Sarada terus memikirkan yang dia dengar saat di kamarnya walau Sarada terbangun tapi dia memutuskan berpura-pura tidur.
"Sarada, Sakura belum bangun?"
"Masih mandi," jawab Sarada.
Sasuke hanya memperhatikan Sarada saat menikmati roti. Sarada yang diperhatikan sekilas melirik kearah Sasuke lalu kembali fokus kearah Sasori.
Sasori mencoba bersikap biasa walau sempat terkejut saat dia melihat Sasuke ada di rumah Sakura. Sasori memilih bersikap biasa dan tidak bertanya kenapa Sasuke ada di rumah Sakura.
.
.
Chapter 24
.
(Mencoba belajar menerima)
.
.
.
.
Sreesshhh...
"Duuu... Duuu.. Duu... Duuuuu.."
Sakura bersenandung bahagia saat tubuhnya terguyur air dari shower yang seperti air hujan. Terlihat dari wajahnya raut yang teramat bahagia.
"Akhirnya mimpiku terwujud," gumam Sakura yang terdengar kekanak-kanakan.
Di kediaman Haruno tepatnya rumah Sakura, kali ini berbeda dari pagi yang sebelumnya karena sosok Sasuke hadir di rumah minimalis itu walaupun terlihat minimalis dan biasa saja berbeda jauh dengan rumah Sasuke yang megah hampir menyerupai istana namun, Sasuke terlihat lebih merasa nyaman tinggal dirumah kekasihnya.
Sakura di kamar mandi sampai menghabiskan waktu kurang lebih 34 menit waktu yang sangat berlebihan sampai-sampai dia lupa jika saat ini sedang musim dingin seharusnya berendam dengan air hangat atau mengatur air shower menjadi hangat.
Buktinya saat Sakura menuju kamar dengan balutan handuk ditubuhnya, harus diikuti suara bersin berberapa kali juga gemigil akibat kedinginan.
"Brrr... Dinginya," keluh Sakura saat dia akan memakai pakaianya yang sedang dia pilih. Sakura yang berusia 30 tahun ini masih saja bersikap kekanak-kanakan sifat ini muncul saat dia memiliki seorang anak.
Salju yang turun dapat terhitung dengan jari itu mulai terhenti dan akan turun kembali saat malam hari. Kini menghiasi pagi yang menuju siang, Sakura bersiap menuju ruangtamu setelah keluar dari kamarnya.
"Haa.. Ha.. Hacimmm.."
Sakura bersin beberapa kali saat menuju ruang tamu.
Dia mengintip dari dekat tembok mengamati, Sasuke, Sarada dan Sasori.
'Mm.. Ada Sasori? Apa tadi baik-baik saja ya?'
Sakura membatin dan berharap semoga tadi selama dia mandi semoga tidak terjadi apa-apa.
'Mm..? Kenapa dia mengintip seperti itu?'
Sasori menyadari apa yang sedang dilakukan oleh Sakura.
"Kau sedang apa, Sakura?"
Sarada dan Sasuke memperhatikan kearah tujuan pandangan Sasori.
'Mama, sedang bertingkah aneh lagi,' kata batin Sarada.
"Hnn..?"
Sasuke hanya mengerutkan keningnya.
Sakura pun menunjukkan dirinya dari tempatnya tadi, senyuman yang terlihat manis dia tunjukkan untuk semuanya sampai Sasori, tersenyum penuh arti sedangkan Sasuke hanya tersenyum tipis sementara Sarada menghela nafas karena merasa aneh dengan perilakuh ibunya.
"Haa.. Haciimm.."
Sasuke, Sarada dan Sasori hanya memperhatikan Sakura penuh tanda tanya.
"Hnn.."
Sasuke beranjak dari duduknya lantas dia menghampiri Sakura.
"Kau kenapa?"
Sasuke menempelkan telapak tangan kanannya di kening Sakura.
Sasori langsung memalingkan wajahnya beralih memperhatikan suasana ruang tamu.
