Chapter 6 - Avatar Inti Dungeon

Sulit untuk menentukan kedepannya takdirku akan menjadi lebih baik atau malah akan menjadi lebih buruk.

Jujur meski memiliki pengetahuan masa depan, aku masih sedikit gelisah. Mungkin seharusnya aku memilih jalan yang aman saja, jalan untuk menjadi Dungeon Attacker sama seperti di kehidupan sebelumnya.

Mengunakan jalur yang sama memiliki banyak keunggulan, aku tahu dungeon mana yang bagus bagiku tumbuh, monster mana yang dapat membuat ku kuat dengan lebih cepat, Master yang cukup baik untuk kulayani, dengan semua itu aku yakin aku pasti bisa masuk 10 besar Dungeon Attacker terkuat.

Tapi hanya dengan itu aku masih belum puas.

Baik 100 besar, 10 besar, ataupun Dungeon Attacker terkuat sekalipun, tidak akan bisa bertahan dan menjadi kuat secara mandiri, Dungeon Attacker ditakdirkan untuk menjadi pasukan bagi master Dungeon , aku akan selalu di garis depan, mempertaruhkan nyawanya pada perjuangan yang tidak berarti.

Jenis kehidupan yang sama sekali tidak ku sukai. Tapi di sisi lain jika aku memilih berhenti bekerja keras dan memilih hidup santai aku akan tertinggal, ketika tahun semakin berlalu aku akan mati dengan penyebab yang sangat sepele, tidak ada yang tahu kapan dan dimana aku telah mati, tidak ada yang peduli apalagi mengenang kematianku. Masa depan adalah dunia yang kejam.

Melihat dunia yang masih damai ini aku tanpa sengaja membandingkannya dengan kekacauan yang akan terjadi dimasa depan.

Menatap tato sihir tidak terlihat ditelapak tangan, aku mengaktifkannya kembali dan bertelepotasi langsung ke Dungeon milikku dengan sangat alami.

Sebuah ruangan yang membosankan dari Dungeon tingkat rendah. Gua suram dengan dinding batu bata yang lusuh. Sebuah kursi buruk yang seharusnya disebut singgasa bertengger di ujung ruangan.

Tujuanku bukan di sini, kakiku terus kuperintahkan untuk berjalan, menuju ruangan inti Dungeon disamping kiri.

Sebuah bola kristal yang sama yang pernah ku lihat diruangan test tergeletak begitu saja di ujung tengah ruangan.

Berikutnya adalah langkah sesungguhnya menjadi master Dungeon yang "benar".

Aku mengaktifkan otoritas master Dungeon dan memberi perintah pada inti.

"Bentuklah avatar."

Perintah diucapkan. Inti perlahan-lahan mulai mengembunkan sosok humanoid.

Menurut informasi yang kupelajari. Avatar yang akan terbentuk akan menyerupai sosok yang dicintai master Dungeon, sedangkan sifat dan kepribadian akan tergantung kecocokan antara master dengan inti Dungeon. Jika kecocokan tinggi, kepribadian akan sesuai dengan favorit Master Dungeon. Sebaliknya jika kecocokan rendah, avatar inti akan dibentuk secara acak.

Data itu termasuk data yang masih belum dibuktikan, tapi aku tetap merasa penasaran sosok seperti apa yang akan terbentuk nanti.

Apakah cinta pertamaku? Ataukah pacar SMAku yang sulit kulupakan bahkan ketika umurku sudah 19 tahun ? Aku benar-benar menantikannya.

Sosok mulai terbentuk sedikit demi sedikit , seorang gadis berambut panjang dengan tinggi sekitar 145 cm berdiri di depanku.

"..." Melihat ciri-ciri ini membuatku terdiam.

Walaupun wajahnya masih belum terbentuk, kira-kira aku sudah bisa menebak sosok siapa yang ia tiru. Pertanyaannya adalah...

Kenapa adikku?

Memang aku ingin menghidupkan Lina kembali, tapi bukan berarti aku memiliki Cinta lawan jenis kepadanya.

Ah tidak- tunggu sebentar. Mungkin kah arti orang paling di cintai di sini, bukan mengacu pada pasangan tapi mengacu pada cinta secara umum? Seperti kasih sayang misalnya dan tentu cinta keluarga juga termasuk.

Semakin aku memikirkannya, membuatku semakin yakin kebenarannya memang seperti itu .

Dalam hidupku orang yang paling dekat denganku adalah adikku.

Sejak aku berumur 1 tahun orang tuaku pergi entah kemana, aku hanya dirawat oleh paman dan bibiku, dan saat aku berusia 8 tahun orang tuaku kembali pulang sambil membawa adikku yang saat itu berumur 2 tahun, mereka hanya tinggal selama 1 bulan dan pergi lagi meninggalkan aku dan adikku.

Mereka benar-benar orang tua yang sembarangan. Membuatku ragu apakah mereka benar-benar orang tuaku atau bukan.

