Chapter 21 - Mengunjungi Paman

Dengan sedikit lompatan aku turun dari atas pohon, memegang kristal jernih tanpa warna di tangan.

Sebelumnya aku merasakan ada benda dengan konsentrasi energi diatas pohon, dan di rasakan dari tingkat kepadatannya, aku sedikit membuat tebakan.

Ternyata benar-benar kristal perubahan.

Setelah menggunakan kristal perubahan aku kembali mendapatkan kemampuan kesensitifan terhadap energi, mana, Ki atau sesuatu yang mirip, yang berasal dari suatu benda, hewan, monster ataupun energi ada di udara.

Sebagai manusia biasa, seseorang tidak bisa terhubung dengan energi secara langsung, karena alasan ini juga kristal harapan lebih banyak disebut sebagai kristal perubahan dan orang yang telah menggunakannya disebut jenis manusia yang berbeda.

Dan kemampuan ini adalah semacam kemampuan bawaan yang akan dimiliki oleh mereka yang telah menjadi manusia yang berbeda

Perbedaan antara aku dan mereka hanya terletak pada pengalaman dalam penggunaannya. Seperti seseorang yang tiba-tiba menumbuhkan ekor, sedangkan aku sudah memilikinya sejak lahir.

Aku jadi teringat ketika aku baru saja mendapat kemampuan ini kembali, dan merasakan betapa keringnya energi di bumi pada garis waktu ini.

Saat itu aku merasakan seperti ketika seseorang yang terbiasa hidup di daerah dingin, tiba-tiba dipindahkan dan harus tinggal di padang pasir.

Energi memang tidak terlalu berdampak pada tubuh, tapi perubahan tiba-tiba seperti itu masih terasa menyesakkan bagiku yang terbiasa hidup di bumi dengan ketebalan mana yang tinggi.

Di sisi lain, dengan tipisnya mana di udara membuatku lebih mudah untuk merasakan benda-benda dengan energi di sekitar, terutama benda dengan konsentrasi yang rendah seperti kristal perubahan, disaat aku tidak memiliki kemampuan tambahan khusus untuk mencari benda.

Selesai mengambil kristal perubahan aku kembali berjalan menuju rumah pamanku.

Dalam ingatan terakhirku, paman adalah orang galak dan kasar, dia selalu keras kepadanya. Sedangkan istrinya adalah orang yang lebih lembut, dia jarang sekali memarahi atau memerintahku. Benar-benar kepribadian yang berkebalikan

Aku si pengecut di masa lalu, dengan alasan 'meminta pendapat dari orang dewasa' juga sempat mengunjunginya begitu terjadi perubahan pada dunia. Meski pada akhirnya aku pergi meninggalkan mereka.

Seteleah beberapa menit akhirnya aku sampai di tempat tujuanku, rumah dua lantai yang dicat dengan warna hijau. Tanpa menunggu lama aku segera menekan bel rumah.

Ding ding!

"Ya, tunggu sebentar" dari dalam terdengar suara seorang gadis muda.

"Oh Alan, kau datang lebih lambat dari yang ku kira"

Seorang gadis dengan usia sekitar usia 16 tahun membuka kan pintu dengan pakaian sekolah, gadis berambut pendek dengan dada yang menonjol, dia adalah anak pertama dari pamanku, Hina.

"hm?" Apa maksud dari 'lebih lambat dari yang kukira'? dia sudah tahu aku akan datang? Atau dia menungguku?

"Hina, dimana bibi dan paman?"

"Dia ada di dalam, masuk saja"

Hina menjawab dengan ramah dan tersenyum manis. Tapi aku merasakan senyum itu seperti hanya hiasan, sebuah senyum palsu.

Aneh, apakah dia selalu seperti ini

"Em terima kasih, ayo kita masuk"

"Alan, kalau orang tua ku tanya, bilang kau datang ke sini karena mendapat pesan dariku, Okay?"

Karena Hina harus menutup pintu, Aku harus berjalan di depan. Tidak masalah sebenarnya, lagi pula ak usudah beberapa kali ke sini. Tapi di saat dia bertanya dan aku melirik Hina yang berjalan di belakang, Hina berjalan sambil berusaha menjaga jarak dariku.

"Ya. Tidak masalah"

Dari luar aku terlihat biasa saja, tapi sebenarnya aku sedang berusaha untuk tidak mengerutkan kening, tentang tindakannya dan juga pemintaannya.

"Selamat datang Alan, maaf bibi sedang sibuk, duduk saja dulu di sana."

Seorang wanita berusia kurang dari 40 terlihat membawa kardus lewat di koridor.

Seharusnya aku menyapanya, tapi untuk alasan tertentu aku terdiam.

Hingga muncul orang lain menyusul dari belakang, membuatku tidak sempat menjawab.

"Kau sungguh lama sekali Alan, cepat bantu paman beres-beres ini, kita harus bersiap-siap seperti yang dikatakan berita tv"

Pria botak berbadan besar, dia adalah pamanku.

Dan seperti biasa dia berbicara dengan nada memerintah, namun di balik nada kasarnya itu aku masih bisa melihat kekhawatiran dalam darinya, dan dia juga terlihat lega saat melihat aku datang.

