Setelah beberapa jam perjalanan dan istirahat, kami akhirnya sampai di lokasi yang kutuju.
Tidak jauh beberapa meter di depanku sebuah lubang dengan dinding batu yang dipenuhi lumut. Lina mengerjakan tugasnya dengan bagus, lubang ini memang terlihat seperti lubang alami yang telah ada bertahun-tahun yang lalu, sama sekali tidak terlihat seperti lubang baru saja di gali.
Aku mulai menjelaskan rencanaku kepada yang lain, berniat menutupi lubang dengan ranting, tanah dan rumput, menjadikannya sebuah jebakan lubang.
Berburu monster tidak hanya sebatas pada membunuh, banyak orang-orang berpikir Dungeon sama seperti game, grinding dan dan naik level up. Namun sebenarnya berburu di sini lebih pada berburu secara nyata, menggunakan bermacam jenis jebakan adalah cara yang efektif untuk menangkap dan membunuh monster.
Potongan daging rusa yang telah di olesi dengan rumput tulang biru kuletakkan ditengah-tengahnya.
Jebakan yang terlihat jelas, tapi aku yakin goblin tidak akan menyadari jebakan ini, bahkan jika goblin menyadarinya mereka akan mencoba mendekat karena efek peningkatan rumput tulang biru pada daging, dengan kecerdasan mereka yang rendah, logika hanya akan dikalahkan oleh nafsu.
Rencana berjalan dengan lancar, kami telah menjebak 2 pasang unit patroli goblin ke dalam lubang dan membiarkan masing-masing dari kami membunuh satu.
Aku dapat melihat senyum puas di wajah mereka.
Setiap penyerang Dungeon membunuh monster mereka akan menjadi semakin kuat, itu adalah fakta yang semua orang tahu.
Tapi sebenarnya senyum puas dalam wajah mereka bukan karena mereka benar-benar menjadi kuat, ada perasaan seperti itu, tubuh akan terasa segar, mengurangi rasa penat dan kelelahan mental, terasa seperti di level up karena upgrade.
Setelah membunuh 1 monster, tidak akan benar-benar membuat seseorang langsung berubah menjadi superman, bahkan sebenarnya efeknya tidak terlalu signifikan, tanpa pemeriksaan khusus orang tidak akan bisa tahu apakah mereka benar-benar menjadi semakin kuat atau tidak, perasaan menjadi kuat yang mereka rasakan hanya ilusi.
Membunuh 1 monster sudah cukup untuk promosi, aku terlalu malas untuk lanjut dan akhirnya memutuskan untuk menyudahi perburuan hari ini.
Dungeon lantai 0 , aku duduk di kursi Dungeon master dengan malas.
Ruangan yang kosong ini begitu sepi, hanya ada aku dan Lina, dan karena Lina tidak memiliki kesadaran ia tidak bisa disebut orang, pada dasarnya aku sedang sendirian.
Cukup miris sebenarnya, sebagai Dungeon master aku seharusnya memiliki beberapa orang di sisiku yang berperan sebagai pengawal ataupun pelayan, sehingga jika aku butuh sesuatu aku hanya perlu memberikan mereka perintah, seperti yang di lakukan masterku dulu.
Tentu aku tahu suatu hari aku pasti bisa seperti itu, saat aku sudah memiliki lebih banyak pelayan, yang perlu kulakukan saat ini hannyalah sabar dan terus berusaha menjadi kuat.
Meski begitu, sebenarnya situasi sepi seperti ini terasa cukup menenangkan, yang dapat membuat pikiranku lebih jernih sehingga otak dapat bekerja dengan lebih baik, mungkin di masa depan aku akan membuat ruang khusus yang memiliki suasana tenang dan rileks seperti ini.
Dengan situasi yang tenang seperti ini aku bisa dengan mudah mengevaluasi tindakan ku sebelumnya sambil beberapa rencanaku untuk ke depan.
Sayangnya ditengah-tengah lamunanku, Lina menyela dan berbicara.
"Big Brother, Penyewa Faelar ingin memberi tahumu kalau dia sudah selesai melakukan persiapan, toko bisa di buka kapan saja"
Sudah selesai? Dia sedikit terlambat, jika saja Faelar dapa menyelesaikannya 1 jam yang lalu mungkin tokonya bisa mendapat promosi gratis dari Pandu.
Dia kurang beruntung.
"Di mana Faelar sekarang?"
Aku tidak memiliki kebutuhan khusus untuk bertemu dengannya, tapi demi membangun hubungan yang baik aku merasa perlu untuk membuat obrolan kecil.
"Dia sudah pergi tepat selesai dia memberitahu kalau persiapan telah selesai"
Ini sedikit aneh. Kenapa dia begitu terburu-buru? Obrolan kecil dalam bisnis adalah hal yang normal, jika seseorang tidak ingin mengobrol setidaknya dia akan berpamitan, kecuali ada kejadian mendesak yang harus membuatnya segera pula.
"Dia meninggalkan seseorang untuk menjaga toko kan?"
Dalam kesepakatan kami, tidak ada kalimat yang menyebutkan aku akan menyediakan pelayan untuk menjaga atau merawat tokonya, jadi seharusnya Faelar meninggalkan beberapa orang di sini.
Karena aku pergi bersama Pandu sebelumnya, aku jadi tidak bisa memantau langsung siapa saja yang pergi mengunjungi Dungeon menggunakan saluran ruang dan teleportasi, meski aku sudah meninggalkan batasan pada teleportasi, sikap Faelar yang terburu-buru membuat aku sedikit curiga.
Aku berpikir mungkin Faelar sudah gila dan meninggal kan sesuatu semacam bom di toko, untuk membalas dendam karena alasan tertentu yang tidak diketahui.
Meski aku tidak mengingat pernah mengatakan kata-kata yang menyinggungnya, juga dimataku tidak akan ada keuntungan bagi Faelar melakukan tindakan seperti itu. Tapi tetap saja masih ada kemungkinan kecil, meski jika kemungkinan kecil tersebut hanya 1% aku harus berhati-hati.
"Ya dia meninggalkan 2 pelayan Elves, dan juga sebuah pesan"
Syukurlah dia meninggalkan 2 orang pelayan, setidaknya aku tidak perlu takut Faelar akan meninggalkan bom ataupun peledak di toko.
"Bacakan pesan yang ia tinggalkan"
""Tuan Alan selamat, sepertinya kau telah berhasil memprovokasi raja Elves kami, yang mulia raja telah meninggalkan pesan kepadamu sebagai peringatan, beliau berkata 'berhenti mencampuri urusan bangsa Elves manusia rendahan', Sebagai hukuman untukmu kami akan mengurangi jumlah 'botol ekstraksi pohon dunia' yang seharusnya kami berikan"
Sebuah provokasi yang langsung, tanganku mengepal karena marah, bahkan Lina mengerutkan kening melihat pesan ini.