Putri tak sedikitpun mengurangi kecepatannya malah semakin mempercepat mobil itu sampai menuju ke rumah sakit, begitu sampai ia langsung menghambur ke arah UGD untuk menemui Syafid yang sedang memperjuangkan nyawa,ia menemukan ibu syafid dan Nia yang sedang menangis tersedu-sedu.
" Bunda... " lirih Putri karena ia juga merasakan apa yang dirasakan kedua perempuan itu.
Begitu mendengar suara Putri ibu Syafid langsung menghambur kepelukannya sambil menangis tersedu-sedu,ia yang awalnya ingin mencoba tegar namun tangisnya menjadi-jadi saat melihat tangisan seorang ibu yang begitu membuatnya sesak.
"Bunda yang tenang ya,kita berdoa supaya Syafid baik-baik aja" ujar Putri dengan menahan air mata.
Setelah beberapa menit Dokter pun keluar dari UGD,sesekali ia memandang mereka dengan tatapan serius membuat Putri menduga-duga jika dokter akan memberikan berita yang tidak menyenangkan.
"apakah diantara kalian ada yang memiliki golongan darah AB? pasien memerlukan itu secepatnya karena kondisinya kritis" ujar Doker itu membuat Putri semakin berpikiran yang tidak tidak.
"Bunda golongan darahnya AB kan? " tanya Putri,namun raut wajah wanita itu tak menunjukan ada harapan.
"golongan bunda dan Nia beda,cuman ayahnya yang sama, sementara ayahnya masih terjebak macet saat mau kesini" Lagi-lagi dugaan Putri benar.
"kita harus cepat,pasien tidak bisa menunggu lebih lama lagi" tegas Dokter itu karena mengingat kondisi Syafid yang semakin memburuk.
"ambil darah saya dok,golongan darah saya AB" para sahabatnya yang sudah datang dari tadi mun memandang Putri buang masih tidak percaya.
"kamu nggak keberatan Put? " tanya Ibunya yang penuh harap.
"iya bun,jadi bunda jangan nangis lagi ya... Putri nggak mau lihat itu karena aku sangat sayang sama bunda sama seperti aku sayang sama mamah" ujar Putri sambil mengusap air mata wanita itu dengan lembut.
Tanpa basa-basi lagi Putri pun masuk ke ruangan untung mendonorkan darahnya ke Syafid,sesekali ia memandang laki-laki yang ia sayangi sedang terbaring,laki-laki yang biasanya menujukan tatapan jangan dibalik sikapnya yang dingin kini benar-benar tertidur lemas diatas brankar,ia masih setia memandang laki-laki itu sampai akhirnya pandangannya mengabur karena efek bius yang mulai bekerja.
"Aji, tante mau tanya " tanya wanita itu sambil memandang Syafid dan Putri yang sedang tertidur besebrangan.
" iya tan,ada apa? " jawab Aji untuk mempersilahkan wanita itu bertanya.
" bukannya sekarang Putri berangkat ke luar Negeri ya? " tanya wanita itu yang penasaran karena tiba-tiba saja Putri datang.
"sebenarnya tadi Putri udah mau berangkat tadi,tapi dia langsung dateng setelah aku kasih tau dia kalo Syafid kecelakaan" jelas Aji.
Wanita itu sangat kagum dengan perjuangan Putri yang rela melepaskan cita-cita hanya demi anaknya yang sudah melukai hatinya,ia mengakui jika tak main-main hati Putri kepada anaknya walau awalnya ia menduga jika Putri menyukai anaknya hanya karena rupa saja.
"Jangan.... jangan... JANGAN PERGI! " teriak Putri yang baru saja bangun dari mimpi burukkan membuat Aji tersentak kaget.
"kamu udah baikan Put? " tanya wanita itu sambil menghampiri Putri.
" Bunda Syafid mana?" bukan menjawab pertanyaan dari wanita itu Putri malah menanyakan keberadaan Syafid.
"Dia ada disebelah kamu tap-" belum ia menyelesaikan perkataannya Putri langsung bangkit tanpa aba-aba menuju Putranya berada.
"Kok Syafid belum bangun Bun? " tanya Putri yang khawatir.
"Syafid koma sayang"
Kebahagiaan Putri runtuh begitu saja saat mendengar laki-laki yang ingin ia lihat setelah membuka mata kini masih terpejam saja matanya,ia tak sadar jika air matanya tiba-tiba menetes membuat wanita yang berada dibelakangnya langsung memeluk Putri dengan lembut harap-harap bisa menenangkan pikiran yang semakin kacau saja.
" kenapa jadi begini bun... Putri nggak mau lihat Syafid kayak gini... Putri mau lihat Syafid senyum " lirih Putri yang masih saja menitihkan air mata kesedihan.