Chapter 20
(Ayah dan Anak)
"Apa kau yakin?"
Ino bertanya pada Sasuke yang sedang duduk di kursi dekat meja kerjanya. Ino mulai membentuk senyum, ketika memperhatikan Sasuke yang terlihat ragu dengan keputusannya yang ingin dekat dengan putrinya.
"Aku tidak begitu yakin tapi jika aku hanya diam saja, akan terus seperti ini."
Ino mulai berpikir sambil mengelus dagu seperti detektif.
"Aku punya saran, lebih baik kau coba dulu. Karena belum tentu putrimu membencimu," ujar Ino.
Sasuke membalas saran Ino dengan senyuman, dia mulai beranjak dari duduknya.
Sasuke menuju sofa mewah yang berada diruangan kerjanya, 3 sofa dan meja kaca berwarna hitam membuat kesan elit khas Sasuke yang memang menyukai warna hitam. Ino mendekat dan ikut duduk disebelah Sasuke.
"Kau tidak apa-apa kan?"
"Hnn.." Sasuke menunduk dan terlihat memikirkan sesuatu, Ino hanya mengelus punggung Sasuke, sambil memandang penuh arti.
Di ruangan kerja yang terbilang mewah yang dipenuhi keheningan membuat keduanya terdiam dalam pikiran masing-masing.
"Sasuke, apa kau tidak ingin jalan-jalan?"
"Aku malas," sahut Sasuke.
"Apa kau pernah jalan-jalan dengan putrimu?"
Sasuke langsung menoleh kearah Ino yang kini menunjukkan senyum ramahnya.
"Pertanyaanmu aneh, kau tau sendiri putriku tidak menyukaiku bagaimana aku, bisa jalan-jalan dengan Putriku?"
"Hei, kau itu Sasuke Uchiha. Pasti bisa mencari cara agar dekat dengan putrimu. Sasuke ayolah mana Sasuke yang aku kenal dulu apapun yang diinginkan pasti didapatkan."
"Haha.."
Sasuke mulai tertawa kecil dan dia baru sadar dengan kata-kata Ino.
"Kau benar juga.." Ino hanya membentuk senyum diparas cantiknya.
"Hemmh.. Kau terlalu membuat semuanya rumit sampai berubah seperti ini, Sasuke," gumam Ino. Sasuke mulai menimbang semua kata-kata Ino, Sasuke tersenyum seperti menemukan sebuah ide.
Sai menghela nafas beberapa kali. Niatnya hanya ingin mengajak, Sakura dan Sarada tapi rencana Sai tidak berjalan lancar. Sasori dan Mitsuki memaksa ikut menikmati musim gugur yang akan berakhir. Malam yang sangat terasa dingin walau memakai pakaian yang tebal ditambah jaket untuk menghangatkan tubuh.
Villa pribadi yang terbilang sangat mengagumkan identik dengan warna putih tapi ekspresi Sarada menjadi datar saat melihat tulisan yang berada digerbang villa yang tertulis milik Uchiha.
"Ya ampun," gumam Sakura sambil memperhatikan sekelilingnya. Ruangan utama yang sangat luas dan lengkap dengan sofa berwana hitam dekat meja yang senada dengan warna sofa ditambah televisi LCD 32 ins.
Dibalik kaca disisi kanan ruangan utama itu terlihat kolam renang yang luasnya hampir dengan luas kolam renang dikediaman Sasuke.
"Selamat datang di Villa sederhanaku ini."
Sakura, Sarada, Sai, Sasori dan Mitsuki. Mereka serempak menoleh kearah asal suara.
"Tuan," ucap Sai, sambil mendekat kearah Sasuke.
Sakura terlihat tersenyum karena senang. Sarada hanya bersikap biasa. Sasori menatap kurang suka kearah Sasuke
Sementara Mitsuki hanya tersenyum penuh arti. Pandangan Sasuke sesaat memperhatikan sosok Mitsuki yang belum pernah Sasuke lihat.
"Benar-benar luar biasa. Tapi, sayang suasana Villa ini sangat suram walau ruangan utama."
Sakura membulatkan mata saat dia mendengar ucapan Sasori yang terdengar sangat tidak menyenangkan.
"Kau benar," gumam Sasuke, Sarada merasa kesal dengan Sasori, kata-kata yang tidak menyenangkan di dengar.
"Sarada, apa paman ini ayahmu?" Serempak semua tertuju kearah Mitsuki"
"ke-kenapa kau bisa tau?"
