Chapter 19
.
(Cinta dan Cemburu sangatlah dekat)
.
Sai menyembunyikan pistol dibalik jasnya. Sasori terus menatap kearah Sai yang kini sedang mulai menunjukkan senyum polos khasnya.
"Kau harus sadar posisimu dimana," ucap Sai yang terdengar ramah. Sasori hanya diam tidak menjawabnya.
"Aku tidak peduli dengan ancamanmu, kau pikir aku akan takut?"
Sai merapikan baju Sasori.
"Kalau kau tidak menjauhi Sakura, mungkin nanti bukan aku yang menodongmu bisa saja oranglain dan kau akan tinggal nama," ujar Sai.
"Kau pikir aku tidak bisa melawan majikan brengsekmu itu. Dan diam saja seperti pecundang? Sai kau salah besar jika berpikir aku akan menyerah, bagaimanapun caranya aku harus memiliki Saku-."
"Sakura milik tuanku. Mereka sudah memiliki seorang putri, seharusnya kau sadar itu."
"Omongkosong!! Aku tidak peduli!" Sasori langsung membentak Sai yang sedari tadi menunjukkan senyumnya.
"Aku tidak akan membiarkan si brengsek itu memiliki Sakura lagi," gumam Sasori.
Didalam mobil berwarna hitam. Sakura hanya menundukkan kepala dan tidak ingin melihat tatap yang mengerikan dari Sasuke yang kini sedang diliputi rasa cemburunya.
"Mungkin aku terlalu baik padamu." Sakura menutup bibirnya rapat tidak ingin menjawab atapun menjeda kata-kata Sasuke yang mulai menunjukkan sikap lamanya yang penuh emosi juga ego yang tinggi.
"Sakura, lihat aku. Mau sampai kapan kau menunduk seperti itu?"
"Aa, aku hanya mencintamu Sasuke."
Sasuke mulai membelai surai merah muda milik Sakura.
"Hnn," sahut Sasuke.
"Ja-jangan seperti dulu lagi.
Aku sangat nyaman dengan perubahanmu Sasuke, aku tidak ingin yang berlalu kembali menjadi mimpi buruk yang selalu menghantuiku."
Sasuke terus membelai surai merah muda Sakura. Sakura terus tertunduk.
"Apa kau pernah disentuh dia? Walau sehelai rambutmu."
Degh..
Sakura mengingat yang pernah dilakukan Sasori, mencium kening dan pipinya.
"Dia tidak pernah melakukan apapun padaku," jawab Sakura membuat Sasuke tersenyum tipis.
"Jika aku sampai tau kalau, dia melakukan apapun padamu jangan salahkan aku."
Sakura hanya mengangguk dua kali dalam diamnya.
"Kenapa Mama dan paman Sasori lama sekali?" Sarada melihat sekelilingnya.
Dia hanya melihat beberapa pengunjung di taman itu.
"Mungkin sedang ada urusan penting. Sarada, tenanglah," sahut Mitsuki yang sedang menikmati es krim yang dia baru pesan lagi.
"Mitsuki, kau sudah pesan es krim kesepuluh. Apa kau tidak takut sakit perut?"
Mitsuki hanya mengelengkan kepala saat Sarada mengalihkan pembicara, bertanya pada Mitsuki yang terlihat sangat menyukai es krim.
Tring.
Mitsuki meraih hanphone yang berada disaku celana kanannya. Terlihat pesan penting tertulis dari balik layar handpnone.
??? : Mau sampai kapan kau, bermain-main?
"Mitsuki : Sabarlah. Aku sedang menikmati kesenanganku dulu.
Sarada memperhatikan Mitsuki yang sedang sibuk membalas pesan.
"Apa dari orangtuamu?" Mitsuki menoleh kearah Sarada.
"Hanya pesan dari teman saya," jawab Mitsuki, sambil memasukan hanphone kedalam saku celananya.
"Sarada, saya tinggal dulu ya?"
"Mm.. Kau mau kemana?"
"Toilet," jawab Mitsuki.
Sarada hanya menghela nafas.
"Heeh.. Sudah aku duga pasti kau, sakit perut."
Mitsuki langsung memegang perutnya seakan menahan sesuatu.
