Dua sosok seorang lelaki mengembun di luar Dungeon, seperti kumpulan cahaya yang menyatu yang akhirnya membentuk seorang manusia.
Begitu tubuh terbentuk sepenuhnya, suara berisik datang dari pria di sisi kanan.
"Teman-teman apa kalian merasakannya? Teleportasi benar-benar menakjubkan, beberapa saat yang lalu kita masih di kota Surabaya sedangkan sekarang kita sudah berada di depan Dungeon"
Meski terlihat membutuhkan proses yang lama, tapi sebenarnya proses teleportasi hanya terjadi selama 3 detik.
Di saat Pandu sedang mendeskripsikan segalanya, Alan hanya melihat sekeliling, jika kamera menyorotnya dia akan tersenyum.
"Lihat banguanan kastil tua ini, benar-benar memberikan kesan fantasy kan?"
Meski di depan kamera, kegembiraan Pandu bukan hal yang palsu, Alan dapat melihat jelas malah Pandu sedang menahan kegembiraan itu.
"Dan seperti yang kubilang kita kali ini akan benar-benar menjelajah Dungeon, kalian bisa melihat kita sekarang berara di dalam Barier yang mengelilingi Dungeon"
Kamera di arahkan keluar, memperlihatkan tentara, polisi, warga sekitar beberapa orang lewat yang sedang menatap kami dengan ekspresi terkejut.
Setiap aktifitas yang mereka lakukan membeku sepenuhnya, mereka pastu terkejut ketika melihat orang yang tiba-tiba muncul entah dari mana.
Bagaimanapun juga teleportasi masih belum umum sekarang, jadi Alan tidak heran dengan reaksi mereka.
"Kalian mungkin ada yang bertanya-tanya, siapa orang yang disampingku ini? dan bagaimana dia bisa menunjukkan cara berteleportasi? Oke biarku berikan clue, nama depannya adalah Alan, apakah kalian tidak asing dengan nama ini? Ya kalian benar, dia adalah orang pertama yang menyebarkan cara menggunakan kristal Dungeon dengan benar, dan Alan yang sama sekarang bahkan sudah mengunjungi Dungeon serta membunuh monster, mari kita sapa dia secara langsung, Halo Alan"
"Yo hoo"
Alan menyapa kamera, jantungnya berdetak dengan normal, otaknya juga dapat berpikir dengan lancar, tapi tetap saja dia merasa tidak bisa bertindak dengan bebas, pengalaman di depan kamera adalah pengalaman yang baru baginya, Alan masih membutuhkan waktu untuk menyesuaikan diri.
"Alan kau sebelumnya berkata monster di dalam Dungeon ini adalah Goblin kan? Tepatnya goblin yang seperti apa? Bisakah kau sedikit mendeskripsinya?"
Alan segera mengatur narasi di pikirannya, untuk mencari kata yang tepat diucapkan untuk promosi yang dapat membuat orang tertarik, tapi di sisi lain tidak terlihat dengan jelas.
"Aku tidak bisa mengatakan semua monster yang ada di dalam Dungeon ini adalah goblin, seperti yang kita ketahui Dungeon memiliki system lantai, aku hanya pernah mengunjungi lantai satu tapi aku sudah menemukan lebih dari 1 jenis goblin. Contohnya seperti goblin Monet yang sering hidup diatas pohon dan Goblin Titan yang memiliki ukuran hingga seukuran manusia dewasa, kecuali warna kulit dan bentuk telinga mereka hampir tidak pada cara fisik yang sama, jika aku tidak membacanya dari Guide book, sulit mempercayai mereka dari ras yang sama, sedangkan untuk lantai yang lainnya aku sama sekali tidak memiliki ide, tapi aku yakin di dalamnya akan ada monster yang berbeda"
Penejelasan yang tenang dan rapi keluar dari mulut Alan, tidak bisa dikatakan sempurna, tetap saja dia cukup merasa puas, jika bisa Alan menilai sikapnya 9/10, terutama jika melihat sikap pendiamnya di masa lalu yang tidak suka banyak bicara, orang yang mengenalnya bahkan akan terkejut dan bertanya-tanya apakah orang yang didepan kamera adlah Alan yang mereka kenal.
"Woh Goblin Monet? Goblin Titan? Aku juga jadi tidak sabar untuk melihat mereka lebih dekat melihat seberapa berbeda mereka meski dari ras yang sama, tapi sebelum itu kalian bisa subscribe channel ini untuk melihat video menarikku yang lainnya"
Tidak lupa juga Pandu mempromosikan channel miliknya, dia melakukannya dengan sangat alami. Karena isi yang hanya sebatas kata-kata kosong, Alan tidak terlalu mendengarkannya.
"Kalian sudah melakukannya, jika sudah mari kita langsung masuk saja ke dalam"
Lagi-lagi Pandu berbicara kepada kamera, dan baru kemudian mematikannya sebentar. Pandu menatap Alan untuk beberapa saat.
"Kerja bagus Alan, meski aku tidak memberikan gambaran atau arahan apapun tapi kau bisa melakukannya dengan baik."
Sebuah pujian, Alan seharusnya merasa senang dengan ini, tapi anehnya dia malah merasa kesal, terutama ketika pujian itu keluar dari mulut Pandu.
"Ya, ayo cepat kita masuk ke dalam, dan di sana mungkin ada satu atau dua pelayan menyambut, aku akan berbicara dengan mereka sebentar dan kau bisa mereka sekeliling lobbi, kemudian saat aku memebri sinyal kau mendekat"
Alan memberikan intruksi singkat agar kedepannya tidak terjadi miss komunikasi. Tanpa menunggu jawaban Pandu, Alan langsung menuju ke pintu masuk Dungeon.
Begitu masuk kedalam, mereka berjalan diantara lorong yang dipenuhi lumut dan dinding penuh retakan. Rasa suram dan kotor ini, meski Dungeon ini memang Dungeon miliknya, Alan sendiri tidak bisa tidak mengumpat pada Dungeon tingkat rendah.
Sesampainya di lobby, mereka langsung di sajikan dengan ruangan lobby terlihat bersih dan rapi, meski tidak bisa disebut mewah pemandangan ini tidak akan membuat mata sakit.
Jendela-jendela kaca yang menampilkan kekosongan diluar, lampu gantung yang berkilau dengan sangat indah, ukiran-ukiran berbentuk lingkaran sihir di dinding dan lantai.
Dekorasi ini hanya bisa disebut sederhana, tapi masih memiliki ruang untuk perbaikan lebih lanjut, lagi pula lobby masih hanya memilliki 1 ruangan, Alan terlalu memiliki sedikit pilihan untuk membuatnya menjadi lebih baik.
Meski uang yang menjadi kendala terbesar untuknya.
Begitu mereka melewati batas antara lorong dan lobby, dua orang gadis dengan pakaian maid menyambut secara bersamaan.
"Selamat datang, kami menyambut kalian di Dungeon ini"