Saat itu dorongan ingin mengumpat terasa mendesak dari dalam perut Pandu.
Mengesampingkan fakta itu bukan mainan, bagaimana bisa dia menembakannya tanpa ragu-ragu seperti itu, bahkan Pandu sekarang masih bisa mendengar dengungan peluru di telingannya. sialan itu sangat berbahaya kau tahu.
Saat Pandu melirik tangan yang memegang pistol itu, siapapun dapat melihat tangannya sama sekali tidak gemeteran bahkan ketika hampir membunuh manusia, dan matanya juga tidak berpaling sedikit pun terus memperhatikan tindakan sekecil apapun dari dirinya.
Mendapat tatapan seperti ini, Pandu merasa dirinya sedang diberlakukan sebagai penjahat yang sedang di awasi polisi.
Karena ini juga Pandu entah memikirkan beberapa kemungkinan absurd, tapi ekmungkinaan ini dia hanya yakin 50%, tidak – melihat perubahan saat ini, kemungkinan dugaanya benar-benar nyata menjadi 80%.
Pandu memutuskan untuk bertanya untuk mencari kejelasan.
"Kau- apa kau ini sebenarnya anggota dari organisasi rahasia atau semacamnya?"
"Pffft... Organisasi? Pak Pandu sepertinya kau terlalu banyak menonton film agent rahasia, aku hanya orang normal biasa kau tahu?"
"..." Oh shit, dia benar-benar mentertawakanku.
Normalnya Pandu memang tidak akan berpikir seperti ini, tapi melihat kejadian sebelumnya dan perubahan dunia seperti Dungeon atau semacamnya, entah mengapa otaknya terinfeksi dengan pikiran aneh, biasanya Pandu bahkan akan mentertawan kata-kata seperti itu.
Pandu tidak menyangka, dia suatu hari akan mengatakan kata-kata itu dalam keadaan selain candaan.
Dia juga mendapat tawa ejekan sebagai jawabannya, tapi sekarang Pandu benar-benar ingin mengeluarkan kata-kata kasar, orang nomal dia bilang? Bulshit, orang normal tidak akan mungkin bisa menembak dengan tenang seperti itu.
"Baiklah berhenti bercanda sekarang, ayo kita pergi sebelum sesorang datang."
"Ya"
Selain utnuk meredakan suasana canggung, Pandu juga mengerti alasan kenapa harus berpindah jadi dia tidak banyak bertanay dan hanya diam mengikuti, malahan ia sebenarnya juga mengkhawatirkan tentang hal ini.
Jalan tempat Alan dan dia berkomunikasi sebelumnya memang sepi, tapi suara tembakan yang keras tadi pasti akan segera menarik perhatian, tidak hanya polisi, mungkin bahkan warga yang tinggal di sekitar sini akan mendekat entah karena khawatir atau hanya sekedar penasaran.
Lalu jika itu terjadi, penjelasan apa yang harus diberikan tentang penggunaan senjata api seperti itu?
"Ah, hey kau belum memperkenalkan diri tadi kan? Kalau boleh tahu siapa namamu?"
Pandu sebenarnya sudah mengeceknya namanya dalam dompet, tapi karena itu adalah tindakan yang tidak sopan, ia tidak akan mengatakannya.
"Panggil saja Alan"
Alan? Pandu jadi mengingat seseorang ketika mendengar nama ini, orang yang di rumorkan menyebarkan cara menggunakan kristal perubahan pertama kalinya.
Tapi dia tidak terlalu penasaran dengan hal ini, jadi Pandu tidak menanyakannya dan malah bertanya tentang hal lain.
"Alan, dimana kau mendapatkan pistol tersebut"
Hal ini yang paling membuatnya penasaran.
Biasanya orang normal tidak akan memiliki pistol seperti ini, lagi pula pistol ini bukan sejenis yang digunakan untuk berburu burung di hutan, yang diwariskan dari generasi sebelumnya, jadi tidak mungkin orang normal bisa dengan mudah mendapat kan senjata api baik ilegal maupun legal.
Pandu tidak berniat untuk mencoba mendapatkan satu, hanya saja dia tidak bisa menahan dorongan penasaran yang ada dalam dirinya jadi dai bertanya.
"Itu adalah pertanyaan yang tidak sopan sir Pandu, seperti layaknya bertanya kepada seorang wanita 'Apa warna celana dalam yang kau pakai hari ini?', hey? Bahkan hanya memberikan contoh aku mempunyai dorongan untuk menampar mulut yang kotor ini"
"..." Jawaban yang begitu absurd yang menunjukan dengan jelas dia sedang mencoba mengalihkan topik pembicaraan.