Sarada hanya memperhatikan Sasori penuh tanya.
'Mm.. Paman kenapa?'
Sarada membatin sambil membenarkan posisi kacamata yang dia gunakan diikuti tatapan curiga.
'Awal yang baik baginya dan buruk bagiku,' kata batin Sasori yang tetap memperhatikan suasana ruangtamu.
Ting... Nung...
Adegan yang terbilang romantis antara Sasuke dan Sakura dari sudut pandang Sasori itu pun harus berakhir karena suara bel rumah yang tiba-tiba saja berbunyi.
Sakura langsung menuju arah pintu keluar rumahnya.
'Uhh..'
Sakura membatin kesal, sambil mengembungkan kedua pipinya.
Ting... Nung... Ting.. Nung...
"Sebentar!"
Sakura membuka pintu rumahnya dan terlihat sosok Mitsuki sedang tersenyum ketika Sakura membuka pintu.
"Bibi, apa Sarada, ada di rumah?"
"Haa.. Ha.. Chimmm.."
Mitsuki langsung menutup matanya, Mitsuki membuka mata kananya.
"Bibi, seharusnya tutup mulut jika ingin bersin," ujar Mitsuki.
"Maaf... Bibi tidak segaja inikan diluar kendali bibi. Mitsuki masuklah Sarada ada didalammm.. Hacimm."
.
.
.
.
Mitsuki terlihat senang saat melihat Sasuke ada di rumah Sakura, mereka berempat memutuskan untuk pergi menikmati liburan musim dingin tapi, Sakura tidak bisa ikut karena keadaannya mulai memburuk terlihat sedang demam.
Akhirnya hanya Sasori, Sarada dan Mitsuki yang pergi untuk berlibur sementara Sasuke akan menemani Sakura yang sedang terkena demam.
Sarada sempat ingin tidak ikut berlibur namun Sakura memberi saran agar Sarada ikut apa lagi Mitsuki terlihat memaksa agar Sarada mau ikut.
"Kau aneh.."
Sasuke terlihat tidak senang setelah mendapat penjelasan dari Sakura karena penyebabnya Sakura demam adalah mandi terlalu lama dan mengunakan air dingin bukannya air hangat.
"Mau bagaimana lagi, akukan lupa.. Haciimmm.."
"Hnn.. Lupa? Apa kau tidak merasa dingin saat mandi?"
Sakura memalingkan wajahnya.
"Tidak.."
Sasuke hanya tersenyum tipis saat melihat Sakura menunjukkan ekspresi kesalnya.
"Aku terlalu senang sampai aku lupa," ucap Sakura.
"Senang?"
"Uhukh... Uhukh.. Uhukh.."
Sakura mulai terbatuk, membuat Sasuke sedikit panik dalam diamnya.
"Demammu semakin parah," ucap Sasuke. Sasuke menyentuh kening Sakura, yang kini sedang berbaring ditempat tidur.
"Mmhh hangat.."
Sasuke hanya tersenyum saat mendengar ucapan Sakura.
"Aku ambil air hangat untuk mengompresmu, tungg-."
"Sasuke, disini saja. Aku tidak butuh dikompres nanti juga sembuh sendiri.. Hacimm," Sahut Sakura dan bersin lagi.
Sasuke meninggalkan Sakura menuju pintu kamar, Sakura terus memperhatikan pintu kamarnya saat dia sedang berbaring.
"Sasuke," gumam Sakura diikuti pintu kamar yang mulai terbuka. Sasuke yang baru saja Sakura gumamkan kini sedang menuju kearahnya.
"Hnn.. Apa aku lama?"
"Sangat.. Lamaaa.."
"Hanya 2 menit," sahut Sasuke.
"Tetap saja lamaa," ujar Sakura diiringi senyum dan rona merah dikedua pipinya.
Sasuke mengompres Sakura dengan sapu tangan yang dibasahi air hangat sebelum diperas.
