Chapter 14
.
.
.
.
Tujuan Naruko selanjutnya adalah rumah Sakura. Naruko mengetuk pintu ketika dia sampai di sana. Ibu Sakura, Haruno Mebuki membuka pintu dan sedikit terkejut melihat sosok Naruko yang mengingatkan Mebuki pada Naruto.
"Naruto?!"
"Ah, saya bukan Naruto! Salam kenal nama saya Namakize Naruko."
"Namikaze ... Aa...maaf aku kira kamu adalah Naruto."
Mebuki mempersilahkan Naruko masuk ke rumahnya. Dia masih penasaran karena Naruko sangat mirip dengan Naruto, Mebuki memastikan sekali lagi. Dan Naruko menyakinkan Mebuki kalau Naruko bukanlah Naruto yang sedang menyamar.
Suasana rumah yang nyaman dan mengingatkan Naruko pada rumahnya sendiri saat melihat Mebuki bergegas menaiki tangga menuju kamar Sakura.
Naruko memikirkan ibu dan ayahnya, ia menjadi sedih setiap kali teringat bahwa ia tidak dapat kembali ke dunianya dan bersama orang tuanya. Air matanya membasahi pipinya dan jatuh ke pahanya, dia buru-buru mengusap pipinya.
Foto keluarga, Sakura dan orang tuanya adalah objek utama yang dilihat Naruko.
Mebuki kembali ke ruang tamu untuk menemui Naruko. Mebuki merasa malu saat mengatakan bahwa Sakura sangat sulit untuk bangun, mungkin karena ia lelah saat latihan.
Naruko dapat memahami situasi Sakura. Naruko memutuskan untuk pulang tapi Mebuki meminta Naruko untuk tinggal lebih lama karena harus minum teh dulu sebelum pulang. Naruko berada di bawah sedikit tekanan saat dia menolak untuk menerima tawaran Mebuki. Ketika Naruko ditawari pilihan teh hijau atau teh hitam, Naruko memilih teh hitam. Minum teh sambil ngobrol tapi mengoceh begitu banyak pertanyaan tertuju pada Naruko.
"Kamu apanya Naruto? Adik perempuannya, sepupunya...menurutku kamu pasti sepupunya karena setahu aku Naruto tidak punya adik perempuan...atau kah kamu adik perempuannya yang tinggal bersama saudara jauh Naruto? Karena klan kamu mirip ay-, kamu mirip Naruto, ehm!"
Naruko sedikit mengerutkan dahi karena kata-kata Mebuki sedikit aneh. Kata-kata terakhir seperti terdengar ambigu bagi Naruko. Naruko sedikit menggelengkan kepalanya dan menjawab, "saya bukan saudara atau adik Naruto, saya hanya orang luar yang tinggal bersamanya."
"Tinggal bersama! Ka-kamu tinggal berdua dengan Naruto?! Berarti kamu dan Naruto sudah menikah! Kenapa aku tidak tau kabar pernikahan kali! Tidak hamil duluan 'kan?!"
Naruko menjelaskan bahwa dia dan Naruto belum menikah dan tidak ada yang terjadi karena Naruto adalah pria yang baik dan tidak akan melakukan apa pun padanya. Ayah Sakura, Haruno Kizashi, terlihat sangat putus asa saat melewati Naruko dan Mebuki yang sedang minum teh. Kizashi, yang baru menyadari ada sesuatu yang berbeda, langsung berkata, "Naruto?! Kenapa kamu berkunjung sambil menyamar sebagai seorang gadis?!"
Untuk kedua kalinya Naruko menjelaskan bahwa dia bukan Naruto, dia memperkenalkan kembali dirinya sebagai Namikaze Naruko, Naruko merasa lelah saat ini terjadi. Kizashi bergabung dalam obrolan dan minum teh. Kizashi menggelengkan kepalanya karena istrinya berkata bahwa Sakura sulit dibangunkan ketika dia kelelahan.
"Oh, my God, dia itu kenapa malas sekali padahal ada tamu."
Naruko tersentak dan menutup mulutnya dengan tangannya setelah mendengar bahasa Inggris ayah Sakura.
"Mr. Kizashi, do you speak English?"
( "Tuan Kizashi, apakah anda berbicara bahasa Inggris?" )
"Oh, you can speak English too! I can speak some English! "
( "Oh, kamu juga bisa berbahasa Inggris! Aku bisa bahasa Inggris!" )
Mebuki tidak mengerti apa yang dibicarakan suaminya dan Naruko dalam bahasa asing yang dipelajari suaminya dari suatu tempat. Mebuki meminta tolong agar mereka berdua berbicara dalam bahasa yang normal sehingga mudah dimengerti. Obrolan mulai membahas tentang Naruto, orang tua Sakura, menilai Naruto sebagai anak yang baik dan selalu dengan senang hati menjaga Sakura dalam keadaan sulit saat menjalankan misi.
