Chereads / FULLHENTAI 2 / Chapter 33 - Season 2 Chapter 21 (Keputusan Sarada)

Chapter 33 - Season 2 Chapter 21 (Keputusan Sarada)

Chapter 21

.

(Keputusan Sarada)

.

Sasori menghela nafas berkali-kali, langkah kaki yang tidak pernah berhenti melangkah, mondar-mandir didalam kamar villa.

'Aku tidak terima,' kata batin Sasori.

Sejak pagi sampai menjelang siang. Sasori terus berpikir dan mencari cara agar Sakura menerimanya, sepintas dalam benak Sasori ingin merelakan Sakura kembali bersama Sasuke, tapi dia tetap saja tidak rela. Memang Sasori telat mengenal Sakura dengan akhrab hampir 13 tahun, dan banyak kenangan selama 13 mereka berdua jalani.

Tok.. Tok.. Tok.

Sasori menoleh kearah kanan pandangannya tertuju kearah pintu kamarnya.

"Siapa?"

Sasori bertanya saat, dia mendengar beberapa kali ketukan pintu.

"Ini aku paman"

"Sarada?"

"Iyaa."

Sasori mulai melangkah kearah pintu lalu, dia membuka pintu. Sasori mulai menunjukan senyum.

"Paman, kenapa hanya dikamar terus?"

"Paman sedang bosan ingin dikamar saja. Masuklah,"

'Walau Sarada, anak dari si brengsek itu tapi aku menyayanginya. Karena dia anak Sakura' gumam batin Sasori.

"Paman, apa aku boleh bertanya sesuatu?" Sarada duduk ditepi tempat tidur, dia terlihat sedang memikirkan sesuatu yang memenuhi pikirannya.

"Boleh memangnya apa yang ingin Sarada tanyakan?"

Sasori ikut duduk ditepi tempat tidur, sambil memperhatikan ekspresi sedih yang terlihat jelas dari raut wajah Sarada.

"Aku merasa bersalah," jawab Sarada. Sasori memejamkan mata sesaat lalu, dia menatap tegas.

"Apa ini tentang dia lagi?"

Sarada mengangguk beberapa kali sebagai jawaban.

"Iya, ini tentang dia lagi"

"Apa Sarada menyukainya?"

Sarada menarik nafas lalu menghembuskannya.

"Aku tidak tau paman, jika paman bertanya seperti itu. Sebelum aku tau bahwa dia ayahku, aku menyukainya tapi sekarang entah suka atau tidak aku juga tidak tau. Anehnya aku merasa bersalah karena menganggapnya tidak bertanggung jawab sebagai ayah," jawab Sarada panjang lebar.

"Apa Sarada, mau mendengar cerita paman tentang dia?"

Sarada menoleh kearah Sasori yang duduk disebelahnya. Sarada merasa penasaran apa yang akan dia, dengar dalam cerita Sasori.

"Iya paman aku, ingin tau ceritakan semua yang paman tau tentang dia!"

Nada suara yang terdengar lantang dari Sarada.

"Paman akan menceritakan semua, tentang dia. Ingat ini rahasia kita berdua," ujar Sasori. Sarada mengangguk dan berjanji tidak akan memberitahu siapapun.

"Saat masih di Konoha High School. Mamamu adalah siswi yang berprestasi selalu peringkat atas dan nilai selalu sempurna." Sarada memperhatikan Sasori.

"Paman tidak bohongkan? Mamah berprestasi meragukan." Sasori menahan tawanya saat mendengar ucapan Sarada.

"Terus bagaimana lanjutannya?"

"Kita langsung keintinya saja ya?" Sarada mengangguk dua kali.

"Mamamu, mendapatkan surat didalam loker sekolah-."

"Surat Cinta?"

"Bukan surat cinta," jawab Sasori. Dia menghela nafas yang terdengar memaksa.

"Lalu surat apa?"

"Dalam surat itu tertulis kalau Mamamu diminta untuk ke gudang sekolah."

"Mmm.. Kenapa perasaanku tidak enak? Terus bagaimana lanjutannya? Kenapa paman diam?" Sarada terus bertanya karena penasaran.

"Siapkan dirimu," gumam Sasori. Sarada menghela nafas.