Dan dengan jawaban yang mencurigakan seperti itu, bagaimana dia tidak menghubungkannya dengan film?
Pandu berpikir menghabiskan hari dengan orang aneh seperti Alan, pasti akan cepat membuatnya stres.
***************
Setelah beberapa saat berlari dan merasa sudah cukup jauh dari area yan gdapat menimbulkan kecurigaan aku memutuskan untuk berhenti dan menarik nafas sebentar, saat menengok kebelakang Pandu masih terlihat mengikuti dari belakang.
Ini sedikit diluar dugaan, jika itu aku, aku pasti sudah berjalan mengambil arah yang berbeda saat berlari dengan terburu-buru tadi, lagi pula siapa pun pasti akan mempunyai dorongan untuk menghindari orang berbahaya, yang mempunyai pistol entah dari mana dan sama sekali tidak ragu untuk menembakannya.
Tapi melihat ini aku malah jadi merasa tidak puas, dan ingin mencoba ide lain.
"Pak Pandu, apa kau bisa melihat hantu?"
Hantu, makhluk supranatural.
Di masa depan nanti setiap orang akan bisa melihat hantu dan sejenisnya, setiap orang yang kumaksud di sini tidak hanya terbatas orang dungeon bahkan orang yang tidak pernah menggunakan kristal perubahan pun akan bisa melihat Hantu.
Tentu tidak sekarang, aku sendiri tidak tahu alasannya mengapa, setiap orang membutuhkan waktu yang berbeda-beda utnuk bisa melakukannya.
"Sial kenapa kau menambahkan pak di depannya kita hanya berbeda beberapa tahun, setidaknya gunakan 'Mas' atau panggil saja aku Pandu. Hantu? Aku tidak pernah melihatnya, memangnya kenapa?"
"Bukan apa-apa, hanya saja aku ingin menunjukkan hal lain agar kau tidak lagi menganggapku sebagai beban, lagi pula senjata api seperti pistol adalah hasil teknologi modern dan tidak bisa dibawa ke Dungeon, jadi bahkan jika aku benar-benar membunuh seseorang, itu tidak akan bisa membuktikan kemampuanku yang sebenarnya."
Aku juga ingin mencoba beberapa hal, seperti gulungan sihir yang ku beli aku sama sekali belum sempat mencobanya, jika Pandu bisa melihat hantu aku bisa membuat beberapa upacara pemanggilan hantu sederhana seperti dengan media Jelangkung, dan kemudian membuat beberapa pertunjukkan pertarungan dengan mahluk supranatural.
Sayangnya, dia tidak bisa melihatnya, jika aku memaksa melakukannya, di matanya nantinya aku hanya akan terlihat bertarung dengan udara kosong. Lebih baik kulakukan lain kali saja.
Aku kemudian melirik Pandu yang memasang ekspresi seperti sedang sakit perut.
"..."
Kenapa dia terdiam? Dan apa maksud ekspresi itu? Apakah ada yang aneh dengan kata-kataku? Aku tidak mengerti.
Butuh waktu beberapa saat untuk kami berkomunikasi lagi.
"Alan, apakah kau pernah membunuh orang sebelumnya?"
Membunuh? Di garis waktu yang lain aku sudah pernah melakukannya, tapi melihat waktu sekarang pembunuhan yang ku lakukan belum benar-benar terjadi, dan orang yang kubunuh juga sekarang masih hidup.
Hmm... ini pertanyaan yang sulit.
"Untuk sekarang aku belum pernah membunuh orang, tapi aku sudah pernah membunuh monster sebelumnya, seperti monster humanoid yang ku temui di dalam Dungeon, kalau tidak salah mereka menyebutnya Goblin."
Pertanyaan ini di luar skenario yang kupikirkan jadi aku tidak siap, tapi tetap saja aku tidak bisa menjawabnya dengnan asal-asalan, atau nantinya di masa depan malah akan meninggalkan lubang pada identitasku.
Pertanyaan tadi tidak mungkin dikatakan tanpa dasar, dengan tingkahku sebelumnya dan kerja sama kedepannya pasti aku akan membunuh monster, akan semakin mecurigakan jika aku bertindak dengan bebas saat bertarung dan membunuh monster.
Untungnya kepalaku berhasil memikirkan setting cerita yang bagus dengan cepat, yang bahkan membuat aku sendiri terkejut.
"Jadi apa kah sudah pernah masuk ke dungeon ?"