Saat aku berusia 12 tahun, Bibi yang selama ini merawatku tiba-tiba meninggal, dibunuh oleh seseorang, secara bersamaan Ayahku kembali pulang, tanpa ibuku. Saat kutanya dimana dia, Ayah hanya diam saja. Sejak itu aku tinggal bersama Ayahku, sedangkan Pamanku juga pergi entah kemana seperti orang tuaku.

Dia adalah ayah yang suram dan jarang tersenyum, yang bahkan membuat adikku takut kepadanya. Sebagian besar komunikasi antara kami, hanya ketika ia mengajarkan tentang pengelolaan bisnis.

Ia mengajari ku bisnis hingga aku berusia 15 tahun, dan pergi lagi sambil meinggalkan sebuah perusahaan kecil untukku dikelola.

Keluargaku benar-benar aneh dan terlalu misterius, ketika perubahan dunia aku membuat kesimpulan gila, mungkin saja mereka bukan orang biasa? bagaimana pun juga sihir telah terbukti ada. Dengan pemikiran ini, mulai hari itu aku mencoba membuat penyelidikan.

Tapi hingga aku meninggal, tepatnya 27 tahun dari sekarang, aku sama sekali tidak menemukan jejak atau petunjuk apapun.

Ketika membicarakan tentang keluargaku yang misterius, aku tiba-tiba teringat satu hal yang cukup penting.

Kalau tidak salah buku tentang waktu yang menghilang dengan aneh, juga adalah peninggalan keluargaku, ayahku dan pamanku berpesan jika hingga tanggal 31 maret kemarin tidak ada orang datang untuk mengambil kotak yang berisi buku tersebut, aku boleh membuka kotak itu dan menggunakan isinya .

Penggunaan kata 'Menggunakan' pada pesan keluargaku sedikit tidak pada tempatnya, buku bukan untuk digunakan tapi untuk untuk dibaca, lalu apa maksud dari kata 'menggunakan' isi buku di mulut ayahku? untuk memukul orang? jika hanya satu orang yqng menitipkan pesan aku mungkin hanya menggap dia membuat kesalahan, tapi ketika ada dua orang yang membuat 'kesalahan', membuatku kembali berpikir mungkin memang ada sesuatu yang tidak normal dengan dengan buku itu, aku memutuskan untuk menyelidiki hal ini lagi nanti.

Ketika aku tengelam dalam lamunan, avatar dari inti dungeon telah sepenuhnya terbentuk.

Memperlihatkan sosok gadis manis kecil, wajah oval dengan hidung mungil. Mata dengan bulu mata yang panjang, menatapku dengan tatapan yang dingin. Seperti memandang orang yang telah hidup dengan cara yang menyedihkan.

"Sebuah kehormatan untuk bertemu dan melayanimu, Kakak"

"..." Perkataan dan nada bicaranya benar-benar berkebalikan dengan adikku. Tapi anehnya dia memanggilku dengan sebutan Kakak.

Dalam Study yang kupelajari tentang inti Dungeon, menyatakan kalau Dungeon tingkat rendah masih belum membentuk kesadaran nyata, kepribadian pada Avatar hanya semacam Ai tingkat menengah.

Yang lebih membuatku pesaran adalah kenapa inti Dungeon bisa tahu kalau sosok avatar yang ia tiru adalah adikku? Tidak ada informasi apapun yang membahas tentang hal ini.

" Siapa namamu?" Tanyaku.

Aku sedikit penasaran, karena dia memanggilku kakak, apakah dia juga memiliki nama yang sama?

"Nama? Namaku adalah inti Dungeon." Katanya dengan nada dingin yang datar.

Kau memang adalah inti Dungeon, Lalu apa? Aku juga tahu kau adalah inti Dungeon tapi yang kutanyakan adalah nama. Atau mungkin, dia tidak punya nama? Coba saja ku tanyakan.

"Munhkinkah kau tidak punya nama?"

Bukannya mengangguk atau menggeleng, avatar inti Dungeon malah memiringkan kepalanya bingung dan mengulangi kata-kata yang sama.

"Aku adalah inti Dungeon"

"..." Aku tidak tahu harus bereaksi seperti apa.

Lupakan saja, sejak awal dia memang tidak punya kecerdasan dan kesadaran. Komunikasi tidak akan bisa selancar seperti berkomunikasi dengan manusia normal.

"Kalau begitu mulai sekarang namamu adalah Luna, apakah kau mengerti?"

"Mendapatkan nama baru darimu adalah kehormatan tertinggi untukku, Kakak"

Meski kata-katanya dingin, setidaknya Avatar inti masih menuruti perintahku, apalagi meski kecerdasannya masih rendah aku kagum dia benar-benar pandai menjilat.

"Luna, masuk mode pengelolaan Dungeon"

""Masuk mode Pengelolaan"" Luna mengulangi perkataanku.

Kesadaranku ditarik kedalam inti, diruang hitam, yang benar-benar kosong tanpa ada satu benda pun di dalamnya.

"Luna, buatlah interface game untuk mempermudah pengelolaan Dungeon"

"Sesuai perintahmu kak"

Satu-demi satu interface muncul didepanku. Dan sekarang waktunya untuk menjadi serius.