"Baiklah, kita akan membebaskan keempat pemimpin dahulu agar mereka bisa membantu kita. Aku akan membuat mesin agar kita bisa sampai ke sana dengan cepat." Kata Greisy.
Dengan cepat, Greisy membuat mesin lagi.
"Lokasi kristal tidak jauh dari tempat-tempat para pemimpin itu dikurung." Kata Ella.
"Benar, tetapi kita juga harus cepat." Kata Gavin.
Liana hanya menunduk, ia terlihat khawatir.
Aira tahu apa yang ia khawatirkan.
Aira menepuk bahu temannya itu.
Aira tersenyum kepada Liana.
"Tenang, Liana, kita pasti akan berhasil. Hal itu tidak mungkin terjadi." Katanya.
Liana tetap menunduk.
.
.
Akhirnya Liana memutuskan untuk keluar sebentar. Halu, lelaki tua itu, menemani Liana.
"Liana, kamu terlihat cemas sekali.." kata Halu.
Liana menunduk, dan ia menjawab dengan suara pelan,
"Aku tidak yakin.."
Kakek itu tersenyum,
"Tenang saja, akupun juga tidak yakin."
Liana melihat ke arah kakek itu dengan bingung.
"Aku tidak yakin, jika memurnikannya adalah jawaban yang benar. Kamu tahu, hal seperti ini sudah berlangsung sejak kakek buyutku hidup, peperangan antara Lightness dan Darkness. Kristal utama sudah pernah dimurnikan 10 kali, tetapi tetap saja kedamaian tidak tiba." Kata kakek itu.
Liana pun tambah cemas.
"Akupun mulai berpikir apakah ada cara lain selain memurnikan kristal utama itu. Tetapi, jika kalian bersikeras, tidak apa-apa..." kata kakek itu.
Liana menunduk.
.
.
"Aku tidak bersikeras kok.."