Chapter 10
.
.
.
.
Dalam sekejap menjadi kepulan asap. 5 Bunshin Naruto sirnah begitu saja sebelum menyentuh gadis remaja bersurai pirang yang kini Naruto lawan. "Yang benar saja?" Naruto mengepalkan tangan, dan bersiap melancarkan serangan selanjutnya. "Kalau 5 belum cukup bagaimana kalau 50!" Namikaze Naruko hanya tersenyum ketika Naruto membuat 50 Bunshin, kelihatan sangat menakjubkan. 50 lawan 1 benar-benar tak masuk akal namun Naruko memiliki mode otomatis untuk bertahan. "Serang!" Satu persatu Bunshin Naruto musnah setiap terkena tinju dari Naruko. Kakashi mengamati dengan seksama diikuti dengan yang lainnya. 'Apa dia waktu itu menyembunyikan kemampuan aslinya?' kata batin Kakashi.
Naruko sering melihat skill yang ia miliki ketika sedang ada waktu senggang. Dia tak menyangka kalau skill yang ia punya sangat berguna apalagi kemampuan otomatis yang baru ia tahu ketika melihat layar status miliknya. "Aku sama sekali tidak mengira kalau gadis itu ternyata kuat." Tsunade bergumam. Sai dan Sakura terlihat tegang setiap melihat kecepatan Naruko setiap memusnahkan Bunshin milik Naruto, walaupun dengan pukulan tinju yang sederhana namun begitu cepat dan kuat.
"Tak akan ku biarkan kau keluar dari desa! Rasengan!" Semua Bunshin Naruto hanyalah sebagai pengalih perhatian, ketika kepulan asap menebal, Naruto langsung menyerang dari jarak yang begitu dekat dan bersiap melancarkan jurus andalan nya, tapi di gagal dengan cara yang mudah yaitu menghindari serangan dadakan Naruto. Menggeser posisi tubuh ke arah kiri, dengan cepat berdiri di belakang Naruto. 'Aku harus bertahan sampai 'mp' milik Naruto habis, hanya dengan begini aku akan menang...kalau aku menyerah, Naruto bisa mati...' kata batin Naruko sambil merasa sedih namun ia tutupi dengan tatapan tegas nya.
Tsunade, Kakashi, Sakura dan Sai, mereka terkejut dalam batin karena kecepatan menghindari seperti itu sangat luar biasa. Kakashi dan Tsunade menyamakan kecepatan Naruko hampir seperti Hokage keempat. "Naruto, sudah cukup! Kau sudah kalah!" Tsunade berteriak dengan keras. Naruto mengeratkan kepalan tangan nya. Mengatur nafas sambil tertunduk yang bisa Naruto lakukan.
"Aku belum kalah! Aku akan lebih serius!"
"Naruto..." Naruto terdiam, ia melihat lurus ke arah depan karena merasa namanya disebut oleh Naruko. "Kamu jangan egois, aku ingin keluar dari desa karena ingin melihat dunia ini lebih jauh...kamu mengertilah apa yang aku maksudkan..." Tatapan sendu dan ekspresi sedih itu membuat dada Naruto sesak. Gadis yang di hadapan nya begitu sangat bertekad ingin keluar dari desa dengan alasan yang tak masuk akal bagi Naruto, Naruko tak pernah bercerita tentang keinginannya itu dan tak pernah menyinggung bagaimana keadaan di luar desa, apakah damai atau tidak, aman atau tidak. Naruko melangkah pergi dengan sikap tegas ia pun melangkah pasti tanpa ada keraguan namun sebenarnya dalam batinnya merasa banyak sekali keraguan dan perasaan sedih. 'Hinata, mencintaimu.' Tsunade menghampiri Naruko, dan mengantarkannya untuk kembali. Kakashi, Sakura dan Sai mendekat ke arah Naruto. Naruto hanya bisa tertunduk karena kecewa dengan keinginan Naruko yang tak bisa diterima Naruto.
"Aku payah sekali. Aku tidak bisa mengalahkannya agar tidak pergi...sial..."
"Itu sudah jadi keputusannya, kau harus mengerti, kau jangan egois Naruto, ini bukan seperti sifatmu yang biasanya," kata Sakura.
"Nanti juga dia akan ke Konoha lagi," kata Sai.
"Kau harus menerima keputusan seseorang dengan bijak," kata Kakashi.
.
.
.
.
Keesokan hari nya.