"Mm..? Seperti cerita horror saja."

Sasori melanjutkannya ceritanya walau tidak secara detail tapi cerita Sasori membuat Sarada tidak percaya dengan apa yang ia dengar.

"Pa-paman, bohongkan?"

"Ini kenyataannya Sarada.

Dia itu sangat brengsek sampai masa depan Mamamu hancur gara-gara dia."

"Dia jahat.."

Sarada hanya tertunduk, rasa kecewa yang teramat dalam dia, rasakan setelah mendengar semua cerita Sasori.

"Tapi, itu masa lalu mungkin dia sudah berubah," gumam Sasori.

"Pantas Mama pergi darinya! Dulu aku kira dia orang yang baik," gumam Sarada.

"Sarada?"

.

.

Note : Aduh bodohnya dirimu, Sasori saus tiram.

.

.

"Mm.." Sarada menyahut sambil tertunduk.

"Kau tidak apa-apakan? Jangan terlalu dipikirkan semua itu masalalu," ujar Sasori.

'Masalalu..,' Kata batin Sarada.

.

.

Mitsuki memperhatikan sekitar ruangan villa juga taman belakang villa.

"Kau, sedang apa?"

Mitsuki berbalik melihat siapa yang bertanya padanya.

"Paman?"

"Hnn.."

Sasuke melangkah sampai berdiri disebelah Mitsuki yang kembali memperhatikan susana taman yang cukup penuh dengan pohon sakura yang belum berbunga.

"Apa kau teman, Sarada?"

"Iya, saya teman Sarada," jawab Mitsuki.

"Dekat?"

"Lumayan dekat."

.

.

Sarada menghela nafas beberapa kali, sambil melangkahkan kedua kakinya yang terasa berat.

"Mama dimana ya?"

Sarada menelusuri ruangan villa. Pikiranya dipenuhi cerita yang dia dengar tadi, dalam benaknya seakan miris mendengar kenyataan.

Sakura menepuk bahu kiri Sarada dari belakang.

"Sayang, kenapa kau kelihatan sedih?"

Sarada berbalik arah sambil memperhatikan ekspresi ceria Sakura.

Ibu yang selalu kuat dan tidak pernah mengeluh selalu menunjukkan rasa sayangnya, itulah yang sekilas dipikiran Sarada.

Srkk.

Sarada memeluk erat Sakura sosok ibu yang selalu saja menunjukkan sisi ceria dan kekonyolannya kepada putri kesayangannya.

"Hiks.. Mama."

Sakura membulatkan mata, terkejut dengan apa yang dia lihat.

"Sara, sayang kenapa?!"

Sakura terlihat panik ini pertama kalinya Sarada menangis dihadapanya.

Suara isakan yang terdengar pelan diikuti pelukan yang semakin erat itu membuat Sakura hanya diam menatap lurus kedepan seakan menerawang.

Emerald hijau disepasang matanya itu mulai berkaca seakan ingin ikut menangis.

'Apa semua ini menjadi beban untukmu putriku?' kata bati Sakura, diiringi belaian lembut di surai hitam milik Sarada.

Sasori yang melihat kejadian itu hanya melihat kearah lain lalu dia mulai melangkah pergi.

'Maaf Sakura, aku menceritakan kenyataan itu,' kata batin Sasori lalu, dia mengeretakan erat gigitnya sampai gemeretak.

"Sasori?"

Sasori menoleh kearah kiri. Kedua sepasang onyx hitam milik Sai menatap tajam.

"Hmm?"

"Berhentilah untuk memiliki Sakura. Semua untuk kebaikanmu," ujar Sai.

"Tech! Kebaikanku, kau bilang?"

"Lebih baik kau mencari cara agar Sara, bisa menerima tuan."

"Lebih baik aku cari cara agar Sarada membenci, Sasuke."

Sasori menunjukkan senyumnya yang terlihat seperti iblis.

Sai langsung membalas senyum itu dengan tatap tajamnya.

"Sampai kau melakukan itu.

Aku jamin hidupmu berakhir."

"Haha.. Aku sudah melakukannya dan aku jamin Sarada akan memilihku dari pada si brengsek itu.