Sepasang emerald hijau milik Sakura terus menatap kearah wajah Sasuke. Sepasang onyx hitam yang terlihat ramah yang terpancar dari kedua mata Sasuke dan senyum tipis yang sangat membuat wanita bersurai merah muda itu terus menunjukkan rona merah dikedua pipinya.
"Aku masih belum percaya kalau ini dirimu, Sasuke."
"Hnn..? Apa maksudmu?"
Sakura hanya tersenyum sebagai penganti jawab pertanyaan Sasuke. Sakura meraih tangan Sasuke lalu membimbing agar menyentuh pipi kirinya.
"Seperti apapun dirimu, aku tetap mencintaimu, walau dulu aku sangat membencimu, tapi benciku bersamaan dengan cintaku."
Sasuke mendekatkan wajahnya kearah wajah Sakura. Entah kenapa mereka memilih ciuman sebagai penganti ungkapan cinta.
Sasuke dan Sakura saling memandang tanpa ada kata yang keluar dari lisan keduanya.
"Ciumm.."
Sakura mulai memejamkan mata.
"Kita sudah ciuman 5 kali..
Aku beli obat dulu," ucap Sasuke terdengar santai. Sakura hanya diam sambil mengembungkan kedua pipinya.
'Menyebalkan,' kata batin Sakura lalu dia menutup wajahnya dengan bantal.
Sasuke menutup pintu kamar itu perlahan.
'Cepatlah kembali,' kata batin Sakura yang mulai memejamkan mata diiringi senyumannya.
.
.
.
.
Sasuke menunggu salah satu pelayannya didepan gerbang rumah Sakura. Namun kali ini bukan Sai yang akan datang melainkan pelayan yang berbeda.
Kira-kira 10 menit kemudian mobil berwarna hitam terlihat menuju kearah Sasuke.
"Maaf tuan, saya terlambat."
"Tidak apa-apa."
Sasuke mulai memasuki mobil itu dan menyuruh supirnya untuk ke Apotik terdekat.
Sasuke ingin membelikan obat untuk Sakura, sebenarnya bisa saja Sasuke meminta salah satu dari pelayannya untuk membelikan obat namun Sasuke, memilih untuk membelinya secara langsung dengan tangannya sendiri.
"Apa kau bisa lebih cepat," ucap Sasuke.
"Iya, tuan," jawab si supir.
Mobil hitam itu mempercepat lajunya tapi harus terhenti saat lampu merah menyala. Sasuke memperhatikan pejalan kaki yang sibuk melihat-lihat pajangan yang ada dibalik kaca pertokoan.
Perlahan mobil itu mulai melaju sampai ketempat tujuannya. Sasuke pun turun dan membeli obat di Apotik, para pegawai dan pengunjung Apotik itu seakan tidak percaya dengan yang mereka lihat.
'Itukan.. Pemilik Uchiha Corp,' gumam batin dan bisik yang ada disana.
Setelah Sasuke menerima obat yang Sasuke pesan, diapun kembali kearah mobilnya. Sasuke hanya tersenyum penuh arti saat didalam mobil.
"Mereka berlebihan," gumam Sasuke.
"Mungkin karena tuan, selalu membantu mendanai sekolah dan yang kurang mampu, mereka semua jadi seperti itu," ucap si supir.
"Hnn.. Mungkin kau benar," sahut Sasuke, sambil memikirkan Sakura.
Sakura yang dipikirkan Sasuke, kini Sakura sedang menuju dapur walau dengan langkah kaki yang terlihat sedikit menjaga keseimbangan tubuhnya.
"Uuchh.. Pusing... Sasuke, kau lama sekali cepatlah.."
Sakura mengambil air minum didalam kulkas lalu meneguknya perlahan.
"Ahh.. Segar sekali, hausku jadi hilang," gumam Sakura.
.
.
Mobil berwarna hitam itu mulai melaju saat lampu merah berpindah menjadi lampu hijau.
