karena penasaran.
Lagi pula retakan ruang di Indonesia bukan yang pertama muncul, dan bahkan sampai sekarang di negara lain belum ada yang mengindikasikan ada bahaya dari retakan ruang ini.
Meski tidak satu pun orang yang kembali setelah masuk ke dalamnya, tapi selain itu tidak ada bahaya lain, secara alami makhluk yang selalu ingin tahu ini tidak merasa takut.
Tentu Alan tahu kenapa orang yang dikirim tidak kembali dan mungkin tidak akan pernah, ketika retakan ruang muncul, orang-orang di seberang juga pasti akan mengetahuinya, meski Gaia sudah memberi batasan agar mereka tidak bisa menggunakannya, tapi penduduk di sana pasti akan berusaha menjaganya, waspada dari invasi planet lain.
Jika seseorang masuk sebelum penduduk asli datang, saat mereka mencoba kembali mereka hanya akan menemukan retakan ruang telah dijaga dengan ketat, tapi jika mereka masuk setelah penduduk asli datang orang tersebut pasti akan ditangkap untuk di diinterogasi atau bahkan dibunuh.
Retakan ruang di Indonesia pasti juga akan bernasib sama, melihat waktu sekarang sudah 2 jam berlalu, jika Alan menunda lagi mungkin akan ada konflik begitu sampai di seberang.
Alan tidak menginginkannya, waktu tidak akan menunggunya saat mengurusi orang-orang idiot di sana.
Dengan pemikiran ini, Alan mencoba mendesak kedapan, tapi baru melewati beberapa orang ia sudah menemui jalan buntu.
Melihat pria berbadan kekar Alan mencoba berbicara dengan sopan, dan bersiap jika dia adalah pria berdarah panas yang tidak tahu kompromi dengan kata-kata.
"Permisi, aku ingin ke depan, tapi badanmu menghalangi jalan bisakah kau minggir sebentar?"
Pria berbadan besar segera berbalikan badan, begitu pria ini melihat Alan ada sedikit kemilau kejutan di matanya, itu hanya sesaat tapi Alan berhasil melihat momen singkat itu.
"Tentu, dan maaf sudah menghalangi jalan" kata pria berbadan besar dengan senyum sopan melekat di bibirnya.
Kini Alan yang di buat terkejut, dia tak menyangka pria berbadan besar di depannya akan begitu sopan.
Mungkin keterkejutan yang Alan lihat tadi ada hubungannya, tapi Alan sulit memahami alasan di balik keterkejutannya.
"Terima kasih"
Selain itu Alan juga tidak ingin memikirnya, ia merasa ini tidak penting.
Dengan senang hati Alan berjalan dan mendesak lagi ke depan. Tapi ketika tubuhnya hanya beberapa lagi dari ruang kosong, ia terjebak di tempat sulit lagi.
Ada pria lain yang membendung jalan, pria dengan pakaian sopan kemeja putih khas seperti orang kantoran, badannya juga tidak sebesar pria sebelumnya jadi tidak terlalu menghalangi jalan,
Tapi melihat bagaimana dia berdesak di antara wanita dengan tatapan mesum, dimata Alan poin positif dari penampilannya langsung berubah negatif.
Seperti kata pepatah, Jangan menilai buku hanya dari sampulnya saja.
Tetap saja Alan mencoba bersikap sopan lagi.
"Permisi bro, aku ingin ke depan, tapi badanmu menghalangi jalan bisakah kau minggir sebentar?"
Kata-kata yang sama Alan ucapkan sekali lagi, tapi kali ini jawaban yang di berikan sangat jauh berbeda, hanya cacian yang di dapat Alan.
"Huh? Kenapa aku harus minggir untukmu, memangnya kau siapa? seorang raja?, coba celah yang lain saja aku juga sedang terjebak sekarang kau tahu?"
Mendengar kata-katanya, segera 3 buat garis lengkung dengan sudut kembar yang saling membelakangi muncul di dahi Alan.
Terjebak? Alan bahkan bisa melihat ruang kosong tidak terlalu jauh di depan, jika pria ini benar-benar berdesakan ingin melihat retakan ruang, dengan sedikit usaha ia pasti sudah sampai barisan depan.
Tapi dia malah berdiam di sini, sengaja berdesakan di antara wanita dengan tangannya yang menjelajah dan 'tidak sengaja' menyentuh bagian tubuh mereka.
Tanpa mengatakan apa-apa, Alan mengeluarkan sebilah pisau, dan segera menebaskan ke arah kepala pria di depannya.
Baru kemudian ruang kosong terbentuk, di belakang kepala pria mesum di depan Alan.
Alan menggunakan kontrol pisau yang luar biasa untuk membuat cukuran rambut instan, membuat sebagian kecil belakang kepala pria di depannya terlihat seperti tanah kosong, gerakan pisau diatur dengan rapi dan tidak menggunakan tenaga yang berlebihan sehingga tidak menimbulkan luka.
Bahkan pria yang dicukur hanya tahu seseorang baru saja memotong rambut belakangnya, tapi ia tidak tahu pasti benda apa yang digunakan, ia hanya berpikir orang tersebut mencukur menggunakan gunting, karena dia tidak mendengar suara alat pencukur listrik.
Merasakan angin dingin aneh yang meniup belakang kepalanya, Ia ingin memarahi pria yang baru saja mencukur rambutnya, tapi saat ia membalikkan badan ia langsung membeku.
Dengan terbata-bata ia berusaha mengucapkan nama sosok pria yang seharusnya tidak boleh ia provokasi.
"A.. Alan?!"
Kali ini Alan yang dibuat terkejut.
Kenapa dia mengenalku?