Aku sudah menceritakan semua sisi busuk Sasuke pada putrinya sendiri!"

"Dasar sinting!! Kau taruh dimana otakmu itu!! Kau sadar Sara, itu umurnya berapa?!

Kau menceritakan hal itu padanya!!"

"Kau bilang aku sinting? Ya memang aku sudah sinting karena menunggu terlalu lama!"

Sai mengenggam erat kerah baju Sasori.

"Kau sudah mengenal, Sakura dan Sara lebih lama dariku!

Jika kau sayang dengan mereka lebih baik kau menyatukan yang seharusnya menyatu!

Kau harus sadar kau adalah sosok paman yang baik dimata sara!

Jika dia tau kau seperti ini untuk memenuhi egomu,

Sara, pasti kecewa padamu!"

Sasori hanya bungkam dalam batinnya, dia hanya mengutuk dirinya sendiri tapi semua rencana untuk yang dia cinta.

"Aku sangat menyayangi Sakura melebihi si brengsek itu!

Sasuke tidak pantas untuk Sakura! Dia terlalu baik untuk sibusuk Sasuke!"

Sai langsung mendorong Sasori ke tembok besiap melesatkan pukulan tangan kanannya ke arah Sasori.

"Brengsek!!"

Tekh.

Sasuke menahan tinju Sai.

Sasori dan Sai hanya menatap ke arah Sasuke.

"Sai, pergilah aku ingin bicara dengannya.

"Tu, tuan tapi-."

"Apa kau menolak perintahku?" Sai langsung membungkuk memberi rasa hormatnya.

"Maafkan saya!"

"Hnn, pergilah."

Sai perlahan mundur dan melangkah pergi. Sasori menatap sinis kearah Sasuke.

"Terima kasih kau menolongku saat kecelakan 13 tahun yang lalu," ucap Sasuke.

"Semua itu untuk, Sakura," jawab Sasori.

"Terima kasih kau selalu membantu, Sakura dan putriku," ucap Sasuke.

"Hah! Jangan bersikap manis dihadapanku, kau hanya binatang!"

Sasuke menunjukkan senyumnya.

"Kau benar aku ini binatang," jawab Sasuke. Dia bersandar di tembok tepat disebelah Sasori.

"Menjauhlah dari Sakura," ucap Sasori membuat Sasuke tersenyum tipis ciri khasnya.

"Apa kau sangat mencintai Sakura?"

Sasori menatap Sasuke penuh tanya.

"Tentu saja aku mencintainnya!"

Sasori menatap tegas tanpa ada rasa ragu. Sasuke hanya tersenyum.

"Aku juga mencintainya dan dia milikku." Sasori hanya bisa terdiam.

"Aku memang menghancurkan kehidupannya mengambil kesucianya. Selalu membuatnya menangis dan merendahkannya tapi, kau harus sadar dulu itulah caraku unt-."

"Cara binatang," sahut Sasori.

"Hnn, kau benar cara binatang tapi, binatang tidak pernah ragu dengan apa yang dia lakukan. Dia milikku apapun yang akan aku lakukan itu terserahku karena dia milikku, itu yang aku pikirkan dulu kini aku sadar caraku itu salah. Aku merubah caraku untuk menunjukkan hak milikku dan kini milikku bukan hanya Sakura karena Sarada milikku juga.

Aku meminta mereka berdua apa kau tidak keberatan? Terima kasih karena kau mau menjaga kedua berlianku.

"Tapi, kau harus serius untuk menjaga dan mencintai mereka berdua."

'Apa yang dia katakan benar?' kata batin Sasori.

"Hnn, aku akan menjaga yang aku cinta dengan nyawaku."

Sasori mulai tersenyum.

"Aku akan membantumu," gumam Sasori.

"Aku berhutang lagi padamu," ucap Sasuke.

"Asal kau mencinta dan sayangi keduanya sangat tulus anggap saja kita impas."

"Hnn.."

.

.

"Mama, aku benci Sasuke Uchiha dia bukan ayahku."

Sakura membulatkan mata terkejut.

Sakura menatap sendu kearah Sarada. Sarada hanya diam menatap tegas penuh benci, ke arah layar televisi.

.

.

NEXT

Chapter 22

(Papa)