Nando POV
Aku sadar. Kita sebagai manusia tidak tahu apa yang sebenarnya orang lain rasakan dari diri kita. Tidak tahu kita dianggap sebagai apa olehnya. Tidak tahu apa yang ia perjuangkan dari kita. Tidak tahu apa yang orang lain sembunyikan dari kita.
Aku sadar. Manusia bukanlah mahluk yang paling sempurna di dunia ini.
Mungkin kita tidak bisa tertipu oleh jebakan - jebakan rumus matematika. Mungkin kita tidak bisa tertipu oleh para penipu yang akan menguras ATM kita dalam sekejap.
Kupikir hanya satu organ manusia yang dapat ditipu yaitu mata, mata dapat tertipu oleh fatamorgana. Mata dapat tertipu oleh foto jalanan aspal di ponsel yang menunjukan tekstur kasar. Mata dapat tertipu oleh para pesulap handal.
Tapi ternyata aku salah. Bukan cuma mata yang dapat tertipu. Namun hati juga begitu.
Cukup rumit untuk menjelaskannya. Tapi, bayangkanlah kamu membenci seseorang selama hampir beberapa tahun. Tapi setelah orang itu keluar dari hidupmu. Kujamin kamu pasti merindukannya.
Seperti yang dikatakan oleh Passengers pada salah satu lagunya yang berjudul let her go.
"Only know you love her, when you let her go."
Tepat sekali. Aku baru saja merasakan faktanya. Waktu tak dapat diulang kembali. Cintailah mereka yang berada di sekeliling mu. Mungkin saja teman mu yang sering pinjam uang menyebalkan. Tapi mereka tak perlu memberi tahumu kan ?, jika mereka menggunakan uang itu untuk menyumbang.
Mungkin penumpang MRT sebelahmu telah mengganggumu dengan menginjak sepatumu secara keras yang spontan membuat mu bergeser. Tapi kamu tidak tahu kan ? Kalau ia melakukan itu dengan sengaja untuk membuatmu bergeser dan lolos dari copet yang berusaha mengambil dompet disaku belakangmu.
Seperti kisahku. Setelah bertahun - tahun dekat. Tiba - tiba ia menjadi cuek dan mulai menjauhiku. Membuatku dilanda stres kala itu. Tapi ternyata, ia melakukan itu karena umurnya terlalu pendek untuk mendapatkan cinta dariku dan meninggalkanku begitu saja ditengah - tengah rasa cinta yang melanda.
Aku menutup buku lalu tersenyum. Tepuk tangan terdengar meriah dari para pendengar dihadapanku.
"Waw... Itu sungguh menakjubkan, ya!" ucap host kepadaku.
"Eh, btw. Apa bener, kak Nando sendiri dapet inspirasi buku itu dari kisah nyata kak Nando sendiri ?" tanya sang Host penasaran.
Nando tekekeh pelan. Ia melamun, pikirannya terbawa kemasa lalunya yang begitu kelam.
Setega itu kah ia ? Ia bahkan belum mengucapkan maaf pada Lisya.
1 July 2010, tanggal dimana mereka bertemu untuk pertama kalinya. Pada saat itu Nando sedang mengisi salah satu acara di mall. Ia menjadi pembicara sebagai penulis. Ia menerangkan tips - tips menulis.
Ditengah tengah acara. Matanya terpaku pada salah satu cewek dengan cardigan merah muda berambut ikal berwarna cokelat tengah terduduk di dalam starbucks.
"Hm... Saya..." ucapan Nando menggantung. Matanya terpaku pada perempuan itu. Entah mengapa tapi ia benar - benar tak bisa melepas pandangan matanya.
"Gimana ?" tanya host menyadarkan lamunan Nando.
Setelah acara selesai. Nando melongok kembali starbucks, mencari gadis tersebut. Ia menghela napas ketika tak mendapati siapapun.
Ia membalik badannya, namun ia tak sengaja menabrak seorang perempuan. Menjatuhkan beberapa buku yang ia bawa.
"Ehh sorry - sorry" ucap Nando. Ia membantu membereskan bukunya.
"Iya nggap papa kok. Salah aku juga" beberapa detik kemudian. Nando membisu mendapati gadis yang ia cari.
Suasana menjadi hening untuk beberapa saat.
"Boleh minta nomer telfonnya nggak ?" tanya Nando. Gadis bernama Lisya itu tersenyum tulus lalu mengangguk. "Boleh..." ucapnya halus sukses meluluhkan hatinya.
"Kak Nando" panggil host menyadarkannya. Nando menggeleng cepat. Ia menyadarkan dirinya dari masa lalu.
"Ah iya. Bener iya. Buku ini berasal dari masa lalu ku" ucap Nando terbata.
Matanya mendapati seorang perempuan yang terkekeh pelan mendengar ucapan Nando yang terbata dan gugup itu. Wanita berambut cokelat ikal dengan cardigan merah muda itu lalu berjalan memasuki starbucks. Sukses membuat Nando melongo serta begidik ngeri.
"Lisya ?"