Greisy menggerakkan mesinnya dengan cepat. Tetapi, ia tetap terkepung.
"Si-Siapa dia?" Kejut Greisy saat melihat ada seorang lelaki membuat penghadang dari sihir Darkness.
"Itu adalah Calmness wizard, penyihir paling tenang." Kata Gavin.
"Kita terkepung.." kata Greisy.
"Bagaimana ini?" Tanya Liana panik.
.
.
"Ayo, keluarlah.." kata Calmness Wizard itu.
Mereka pun keluar.
"Lepaskan Dalbert dan Pamela tolong..." kata penyihir itu.
Greisy terlihat panik, ia tidak ingin melepaskannya karena Dalbert dan Pamela sudah mengetahui semuanya tentang the choosen one dari Lightness.
"Kak Greis... lepaskan saja..." kata Reese.
"Tetapi nanti kalian dalam bahaya..." bisik Greisy.
"Tidak apa-apa..." balas Reese tenang, meskipun sebenarnya ia juga takut.
Greisy berpikir sejenak.
"Baiklah..." kata Greisy.
Greisy melepaskan Pamela dan Dalbert.
Calmness Wizard itu tersenyum.
"Terimakasih.." katanya.
.
.
"Hey, Calm, jangan lupa ada empat the choosen one di sini!" Kata Thoughness Axe.
"Begitu.. baiklah, kita akan bereskan ini... secara tenang..." kata Calmness Wizard.
Greisy sudah kehabisan akal. Gavin membelakangi anak-anak itu, begitu juga dengan Greisy.
"Bagaimana ini..." pikir Greisy.
.
.
Calmness melirik ke arah Aira. Tiba-tiba, di sekeliling Calmness muncul 10 bola sihir hitam.
Bola-bola itu segera menerjang ke arah Aira.
Greisy berusaha untuk melindunginya, tetapi bola itu mengelak.
"Dark barrier!" Kata Gavin.
Tembok pelindung muncul di sekeliling anak-anak itu.
Bola-bola itu mengenai tembok pelindung Gavin, bola-bola itu terserap ke dalam tembok itu.
"Kamu... dari Darkness?" Tanya Thoughness Axe.
Gavin tidak menjawab.
.
.
"Oho, situasinya menjadi rumit!" Kata Thoughness Axe.
"Ayo, Calmness, kita serang saja!" Teriak Thoughness Axe.
Thoughness Axe berlari menerjang ke arah anak-anak, ia mengayunkan kapaknya. Tembok buatan Gavin pun hancur.
"Hihihi! Ternyata sihirmu lemah!" Kata Thoughness.
"Menjauhlah!" Teriak Greisy.
Greisy mengeluarkan senjata mesin yang aneh. Dari senjata itu, bola sihir Lightness meluncur dan terkena tubuh Thoughness Axe. Thoughness Axe terkejut dan terjatuh.
"Sihir Lightness?" Kejut Calmness.
"Jangan pikir dengan ternodainya kristal, aku masih tidak bisa memakai sihir Lightness!" Kata Greisy.
Greisy menembakkan sebuah bola sihir Lightness ke arah Calmness juga. Calmness Wizard dengan cepat menembakkan bola sihir Darkness juga. Kedua bola itu saling bertabrakan. Saat kedua bola itu bertabtakan, bola-bola itu meledak dan mengeluarkan beberapa warna pelangi.
Liana melihat hal itu, ia pun bingung.
"Lemah!" Kata Thoughness Axe. Ia mengayunkan kapaknya kepada Greisy.
Greisy menembakkan sebuah bola sihir Lightness lagi, tetapi kapak itu menghancurkan bola sihir itu.
"Bola sihirku hancur... tanpa menggunakan sihir?" Kejut Greisy dalam pikirannya.
"Selamat tinggal!" Kata Thoughness Axe.
Greisy mengelak ayunan kapak Thoughness Axe.
"Mungkin kamu kuat, tetapi kamu terlalu lambat!" Kata Greisy.
Greisy menembakkan dua bola sihir Lightness dengan cepat.
Tetapi Thoughness Axe mengelakkannya dengan kapak besar yang ia miliki.
"Hahaha, lemah sekali bola-bola sihirmu!" Kata Thoughness Axe.
.
.
"Kita juga harus membantu!" Kata Liana panik.
Tetapi Gavin berkata,
"Tenanglah.. simpanlah kekuatan kalian untuk memurnikan kristal itu." Kata Gavin.
Akhirnya mereka hanya diam saja.
.
.
"Dark explotion!" Teriak Gavin.
Gavin meledakkan pasukan-pasukan itu.
"Tch.. Pamela dan Dalbert sudah tidak terlihat sejak kita melepaskannya!" Keluh Gavin.
.
.
Tiba-tiba, langit menjadi gelap.
"Siapa?" Kejut Gavin. Ia segera melihat ke langit.
"Calmness, jangan main gelap dong, kasihan yang lain, hahahaha!" Tawa Thoughness.
"Bukan aku.." jawab Calmness.
"Eh?" Kejut Thoughness.
"Lalu siapa?" Tanya Greisy.
Langit gelap diselimuti oleh awan hitam. Petir menyambar-nyambar. Ada sosok lelaki di langit.
Lelaki itu merentangkan tangannya ke arah mereka semua yang dibawah.
Tanpa ada Kata-kata apapun, kabut menyelimuti mereka.
.
.
"Apa ini? Ini bukan sihir Darkness maupun Lightness!" Kata Ella.
"Ayo ikut aku!" Kata seorang lelaki tua yang menepuk bahu Ella dan Aira.
Mereka berempat mengikuti lelaki tua itu. Lelaki tua itu berlari ke arah Greisy dan Gavin dan menyuruh mereka mengikutinya.
.
.
Tak lama kemudian kabut hilang, Greisy, Gavin, dan keempat anak-anak itu sudah hilang.
"Mereka.. hilang.." kata Calmness dengan sangat tenang.
"AAAAARGH! CURANG!" Keluh Thoughness.
"Thoughness, kita harus tenang... mereka pasti akan ke arah kota Lightness untuk memurnikan kristal itu. Kita tunggu saja di sana." Kata Calmness.
Calmness menciptakan kabut kecil, lalu ia berjalan ke arah kabut itu, lalu ia menghilang.
"Dasar!" Keluh Thoughness.
.
.
.
"Sementara kita di sini dulu." Kata lelaki tua itu.
"Anu... siapa kamu?" Tanya Liana.
"Aku Halu." Jawab lelaki itu.
Ella menatap lelaki itu dengan curiga.
Lelaki itu tersenyum.
"Tempat ini sangat dekat dengan kota Lightness. Mungkin kalian tadi berada jauh, tetapi sekarang dekat... membingungkan ya.. hahaha." Tawa Halu, lelaki tua itu.
"Kakek, mengapa kamu menyelamatkan kami?" Tanya Aira.
Lelaki itu tersenyum.
"Kalian bertujuan baik, jadi aku selamatkan kalian. Aku berada di pihak Netral." Kata lelaki itu.
"Tidak masuk akal... jika kakek ada di pihak netral, seharusnya kakek tidak mencampuri urusan pihak Lightness dan Darkness." Kata Ella.
Lelaki itu tersenyum.
"Kalian ingin membawa damai, jadi aku selamatkan kalian." Kata Halu.
"Begitu.." kata Ella.
"Kalian bisa menetap di sini hingga besok pagi, kalian harus cepat, sebelum Darkness menodai kristal itu sepenuhnya." Kata Halu.
"Kita akan menyusuh rencana dahulu." Kata Greisy.
Lalu mereka menyusun rencana.