Pertanyaan konyol macam apa itu? Aku sudah mengatakan kalau aku sudah pernah membunuh monster, tentu saja aku sudah pernah masuk ke dalam Dungeon. Dengan kecerdasannya untuk apa dia menanyakan pertanyaan yang sudah jelas jawabannya itu?
Tapi mungkin dia mempunya maksud lain dari pertanyaannya, jadi aku pun menjawab dengan lebih lengkap.
"Yeah tidak hanya pernah, bisa dibilang aku sudah mengunjunginya lebih dari sekali"
Menurut setting yang kuciptakan akau sudah mengunjunginnya 3-5 kali. Hanya saja untuk bisa menyesuaikan dengan kejadian sebenarnya aku tidak bisa menyebutkannya secara spesifik.
"Lebih dari sekali!! Woh hebat, dalam kesanmu bagaimana rasanya berburu Dungeon, apakah begitu menyenangkan hingga membuatmu masuk beberapa kali?"
Aku tidak tahu mengapa, tapi aku merasa Pandu jadi semakin bersemangat ketika membahas tentang hal ini.
"Di dalam Dungeon sangat berbahaya, tapi meski berbahaya dan sering kali nyawaku hampir terancam, rasanya cukup menyenagkan ketika bisa menjelajah ketempat yang tidak dikenal, terutama perasaan yang diberikan saat tubuh menjadi semakin kuat setiap membunuh monster, itu yang terbaik"
Sejujurnya aku tidak pernah merasakan kegembiraan dari situasi yang ku jabarkan, aku hanya mengambil cerita tersebut dari orang lain, bagiku sesuatu yang paling menyenangkan dari Dungeon adalah saat kau bisa memakan makanan aneh namun enak yang sebelumnya belum pernah mencobanya dan mengunjungin tempat-tempat dengan pemandangan indah dan spektakuler.
Sayangnya Dungeon seperti itu masih belum ada, dan monster goblin dagingnya sama sekal tidak enak, terpaksa aku harus menggunakan alasan dari cerita orang lain.
"Tentu saja kan ya? Selain berhati-hati terhadap monster, kita juga harus waspada terhadap hewan yang berpotensi mengancam nyawa, seperti harimau, laba-laba beracun, ular dan masih banyak lagi, bahkan alam sendiri juga berbahaya, itu semua menegangkan tapi juga menyenangkan, aku sangat mengerti perasaan itu"
"..." Tidak, kurasa itu bukan arti sebenarnya dari kalimat yang baru saja kukatakan. Meski kata-kata tersebut bukan aku yang mengatakannya, tapi aku tahu topik yang kukatakan dan topik yang ia tangkap, adalah dua hal yang berbeda.
"Tapi aenhnya semua orang tidak mengerti perasaan ini, mereka malah memintaku untuk berhenti dari pekerjaan yang meenyenangkan ini, dan mencari pekerjaan lainnya yang tidak terlalu berbahaya. Dan setelah mendengar deskripsimu aku jadi semakin tertarik untuk mengunjungi Dungeon"
"..." Sudah kuduga dia adalah orang dengan kelainan mental. Bagaiaman dia bisa menghubungkan kata 'berbahaya' menjadi 'menarik'.
Ya, sisi baiknya dengan dia setuju rencana publikasiku bisa berhasil.
"Lagi pula ada seorang pro sepertimu, dengan pengetahuan dan epngalamanmu kau bisa membimbingku berbagai hal tentang Dungeon dan dengan kemampuanmu kau bisa melindungi keselamatanku jika terjadi sesuatu."
"..."
Dan sekarang lihat siapa yang akan menjadi beban. Urat malunya pasti sudah terputus ketika ia berani mengatakan kata-kata seperti itu. Dia baru saja menjilat ludahnya sendiri.
"Tunggu di sini sebentar aku akan segera menyiapkan alat-alat persiapan terlebih dahulu, jadi nanti kita tidak perlu bolak-balik dan bisa langsung berangkat menuju Dungeon"
"Tidak apa-apa aku akan ikut membantumu bersiap-siap, lagi pula aku sudah menyimpan koordinat Dungeon, aku hanya perlu membagikannya kepadamu, dan kemudian kita bisa langsung berteleportasi ke Dungeon, dengan ini semuanya bisa menjadi lebih cepat"
Aku juga ingin mengawasi agar ia tidak membawa barang-barang yang tidak perlu.
"Woooh... Teleportasi!? Aku ingin mencobanya"
Sihir memang akan selalu menjadi daya tarik semua orang, dengan sedikit senyuman aku kemudian menjawab.
"Ya, kau akan segera mencobanya nanti"