"Sabarlah aku akan pulang," gumam Sasuke, sambil melihat kearah obat yang dia beli tadi yang kini ada di kantung plastik bening ditangan kanannya.
Kiiithhhthhh!!!
Brakkk!!!
Mobil berwarna hitam itu ditabrak dari sisi kirinya dari arah yang berbeda.
Mobil berwarna merah yang melaju cepat saat diikuti oleh mobil polisi itu kini tidak berbentuk lagi. Karena mobil berwarna merah itu hancur, terlindas truk kontener.
Naasnya Sasuke ada didalam mobil berwarna hitam itu.
Sasuke melihat obat yang dia beli di Apotik tadi, dengan keadan setengah sadar.
"Hnn.. Dapat," ucap Sasuke saat dia meraih obat itu diikuti pandangan mata yang mulai tidak jelas sampai disaat dia kehilangan kesadarannya.
Mobil hitam itu terpental hingga pembatas jalan dekat pertokoan semua pejalan kaki yang ada ditempat kejadian itu terlihat panik dan mencoba untuk menolong yang ada didalam mobil berwana hitam itu.
.
.
Sakura membuka matanya tiba-tiba, lalu dia melihat kearah jam dinding dikamarnya sudah menunjukkan pukul 5:04 sore.
"Emmh... Sudah sore.. Eh? Demamku turun?"
Sakura menyetuh keningnya sendiri walau merasa sedikit pusing namun suhu tubuhnya sudah kembali seperti semula.
Tok... Tok... Tok...
"Maa... Mama..."
Sarada mengetuk-ngetuk pintu berkali-kali dari balik pintu kamar Sakura.
"Iya, Sara. Sayang masuklah.
Clekh..
"Mama, sudah sehat?"
Sakura tersenyum sebagai balasan pertanyaan Putrinya.
"Sasuke, mana?"
"Mm.. Entahlah mungkin dia sudah pulang," ucap Sakura.
"Sara! Jangan bicara seperti itu jangan bilang dia walaupun kau, tidak suka.."
Sarada sedikit tertunduk lalu menghampiri Sakura yang sedang terduduk ditempat tidur. Sarada langsung memeluk ibunya.
"Mama, perasaanku tidak enak," gumam Sarada.
"Mama juga entah kenapa, Mama memikirkan Sasuke terus.. Mm kenapa dia tidak pamit padaku kalau mau pulang.."
Sarada hanya diam sambil memperhatikan ibunya.
Tekk... Tekhh.. Tekh..
Sai terburu berlari melewati semua pasien, Suster dan beberapa orang yang ada di rumah sakit.
"Maaf... Aku tidak segaja," ucap Sai. Saat dia tidak segaja menabrak seseorang di lorong area rumah sakit.
"Ketua!!"
Sai menuju kearah yang memanggil namanya, terlihat
3 orang yang mengenakan setelan berwarna hitam kini sedang menunggu diruang ICU.
"Bagaimana keadaan, tuan?!"
Sai bertanya tegas penuh kekhawatiran dalam benaknya.
"Tuan.."
"Kenapa kau diam! Jawab pertanyaanku!"
Salah satu pelayan Sasuke itu hanya tertunduk diikuti kedua temannya.
"Tenanglah semua tidak begitu buruk, tuan Sasuke Uchiha, masih selamat hanya dalam keadaan kritis."
Sai menoleh kearah dokter yang baru saja keluar dari ruang ICU.
"Dokter, bagaimana keadaan tuanku?"
Dokter itu menepuk pundak kiri Sai.
"Doa'kan saja tuan Sasuke Uchiha, agar bisa melewati masa kritisnya.. Kemungkinan besar dia mengalami koma dan lumpuh tapi itu baru kemungkinan dengan terapi saat dia sadar nanti mungkin akan bisa berjalan normal."
"Ko, komaa.. Lum.. Puhh.."