"Uuh perut saya sakit. Sarada saya pergi dulu ya? Cuma sebentar."
Sarada mengangguk. Mitsuki langsung terburu pergi meninggalkan Sarada yang sedang menikmati suasana taman, duduk di bangku taman.
Mitsuki menghentikan langkah kakinya saat berlari.
'Kenapa aku harus menjadi orang bodoh,' kata batin Mitsuki yang sedang berdiri didekat area toilet.
Dia meraih handphone disaku celananya, dan menghubungi seseorang.
"...."
"Semuanya lancar tenang saja."
"...."
"Sasuke Uchiha? Jadi giliran ayah Sarada ya?"
"...."
"Baiklah itu mudah serahkan saja padaku, tapi aku sedikit membutuhkan waktu, apa lagi ada, Sai Shimura."
"..."
"Iya, aku akan berhati-hati." Mitsuki menutup handphone dan memasukan kesaku celana.
"Semakin menarik," gumam Mitsuki.
"Woi!! Bocah kau sedang apa?" Mitsuki melihat kearah asal suara.
"Paman, membuat saya terkejut saja," jawab Mitsuki sambil menuju kearah Sasori yang berdiri cukup jauh dari Mitsuki.
Sarada mulai tersenyum saat sosok ibunya terlihat dari kerumunan beberapa pengunjung yang berada di taman itu. Sakura mulai duduk dibangku tepat disebelah Sarada.
"Mama, kenapa?"
Sakura menghela nafas pelan membuat Sarada mengerutkan keningnya karena merasa heran dengan sikap ibunya.
"Mama, hari ini lelah sekali, Sasori dan Mitsuki mana?"
"Paman Sasori? Aku, tidak tau ada dimana kalau Mitsuki ke toilet," jawab Sarada.
Sakura mulai memejamkan matanya.
'Semoga saja tidak akan bertambah buruk,' kata batin Sakura.
Sasuke hanya memejamkan mata sambil duduk bersandar di jok mobil.
"Tuan, apa tadi ada masalah?" Sai menyetir mobil, melajukan mobil itu dengan kecepatan yang umum.
"Sai terus awasi, Sasori."
"Iya tuan, saya akan mengawasinya," jawab Sai, yang masih fokus mengemudikan mobil.
"Sai, apa Sakura sangat dekat dengan dia?"
"Setahu saya lumayan dekat," jawab Sai.
'Lebih baik aku, rahasiakan yang waktu itu,' gumam sai dalam hati.
Sasuke mencoba menenangkan diri dan menyamankan yang dia lakukan.
Duduk bersandar sambil memejamkan mata seakan sedang lelah karena suatu hal.
"Apa? Kita pulang?"
Sasori menghembuskan nafas kesalnya karena Sakura meminta untuk pulang dan tidak menjelaskan karena apa?
"Iya, kita pulang saja, aku sedang lelah."
"Baiklah kita pulang," ucap Sasori.
Mereka bertiga memutuskan kembali kerumah.
Sarada sedikit merasa ada yang aneh dengan sikap ibunya. Mitsuki memutuskan ingin bermain-main di taman dan menjelaskan bahwa nanti dia akan dijemput oleh kakaknya.
Sakura mulai memejamkan mata saat didalam bis. Sarada memperhatikan sikap yang aneh dan menatap curiga kearah Sakura.
'Mama seperti sedang sedih memikirkan sesuatu, apa mungkin hanya perasaanku saja?'
Sarada hanya membatin bertanya-tanya dengan sikap ibunya yang terlihat sedih dari sudut pandang Sarada. Sementara Sasori yang duduk dibagian paling belakang hanya diam membatin kesal.
'Aku tidak akan menyerah dengan tujuanku, masa bodoh dengan ancaman dari Sai atau si brengsek Sasuke Uchiha.'
Sementara Mitsuki yang masih berada ditaman, dia hanya berbaring dibangku taman sambil memainkan handphone.
'Sasuke Uchiha, orang yang dermawan,' kata batin Mitsuki, setelah membaca kabar terbaru lewat media sosial yang terlihat dari layar handphone yang dia pegang.
NEXT
Chapter 20
(Ayah dan Anak)