Mereka berdua tersenyum kecut saat mengumumkan keinginan mereka kepada Sakura untuk lebih mengenal Naruto. Mereka sangat setuju jika Naruto akan bersama Sakura di masa depan karena Naruto banyak membantu Sakura tetapi Sakura lebih terobsesi dengan Sasuke yang dianggap buronan. Naruko sedikit sakit hati mendengarnya tapi tidak baik bagi Naruko untuk menyalahkan kedua orang tuanya Sakura, karena ingin putri mereka bahagia dengan laki-laki yang tepat.
Ketika hari sudah menjelang siang.
Naruko pamit dan undur diri untuk pulang, Kizashi dan Mebuki mengantar Naruko sampai keluar rumah mereka. Selama perjalanan pulang, Naruko merangkum semua cerita yang dia dengar dengan logika logis yang menjelaskan bahwa Sakura bingung dengan perasaannya sendiri, dia bingung tentang siapa yang sebenarnya dia cintai.
Naruko mampu menyelesaikan situasi rumit ini karena ia peka terhadap urusan cinta. Naruko semakin memutuskan bahwa dia pasti akan menjadi satu-satunya wanita yang akan berdiri di samping Naruto. Rona merah di pipinya terlihat jelas saat dia memikirkan langkah untuk bertindak lebih agresif tetapi dia segera menggelengkan kepalanya karena jika dia berani seperti itu dia akan terlihat seperti tidak tahu malu.
"Naruko!"
Di tengah lamunannya dia dikejutkan oleh suara Naruto memanggilnya, Naruko yang tersipu karena suatu alasan, dia merasakan gejolak aneh dalam dirinya. Matanya hanya tertuju pada satu orang meskipun ada orang lain di sekitarnya. Naruko melihat bahwa Naruto berbeda dari biasanya, entah bagaimana kali ini terlihat begitu menakjubkan sehingga dia menoleh untuk melihat sesuatu.
Naruto sebenarnya mencari Naruko seperti anak ayam yang kehilangan induknya. Naruto khawatir karena Naruko pergi sejak pagi tanpa memberitahunya kemana Naruko akan pergi.
Mereka menjadi pusat perhatian karena berdiri berhadapan layaknya adegan dalam film romantis tentang sepasang kekasih yang telah lama terpisah. Tatapan mata mereka begitu intens, wanita yang melihat mereka berdua jadi sedikit cemburu karena yang mereka lihat begitu romantis dari sudut padang wanita peka.
"Aku mencarimu. Kemana saja kamu?"
"Aku hanya jalan-jalan."
"Hanya jalan-jalan? Kemana saja?"
"Mmm...rahasia."
Naruto mengerutkan bibirnya karena tidak diberitahu kemana saja Naruko pergi sejak tadi pagi, Naruko hanya tersenyum lalu ia mengajak Naruto pulang. Mereka hanya berjalan berdampingan mendiskusikan menu apa yang akan mereka buat untuk makan siang. Naruto menyarankan ramen tapi Naruko menggelengkan kepalanya memberitahu Naruto untuk memilih sesuatu selain ramen karena ramen tidak selalu harus menjadi menu utama.
"Bagaimana kalau sup saja?"
"Mmm...aku kurang suka sup, ramen saja ya?"
"No, kita harus makan yang bergizi sekali-kali."
"No? Apa artinya?"
"Artinya tidak."
"Ooh ... Aah, padahal aku ingin ramen buatanmu."
Naruko tidak tahan melihat ekspresi memohon Naruto, Naruko berkata, "ya sudah kalau kamu memohon sebegitunya kita masak ramen saja."
"Sungguh!"
"Iya," kata Naruko sebelum menghela nafas.
"Yosh! Ramen buatan rumah!"
"Kamu benar-benar mirip Ayahku."
"Mirip ayahmu, apa ayah Naru sangat mirip denganku?!"
"Mirip sifatnya, kalau masalah yang lain hanya sedikit."
Naruko mengelus dadanya sendiri karena debaran di dadanya membuatnya tidak bisa tenang bahkan untuk sesaat. Sekarang dia menjadi yakin bahwa dia sangat mencintai Naruto karena dia bisa merasakannya.
.
.
.
.
BERSAMBUNG
Author note - makasih dah baca ceritaku!!
Makasih juga dah luangin waktu kalian buat baca!!