Dalam pikir Sai. 'Kenapa tuan yang dia hormati harus mengalami semua ini apakah ini hukuman? Dari masalalu tuannya atau ujian yang harus dilalui tuannya untuk menebus perbuatannya dulu?'
Saat diruangan rawat VIP.
Sasuke Uchiha yang kini tidak sadarkan diri dengan wajah yang dibalut perban juga beberapa bagian tulang kaki yang retak akibat benturan dari kecelakaan mobil yang Sasuke alami.
"Apa aku harus memberitahu, Sakura dan Sara, tentang ini semua?" Sai bertanya pada dirinya sendiri dan ini adalah pilihan yang sulit untuk dipilih.
Srekkh...
Pintu ruang rawat itu bergeser, raut wajah yang terlihat sangat panik terlihat jelas dari teman dekat Sasuke Uchiha.
"Sa, Sasuke... Ini tidakk mungkin terjadi.."
Ino Yamanaka nama wanita bersurai pirang pucat itu yang kini sedang mendekat kearah tempat tidur.
"Ini tidak mungkin terjadi padanya lagi.."
Sai hanya diam memperhatikan Ino didekat tempat tidur Sasuke. Isakan pelan itu membuat perasaan Sai semakin sedih karena dia tidak menghubungi, Sakura dan Sarada.
"Hikss.. Kenapa Sakura tidak ada saat Sasuke seperti ini..."
"Maaf ini karena saya, tidak memberitahu tentang kejadian menimpa tuan Sasuke,"
sahut Sai saat mendengar gumaman Ino.
"Bodoh!! Pelayan macam apa kau ini?! Kau dekat dengan Sakura!! Juga dekat dengan putrinya!! Kenapa malah kau rahasiakan!! Cih!! Kau taruh dimana otakmu itu?!" Ino berucap sangat kasar karena menurutnya cara yang Sai pilih itu salah.
Ino menghapus airmatanya yang tidak henti-hentinya membasih pipi.
"Maaf!!" ucap Sai bersamaan dengan saat dia membungkukkan badan menunjukkan rasa hormatnya, bagaimanapun juga Ino Yamanaka adalah teman dekat Sasuke.
"Aku tau kau, tidak tega memberi kabar ini tapi, kau harus memberitahu keadaan Sasuke sekarang sedang seperti ini. Maaf aku kasar padamu tadi, aku hanya sedikit emosi karena musibah yang menimpa, Sasuke."
Ino menatap intens kearah Sasuke yang kini terbaring ditempat tidurnya.
Sai tetap membungkukkan badan dan membenarkan semua kata-kata Ino saat memberi kata-kata kasar kepadanya.
'Seharusnya aku tidak ragu,' gumam sai dalam batinnya.
Sai memutuskan untuk memberitahu Sakura dan Sarada secara langsung sekaligus menjemput mereka untuk melihat keadaan Sasuke saat ini yang sedang tidak sadarkan diri.
.
.
.
.
Sai memberitahu semuanya kepada Sakura saat dia sampai, di rumah Sakura.
Sasori yang biasanya membenci Sasuke kini mulai berpikir untuk benar-benar melepas cintanya yang besar terhadap Sakura, saat Sasori melihat dan mendengar isakan Sakura teramat menyiksa batin Sasori.
Sarada hanya bisa diam namun dalam benaknya teramat sedih apalagi ibunya yang selalu ceria itu kini terisak seakan kehilangan seseorang yang amat berharga bagi dirinya.
Memang masalalu Sakura dan Sasuke begitu penuh konflik dan pelecehan secara lahir maupun batin itupun hanya bisa Sakura tahan tapi semua itu mulai hilang saat Sasuke berubah berbeda dari yang dulunya, berhati iblis kini menjadi seorang malaikat yang baik hati itupun hanya Sakura yang mengetahuinya.
Setiap perbedaan Sasuke dimasa lalu dan sekarang.
