Chereads / WITCH'S LOVE / Chapter 24 - Tantangan dan Ketakutan 2

Chapter 24 - Tantangan dan Ketakutan 2

Tanah di sekitarnya bergetar halus, rumput-rumput di atasnya bergoyang-goyang, batu-batu kerikil bergeser dari tempatnya, seolah ada sesuatu yang bergerak di tanah itu, Sarah menelan ludah, ia bergegas meraih tongkat sihir yang tadi dicampakkanya di tanah, mengarahkannya ke Iris.

Iris menyeringai, tangannya terbuka, angin bertiup semakin kencang, bunga-bunga matahari jatuh ke tanah karena batangnya tidak kuat menyangga, debu-debu bertebaran di depan mereka, mata wanita itu berubah kemerahan, rambutnya yang panjang itu mengambang ke udara, tubuhnya dikelilingi dengan cahaya berpendar merah kehitaman.

"Aku tidak bisa mengendalikan ini," ucap Iris dengan senyum mengejek, memperingatkan temannya itu Sarah menggemerutukkan giginya, ia menghunuskan tongkat sihirnya dari langit ke arah Iris , petir menggelegar muncul dan membidik Iris.

"BLAR!"

Iris tak bergeming, ia tetap pada posisinya, asap mengepul karena petirnya, namun ia tidak terkena cedera sedikitpun. Sarah terperangah.

Tanah di bawah kakinya bergejolak, Sarah merapal mantera, ia kembali mengayunkan tongkatnya, petir kembali menyambar ke arah Iris, tidak hanya sekali, namun berulang-ulang.

Iris tidak terpengaruh sedikit pun, seolah serangan Sarah bukan hal besar, ia tetap diam tak bergerak, tanah di sekitarnya sudah gosong dan berasap, rumput-rumput telah menghitam, bunga-bunga matahari di sekitarnya terbakar karena serangan petir Sarah.

"KRAK!"

Sarah menunduk, sebuah tangan muncul dari tanah di bawah kakinya, menggenggam kakinya. Sarah memekik jijik, menendang tangan itu ke udara, tangan itu sangat buruk, dagingnya terkelupas dan memiliki belatung yang menggeliat-geliat, tulang putihnya nampak di bagian daging yang terbuka, ada darah yang mengering di setiap sisinya.

Tangan itu jatuh menggelepar di tanah, membentuk gumpalan daging berwarna hitam, perlahan-lahan membentuk tubuh manusia yang tidak bernyawa, tubuhnya membungkuk, tangannya terkulai di kedua sisi tubuhnya, matanya terburai keluar, mulut dan rahangnya hampir terpisah dari wajahnya, darah menetes-netes dari dadanya yang berlubang, kakinya menginjak tanah dengan bergetar.

Sarah membelalakkan matanya, tanpa sadar tubuhnya bergetar hebat. Iris menghidupkan mayat! Apa mungkin yang dimaksud brutal dan sadis yang orang-orang sebutkan itu adalah penyihir merah mampu menghidupkan dan mengendalikan orang yang sudah mati?

Kekuatan penyihir agung benar-benar mengerikan.

Suara derap langkah datang menerobos api yang melalap ladang bunga matahari, tidak hanya satu mayat yang ada di depannya kini, tapi ada lima mayat yang datang dengan wujud yang amat buruk, ada yang tidak memiliki kepala sama sekali, dagingnya berjatuh setiap mereka melangkah, suara tulang-tulang gemeretak menusuk telinga.

"Aku tidak takut, tuh!" Sarah menatap Iris, tangannya mengepal erat di kedua sisi, kilat di langit menyambar ke arah mayat itu, mereka hancur berkeping-keping, daging dan tubuhnya tersebar ke mana-mana,

Wajah Iris datar, matanya telah merah sepenuhnya, tangannya terentang, seakan mengendalikan mayat itu melalui benang yang tidak terlihat, bibirnya terus merapal mantera, kesadarannya perlahan-lahan menghilang, kepalanya terasa kosong.

"Sial! Kau benar-benar tidak bisa mengendalikannya?!" Sarah mengumpat kesal, potongan tubuh yang hancur itu bergerak-gerak, berkumpul menjadi satu, membentuk tubuh yang sama.

Sarah menggemerutukkan giginya, ia melompat menghindari cakaran mayat itu, ia melancarkan tendangannya, salah satu mayat jatuh ke tanah dengan tubuh terlipat.

Sarah menatap Iris yang terus merapal mantera, ia melangkah menuju Iris, Sarah pikir ia harus mengalahkan Iris terlebih dahulu sebelum ia mati konyol di tangan mayat yang dikendalikan Iris. Ia tidak boleh kalah.

"Akh!" Sarah menjerit, salah satu mayat mencakar punggungnya hingga berdarah, ia menoleh dan mendapati mayat tanpa kepala mengarahkan kuku-kukunya yang runcing itu ke wajahnya, Sarah dengan cepat meninju dadanya.