Tidak ada percakapan di meja makan, suasana canggung begitu kuat menekan mereka berdua sampai akhirnya sarapan pagi selesai. 'Dia cuma diam saja, dia pasti marah padaku.' Naruko mengeluh lewat batinnya, ketika mencuci piring. 'Ini terakhir kalinya aku membuat masakan untuk Naruto.' Helaan nafas yang begitu berat dan menyesakkan namun Naruko sudah memilih untuk pergi dari Konoha, seharusnya tak ada yang harus disesali.
Naruto tetap duduk di dekat meja makan, ia tak berkata sepatah katapun sejak menerima kekalahannya, dan ekspresi sedih yang terlihat begitu jelas membuat Naruko khawatir. "Naruto, kamu jangan sedih begitu..." Naruto beranjak dari duduk nya dan menatap dengan tegas. "Maaf, aku kemarin sepertinya keterlaluan sekali ya, kamu pasti kesal pada ku kan?"
"Ya, aku sangat kesal padamu. Kau akan pergi, aku kira kau akan tetap di sini, kita kan ..."
Kedua tangan Naruko menyentuh pipi Naruto, sambil berkata, "Naruto, jangan bicara seperti itu, aku jadi seperti orang jahat saja..." Mereka berdua merona malu karena tindakan Naruko yang tiba-tiba. Kedua tangan Naruto menyentuh punggung tangan Naruko.
"Tetaplah di sini, aku men-...menganggap mu sebagai bagian dari keluarga ku."
'Sial, seharusnya aku bilang mencintaimu!' batin Naruto menjerit karena kebodohannya.
'Jadi dia berpikir seperti itu tentang ku ya...' Naruko tersenyum ketika mendengar perkataan nya Naruto. "Aku tidak bisa terus di sini, Naruto. Aku sudah mengambil keputusan." Ketika Naruko ingin menurunkan kedua tangannya. Naruto memegang kedua pergelangan tangan Naruko.
"Aku tidak ingin kau pergi...aku men-...menyayangimu."
'Sial, susah sekali bilangnya," kata batin Naruto.
"Aa...aku juga menyayangimu, Naruto," kata Naruko membalas.
'Bahkan aku tidak hanya menyayangi mu saja, aku mencintaimu,' kata batin Naruko.
Naruto baru sadar dengan apa yang ia lakukan karena terlalu lama memegang tangan Naruko. Mereka berdua bergegas menuju pintu keluar apartemen. Mengobrol ketika menuju pintu gerbang desa, yang mereka lakukan, Naruto menceritakan bagaimana keadaan di luar desa. Naruko hanya tersenyum dan mengiyakan semua perkataan nya Naruto. Tsunade, Kakashi, Sakura dan Sai sudah ada di gerbang keluar desa Konoha. Lambaian tangan perpisahan mereka lakukan, Naruko tersenyum ketika melihat seseorang yang begitu baik kepada nya, ketika matanya tertuju kepada Naruto. Naruko merasa sedih dan bahagia menjadi satu. 'Aku berharap Hinata, bisa menyatakan perasaan cintanya terhadap Naruto...dia pantas dapat seseorang yang telah lama mencintainya...'
"Katakan sesuatu agar kau tak menyesal, Naruto," kata Tsunade, ia menepuk punggungnya Naruto.
"..." Naruto hanya tertunduk lesu, Tsunade menghela napas dan melihat lurus kedepan. Sangat di sayangkan kalau gadis remaja yang berbakat itu pergi.
'Pada akhirnya aku tidak bisa bilang pada nya, aku takut kalau dia tidak mencintai ku dengan tulus...aku takut dia akan menolak ku..." Naruto melihat lurus kedepan dan mengusap air matanya sendiri. "Aku yakin pasti kami akan bertemu lagi."
Tsunade, Kakashi, Sakura dan Sai. Mereka tersenyum mendengar ucapannya Naruto yang penuh keyakinan itu. Naruko menggigit bibir bawahnya, ia tidak menyangka kalau meninggalkan seorang yang ia suka sangat menyakitkan. "Aku harus kuat karena ini keputusan ku..hiks..bodoh kenapa aku menangis...hiks..." Naruko berhenti melangkah kan kaki nya, dan mengusap air matanya. "Hiks...andai dia mengejarku dan mencegah ku sambil bilang cinta, Naruto bodoh!"
.
.
.
.
BERSAMBUNG
Author Note - Sabar Naruko, Naruto emang bodoh ... Hadeh~ aslinya ni yang salah Naruto, Naruko apa aku ya?