Saat di rumah sakit. Sakura hanya menatap kosong kearah sosok yang dia cinta saat ini hanya terbaring ditempat tidur. Sakura menunggu dan memperhatikan wajah Sasuke yang kini dibalut perban, onyx hitam yang tidak terlihat karena tertutup rapat oleh kelopak mata itu menjadi titik fokus Sakura yang berharap akan terbuka dan menunjukan onyx hitam yang terlihat menghangatkan itu lagi. Sarada terus memperhatikan ibunya selama memperhatikan Sasuke.
Biasanya Sakura selalu bangun kesiangan kini mengubah kebiasaannya itu. Sakura bangun pukul 6:30 pagi, dan bersiap untuk menjalani aktifitasnya. Sebelum Sakura pergi ke mini market pasti dia menghabiskan waktu hanya untuk menunggui Sasuke di rumah sakit.
"Apa kau sedang bermimpi indah, Sasuke?"
Sakura membelai surai hitam milik Sasuke yang kini telah dipotong sangat pendek. Setelah balutan perban di wajah Sasuke dibuka untunglah bisa kembali seperti semula tanpa ada bekas luka sedikitpun di wajah Sasuke. Karena penanganan dokter yang memang sudah akhli dibidangnya.
Hampir satu minggu Sasuke tetap tidak menunjukkan tanda-tanda akan sadar dari komanya. Sakura menatap tangan kiri Sasuke yang memang sudah tidak ada sejak kecelakan 13 tahun yang lalu.
"Karena aku kau, kehilangan tanganmu kini gara-gara aku juga..."
Sarada hanya duduk sambil melamun dalam diamnya.
Kini perubahan kehidupannya sangat terlihat jelas, apa lagi Sakura sering menangis di kamarnya saat pulang kerja setiap malam.
"Sakura, makanlah dulu," ucap Sasori sambil mengelus pundak kanan Sakura.
"Nanti saja, aku belum lapar."
"Kau sudah 2 hari belum makan, apa kau ingin sakit juga?"
"Mmm... Mungkin," jawab Sakura. Sasori menghela nafas yang terdengar memaksa.
"Mama.. Ayo kita makan dulu," ucap Sarada yang kini sedang duduk disebelah Sakura, ikut menunggu Sasuke, duduk dekat tempat tidur Sasuke.
"Sara, duluan ya.. Mama sedang malas makan nanti kalau Mama sudah lapar pasti akan makan.."
Nada suara yang terdengar lesu dari Sakura membuat dada putrinya itu terasa sangat sesak.
Saat sore hari, Sakura mulai bekerja di mini market. Pekerjaan yang ringan kini terasa sangat berat, wanita bersurai merah muda itu terlihat tidak bersemangat saat dia bekerja karena dia terus memikirkan Sasuke.
.
.
.
.
"Cepatlah bangun, Mama mengkhawatirkanmu."
Sarada bergumam saat memperhatikan Sasuke. Sasori menghampiri Sarada yang kini sedang duduk dekat tempat tidur Sasuke.
"Sarada?"
"Mm.."
Sarada mempehatikan Sasori yang ikut duduk disebelah Sarada.
"Kau mengkhawatirkan Papa mu kan?"
Ucapan Sasori membuat Sarada sedikit tertunduk.
"Paman, jadi ingat saat kau, setiap pagi selalu menonton acara yang membahas Sasuke."
"Itu dulu," sahut Sarada tiba-tiba.
Sasori membelai surai hitam milik Sarada. Sarada yang kini sedang memperhatikan Sasuke yang masih terbaring.
"Paman, aku sangat khawatir pada Mama.. Semenjak Pa-."
Sasori menunjukkan senyumnya saat Sarada menghentikan kata-katanya.
"Pa?"
"Sejak dia, masuk rumah sakit.. Hikss Mama.."
Sasori memeluk Sarada sambil mengelus punggung.
"Tenanglah semua akan seperti dulu.. Do'akan, Papamu cepat sadar dari komanya agar Sakura kembali ceria dan bersikap aneh lagi.."