Mayat itu terhempas ke tanah, tubuhnya terpisah menjadi dua bagian, membentuk dua tubuh baru lagi, Sarah memandang ngeri, ini tidak akan ada habisnya, semakin ia mengeluarkan kekuatan fisik atau sihirnya untuk menghancurkan para mayat itu, maka ia akan terus membentuk tubuh baru dan kembali menyerang Sarah.

Tapi Sarah tidak punya pilihan, ia tidak bisa berdiam dan pasrah, hatinya terlalu gengsi untuk kalah, ia juga salah satu keturunan penyihir agung, ia menarik napas panjang, menenangkan dirinya dan mencoba berkonsetrasi.

Mata Sarah berkilat, ia menggenggam erat tangannya, tubuhnya diliputi aura kehitaman yang kuat, dengan gerakan cepat, ia menghantamkan tangannya ke mayat-mayat itu hingga hancur berkeping-keping, ia tak membuang waktu menunggu para mayat itu berkumpul dan hidup lagi menyerangnya, ia langsung berbelok mengayunkan tangannya ke arah Iris.

"BUGH!" Iris tidak menghindar, ia menerima pukulan Sarah, darah menyembur dari mulutnya, ia terbatuk-batuk, matanya seketika menjadi hitam. "Kau …"

Sarah tidak membiarkan Iris berkata-kata lagi, kakinya sudah mengenai perut Iris, wanita itu terlempar ke tanah, ia meringkuk, dan memandangi balik Sarah.

Mayat di belakang Sarah kembali hidup, mereka bertambah banyak dari waktu ke waktu, gerakannya tidak lambat dan patah-patah, menggeram rendah dan siap mencabik-cabik Sarah.

Iris memegangi perutnya yang di tendang Sarah, sakit dan berdenyut nyeri, ia terbatuk lagi, sihir ini sangat menguras tenaganya karena ia tidak bisa mengendalikan mereka sepenuhnya.

Sarah tetap pada pendiriannya, ia menggerakkan tubuhnya dengan cepat dan mengeluarkan petir dari langit, ia mendengus kesal, tangannya kembali melancarkan pukulan ke arah Iris. Pukulan Sarah berdampak besar pada tubuhnya, mayat-mayat yang ia sihir perlahan-lahan jatuh dan kembali menjadi tanah.

Iris terdiam kaku, matanya berkunang-kunang, darah terus keluar dari mulutnya, dadanya terasa sangat panas, gerakan Sarah terlihat sangat lambat di matanya, ia merasakan tubuhnya lemas dan kaku, ujung jarinya tidak bisa digerakkan ketika tangan itu semakin dekat ia menutup matanya rapat-rapat.

Tamat sudah riwayatnya sekarang!

Iris menahan napasnya, ia menunggu selama beberapa detik, ia tidak merasakan pukulan menyakitkan dari Sarah, namun sebuah tangan hangat melingkari pinggangnya, tubuhya terangkat ke udara dan mendarat dalam dekapan seseorang.

"Untunglah kita cepat." Iris membuka matanya, suara ramah menyapa, napas hangat seseorang menyentuh wajahnya, ia mendapati Morgan tersenyum lebar dalam jarak yang sangat dekat.

Wajah wanita itu tiba-tiba memerah sampai ke telinga. Ia digendong oleh tubuh kekar Morgan, ia melirik ke bawah dan mendapati Thomas berdiri di depan mereka sambil menggenggam sebuah belati berwarna perak.

Iris membelalakkan matanya, tubuhnya terasa kaku. Sarah memegangi lengannya yang tergores belati perak itu, napasnya tersenggal. "Kalian mengganggu sialan," ucapnya kesal.

"Apa kau tahu apa yang dipegangnya itu? Itu dari perak, kau akan mati tapi tetap mengumpat!" Morgan membuka mulut beracunnya, ia mendengus, wajahnya terlihat sangat kesal. Ia sudah tidak suka kedekatan Thomas dengan Iris, kini ia semakin tidak suka dengan senjata yang dimilikinya, dan satu lagi, ia tidak suka dengan wanita jelek di depannya yang sudah membuat Iris terluka seperti ini.

Sarah mendecih, ia bangkit berdiri dengan mata memicing, tak lama Gail datang dengan tergopoh-gopoh dari belakang, ia mengeluarkan pedangnya melindungi Sarah.

Thomas memasang wajah dingin, begitu pula dengan Morgan, laki-laki itu sudah menggeram, ia hendak menurunkan Iris ke tanah, namun tangan wanita itu mencengkeram baju depannya.

"Iris, kau baik-baik saja?" Tanya Morgan dengan khawatir, wajah wanita itu pucat pasi, ia terbatuk dan mengeluarkan darah. Thomas mendekat dengan wajah panik, ia mengambil tangan Iris yang dingin.

"Uhuk … uhuk …" Iris terbatuk, darah segar mengucur dari mulutnya, matanya perlahan-lahan meredup, ia kehilangan kesadaran. Morgan segera mendudukkan Iris ke tanah dan menyeka wajahnya, ia memanggil-manggil nama Iris berulang-ulang.

"Iris!"