Di sisi lain bibi yang terlihat ramah, bagiku sangat terlihat jelas ia menyembunyikan ke tidak senangan ketika aku datang kemari.

Ditambah dengan perkataan Hina sebelumnya, kemungkinan besar dengan sifat mudah panik pamanku, ketika melihat kejadian aneh seperti perubahan tiba-tiba pada dunia, dia meminta Hina untuk menghubungiku yang tinggal sendirian.

Tapi Hina tidak melakukannya? Dan sifat meraka yang berubah drastis membuatku berpikir, apakah aku baru saja masuk ke rumah yang salah? atau saat kembali ke masa lalu aku malah kembali ke universe yang berbeda?

Ada kemungkinan, tapi aku tidak bisa membohongi diriku sendiri.

Aku tidak tahu mengapa sifat asli mereka seperti ini, tapi aku sudah bisa mengerti bagaimana hal ini bisa terjadi.

Aku yang dulu terlalu naif, dan sama sekali tidak pandai menilai seseorang.

Tapi setelah di paksa untuk hidup di dunia yang mengerikan, harus setiap saat berhati-hati membedakan mana kawan mana lawan. Kemampuan menilai ku semakin membaik.

En, kupikir aku seharusnya tidak perlu mengganggu kehidupan bahagia mereka dengan kehadiranku.

"Alan kenapa kau malah tersenyum begitu? Cepat bantu, berita tv bilang ada kemungkinan perubahan anehnya akan terjadi lagi"

Sepertinya aku harus mengucapkan selamat tinggal dengan lebih cepat.

"Tidak perlu paman, aku ke sini hanya ingin memberimu ini."

Aku kemudian melemparkan 'kristal perubahan' ke arah paman.

"Gunakan itu, kau hanya perlu menutup mata selama lima detik didekatnya dan ikuti test yang di intruksikan pixie"

Tanpa menunggu reaksi paman, aku berbalik dan berjalan kearah pintu keluar.

"Sampai jumpa lagi paman, ku harap kita bisa bertemu lagi"

Meski aku sedikit mendengar pamanku terus berteriak memanggil namaku, aku sama sekali tidak menghentikan langkah kakiku dan tidak memiliki niat untuk berbalik.

************

"Anak sialan itu, benda aneh apa yang ia berikan kepadaku"

Setelah Alan pergi, keluarga pamannya mulai mendiskusikan tentang 'kristal perubahan'.

"Ayah, coba aku lihat sebentar"

Hina kemudian mencocokan dengan gambar di smartphonenya. Beberapa saat kemudian entah mengapa ia terlihat bergetar karena gembira.

"Tidak salah lagi, ini adalah.. ini adalah pecahan yang terjatuh dari langit, kristal perubahan"

Kristal perubahan telah menjadi topik hangat di internet, terutama setelah Alan memberitahu cara penggunaanya.

"Ada apa Hina, apa kau tahu tentang kristal ini"

Sambil memebaca penjelasan di internet, Hina mencoba berbicara sambil menahan kegembiraanya.

"Fenomena fantasy tadi pagi di duga tidak hanya membuat perubahan pada bumi, tapi juga pada mahluk hidup yang tinggal diatasnya.

Saat ini, di berbagai belahan dunia hewan telah mengalami bermacam mutasi, jika sebelumnya perbandingan hewan berekor ganda adalah 1:1000 sekarang hanya 1:10, beberapa orang memprediksa perubahan di bumi menandakan datangnya era manusia melawan monster.

Untuk kami para manusia masih bisa tenang karena mermiliki bermacam senjata berteknologi tinggi untuk membunuh mereka, tapi akhir-akhir ini telah muncul juga mahluk supranatural di berbagai belahan dunia, seperti hantu, roh dan lainnya yang tidak bisa di bunuh dengan senjata fisik.

Kristal perubahan ini di duga adalah harapan untuk manusia, untuk berubah menjadi manusia super yang bisa melawan mereka.

Karena alasan ini Pemerintah mulai mengumpulkan kristal perubahan, tapi mereka tidak bisa mengambil dari orang-orang secara paksa, dan rakyat pun tidak bodoh, mereka kemudian menjualnya.

Tapi dengan terbatasnya jumlah kristal perubahan yang terjatuh setiap hari, dan membandingkan dengan jumlah manusia saat ini, beberapa orang memprediksi harga kristal akan menjadi semakin mahal."

"Ayah-ayah, sebaiknya kita simpan terlebih dahulu dan jual nanti. Seseorang sebelumnya telah menjualnya seharga $3000, dan pasti kedepannya akan lebih mahal lagi, kau juga setuju kan ayah?"

Hina sudah selesai berbicara, tapi Ayahnya sama sekali tidak menjawab.

"Ayah?"

Saat Hina melirik ayahnya, dia melihat ayahnya sedang menatap pintu. Dan kemudian menutup mata, dia bermaksud mengguankannya.

Karena ia yakin Alan mempunyai tujuan, telah memintanya untuk menggunakannya alih-alih menjualnya.