"Hiks.."
Srrkk...
Pintu ruangan rawat itu bergeser, terlihat wanita bersurai merah muda dan wanita bersurai pirang pucat itu kini sedang saling membahas sesuatu.
"Aku tau kau, khawatir pada Sasuke, tapi jangan sampai seperti ini."
"Mm.. Memangnya aku kenapa Ino?"
"Tech! Coba bercerminlah, lihat dirimu sekarang seperti manusia tanpa jiwa."
"Mama.."
Sarada menghampiri Sakura dan Ino. Sarada langsung memeluk erat ibunya.
"Sarada sayang, kenapa belum pulang?"
Sarada hanya diam tidak menjawab pertanyaan ibunya. Sasori hanya tersenyum tipis melihat kejadian itu sementara Ino perlahan membelai surai hitam milik Sarada.
"Akhirnya aku bisa melihat putri kalian berdua..., namanya Sarada kan?"
"Iya," Sakura menjawab pelan.
.
.
.
.
Sasori mengantar Sarada untuk pulang sementara Sakura seperti biasa menunggu Sasuke sampai jam 4 pagi.
Ino selalu menasehati Sakura agar lebih memperhatikan dirinya sendiri untuk tidak terlalu larut dalam kesedihannya.
Tinggal 4 hari lagi akan tahun baru, Sakura jadi ingat yang pernah dikatakan Sasuke bahwa mereka berdua akan menikah dimusim semi.
Waktu berlalu sangat cepat tidak terasa tahun baru pun telah terlewati juga musim semi yang akan segera tiba.
Sakura mengikuti saran Ino agar dirinya tidak terlalu larut dalam kesedihan.
"Sasuke, sebentar lagi akan musim semi. Kau ingat janjimu kan?"
Sakura membelai surai Sasuke, yang kini lebih panjang dari surai Sasuke saat sebelum mengalami kecelakaan.
"Ka, kau sudah sembuh.."
Sakura membulatkan matanya. Karena yang tertidur sangat lama itu kini menatapnya diikuti senyum tipisnya.
Sakura langsung memeluk Sasuke sesekali dia mencium pipi Sasuke diringi tangis harunya.
"Aku senang kau sudah tidak demam lagi.."
"Hikss.. Bodoh.."
"Hnn..?"
.
.
.
.
.
.
Sasuke mendengar semua penjelasan Sakura, bahwa dia harus terapi untuk bisa berjalan kembali.
"Aku panggil dokter dulu.."
Sasuke meraih pergelangan tangan kiri Sakura.
"Nanti juga dokter akan datang," ucap Sasuke.
Sakura menoleh kearah Sasuke.
"Tapi-."
"Hnn.. Berapa lama aku tidur?"
"Eh?"
Sakura tersenyum lalu dia kembali duduk.
"Sangat lama, kau tidur sampai hampir musim semi."
"Sial, rencanaku gagal."
"Rencana?"
"Hnn.."
"Rencana apa?"
"Merayakan tahun baru," jawab Sasuke.
Sakura mendekat lalu mengecup bibir Sasuke.
"Selamat tahun baru, Sayang," ucap Sakura langsung dibalas cubitan di pipi kirinya.
"Ahh.. Sakith.."
"Tahun baru sudah lewat," sahut Sasuke yang tetap mencubit pipi Sakura.
"Uch.. Kan ucapan tahun baru masih berlaku."
Sasuke membelai pipi Sakura.
"Kau terlihat lebih kurus..."
"Tapi tetap cantik kan?"
"Hnn, lebih tua," jawab Sasuke.
Sakura mengembungkan kedua pipinya menunjukkan rasa kesal.
"Jangan menangis lagi... Lihat kantung matamu seperti apa sekarang," ujar Sasuke.
Sakura hanya tertunduk diikuti belaian rambut dari Sasuke.
'Aku sangat menyayangimu dan mencintaimu, Sakura,' kata batin Sasuke.