"Saya hanya asal bicara," jawab Mitsuki. Semua hanya tersenyum tapi tidak dengan Sarada dan Sasori.
Sasuke meminta Sai untuk bergabung untuk menikmati makan malam. Di ruangan yang telah tersajikan beberapa menu yang terlihat sangat lezat juga aroma yang memanjakan indra penciuman masing-masing. Kalkun panggang yang mengiyurkan itu menjadi menu utama dari semua menu yang berada diatas meja.
Mereka semua menikmati makan malam, yang terlihat ceria. Tapi, raut wajah seakan kesal dari Sasori membuat suasana malam itu menjadi kurang.
Mitsuki memperhatikan Sasuke yang kini sesekali memperhatikan, Sakura dan Sarada. Sai mengamati ekspresi Sasori secara detail dibalik tatapan seriusnya.
Malam yang menyenangkan walau yang saling mengobrol dan terlihat akrab memecahkan kecanggungan hanya Sakura dan Sasuke. Malam semakin larut Mitsuki memutuskan kekamarnya yang sudah disediakan.
Di ruangan utama yang sepi hanya ada Sarada yang sedang duduk di sofa sementara Sasori sedang berada dikamarnya terus bergumam kesal karena terus saja melihat kemesraan Sakura dan Sasuke.
"Sara, kau belum ngantuk?" Sarada menoleh kearah Sasuke, sosok ayah yang dibenci oleh Sarada. Walau dulunya Sasuke adalah seseorang yang Sarada kagumi dan dijadikan contoh keperibadian yang mengagumkan.
"Belum," jawab Sarada.
Sasuke lantas duduk disebelah Sarada yang sekilas melirik Sasuke.
"Apa hari ini kau, tidak senang?"
"Mmm," jawab singkat Sarada.
"Apa karena aku?" Sarada langsung menoleh kearah Sasuke dan disambut senyum tipis yang sering Sasuke tunjukkan kepada siapapun.
"Bu-bukan," jawab Sarada yang terdengar pelan dan canggung.
''Kenapa baru sekarang kau kembali," gumam Sarada.
"Kar-."
"Semua ini salah Mama."
Sarada dan Sasuke menoleh kearah asal suara.
Sakura menuju kearah, Sarada dan Sasuke. Lalu dia duduk disebalah Sarada.
"Maksud, Mama?"
Sasuke ingin berucap tapi ditahan oleh Sakura lewat senyumnya.
"Karena Mama, pergi meninggalkan Papamu ini sayang."
Sasuke terkejut dalam batinnya.
"Bodoh,' kata batin Sasuke.
"Mama meninggalkan, Papa karena dulu Mama masih remaja. Egois masih tinggi dan pemarah jadi seperti ini semuanya menjadi rumit."
"Hahh! Mama memang selalu aneh," gumam Sarada.
"Sayang tolong maafkan Papa ya? Semua ini terjadi karena Mama bukan Papa yang salah."
Sakura sekilas melirik Sasuke yang membalas dengan senyuman.
Sarada hanya tertunduk, dia mulai bingung dengan semuanya dan kini alasan membenci sosok ayahnya pun hilang setelah mendengar penjelasan Sakura.
"Aku, mau tidur saja. Mama besok saja dilanjutkan dasar Mama aneh."
Sakura hanya tersenyum dan menahan tawa. Sarada mendengus kesal lalu dia beranjak pergi meninggalkan kedua orangtuanya, untuk kembali kekamarnya.
"Semoga saja dia percaya huuh.."
"Kau bodoh, kenapa harus berbohong?" Sakura menoleh ke arah Sasuke, sambil menyandarkan diri di sofa.
"Bukannya aku, dulu meninggalkanmu?"
"Wajar kau meninggalkanku, karena semua ulahku," sahut Sasuke.
Srrkk..
Sakura memeluk erat Sasuke. Sasuke hanya membelai surai merah muda milik Sakura.
"Nyaman..."
"Hnn?"
"Kau yang sekarang sangat nyaman Sasuke."
Sasori hanya terdiam dari kejauhan memandang, Sakura bersama Sasuke yang terlihat mesra.
'Brengsek!!' kata batin Sasori.
"Apa itu kurang jelas bagimu?" Sasori menoleh kearah kanan terlihat Sai yang entah sejak kapan berdiri disebelah Sasori.
"Aku akan merebut Sakura dari si brengsek it-."
"Apa kau, mau berakhir ditanganku?" Sasori langsung terdiam dan mengutuk Sai dalam batinya.
NEXT
Chapter 21
(Keputusan Sarada)