.
.
.
.
Sepoi angin berhembus pelan diikuti senyum tipis dari Sasuke yang sedang duduk di kursi roda, sambil dia memperhatikan bunga sakura yang bermekaran di taman belakang kediaman rumahnya.
Sasuke mencoba beranjak dari kursi roda, walau saat dia berdiri sangat terlihat memaksakan diri.
"Cih!"
Sasuke mencoba menjaga kesimbangannya dan mulai melangkah perlahan diawali dengan kaki kirinya.
"Tuan-."
"Kau diam saja!"
Sasuke meminta tegas agar Sai diam untuk tidak membantunya. Sasuke mengeretakan gigi, berusaha terus melangkah sangat pelan memaksa kedua kaki yang terasa berat itu untuk melangkah agar terbiasa.
Sai mengangguk beberapa kali saat wanita bersurai merah muda itu menempelkan jari telunjuk di bibir.
"Diam," ucap pelan Sakura.
Sakura menoleh kearah kiri, menunjukkan senyum kearah Sarada.
Sarada mulai melangkah melewat Sasuke. Sarada berbalik berdiri cukup jauh dari Sasuke.
"Sara?"
"Papa, sudah berhentilah..."
Sasuke membulatkan mata setelah mendengar ucapan Sarada.
Langkah kaki Sasuke mulai melangkah stabil, dan mulai mempercepat langkahnya. Sarada hanya menatap penuh haru dari balik kacamata yang berbinngkai merah miliknya.
Sarada sadar masalalu ayahnya lebih baik dia lupakan dan mencoba menerima sosok ayahnya yang sekarang.
Sasuke memeluk putrinya yang ikut membalas pelukan Sasuke. Sasori menunjukkan senyumnya saat melihat kejadian itu.
"Akhirnya, Sarada mau mengerti.."
Sakura menoleh kearah Sasori yang kini berdiri di sebalah kananya.
"Terima kasih Sasori, kau selalu membantuku," ucap Sakura.
Sai hanya tersenyum dalam diamnya tetap fokus memperhatikan Sasuke dan Sarada.
"Mm.. Aku jadi iri..."
Sasori dan Sai menoleh kearah Sakura bersamaan.
"Iri?" gumam Sasori dan Sai.
Sakura mulai melangkah maju sampai berlari kecil menuju arah Sasuke dan Sarada.
Sakura memeluk erat Sasuke dari belakang sambil memejamkan mata.
"Hnn... Kau membuatku terkejut."
Sasuke membelai surai hitam milik Sarada.
"Papa,"
Sakura berbisik pelan ditelinga kanan Sasuke.
"Kapan kita menikah.."
"Heh.. Mama memalukan," gumam pelan Sarada.
"Hnn, karena Mamamu ini bodoh," ucap Sasuke.
Sakura mencubit pipi kanan Sasuke dari belakang.
"Aku ini jenius apa kau lupa nilaimu dibawahku," ucap Sasuke.
"Aku lupa..."
Sakura mengembungkan kedua pipinya seperti ikan kembung.
"Woi!!! Mau sampai kapan kalian mau berpelukan seperti itu?!"
Sakura, Sasuke dan Sarada. Melihat kearah Sasori yang kini sedang berpura-pura menguap seolah bosan.
"Kau sudah membuat pilihan yang tepat," ujar Sai kepada Sasori yang berdiri disebelah kanannya.
"Yang terpenting Sakura, bisa tersenyum. Lagi pula cinta tidak harus memiliki bukan?"
"Iya, ucapanmu benar menurutku," jawab Sai.
.
.
.
.
BERSAMBUNG
NEXT
Chapter 25
( Sakura Uchiha - Ending S 2 )
Sorry kalau gaje ya! Niat pengen 5k. Karena sibuk senpai putusin sampe 3400 aja gpp kan ^^ 5k wordsnya chapters depan aja pas acara pernikahan Sasuke sama Sakura :v