Chereads / WITCH'S LOVE / Chapter 6 - Kerajaan Megalima

Chapter 6 - Kerajaan Megalima

Kerajaan Megalima adalah satu-satunya kerajaan di benua hijau yang dipimpin oleh manusia dari generasi ke generasi.

Kerajaan Megalima mempunyai wilayah yang sangat luas, mencakup daratan dan lautan. Rakyatnya tidak hanya manusia, tetapi juga berasal dari ras lain, seperti penyihir, manusia serigala, vampir, peri, orc, kurcaci dan lain-lainnya.

Mereka semua hidup rukun dan damai dengan wilayahnya masing-masing, hidup berbaur tanpa membedakan ras. Aman dan tenteram.

Tapi itu dulu, sebelum perebutan takhta terjadi di dalam kerajaan. Kerajaan Megalima awalnya dipimpin oleh Ratu Dwizella hampir seabad lamanya, kesehatan sang ratu semakin hari semakin menurun, hingga belakangan diketahui jika sang ratu telah diracuni oleh adiknya sendiri, Putri Valerie.

Putri Valerie sejak muda selalu hidup dalam bayangan sang kakak, parasnya yang cantik jelita tidak sesuai dengan hatinya yang iri dengki dengan takhta, segala upaya telah ia lakukan untuk merebut kedudukan kakaknya, termasuk bersekutu dengan penyihir putih.

Penyihir putih merupakan penyihir terkuat di kerajaan Megalima, ia bertugas sebagai pemutus salah atau benarnya seseorang, sebagai seorang hakim tertinggi.

Penyihir putih bukanlah orang yang benar-benar suci, ia mudah terpengaruh dan Valerie memanfaatkan kesempatan itu.

Begitu rencananya berhasil, Valerie Langsung mengubah kerajaan sesuai kehendaknya, dia adalah wanita yang haus harta, berbeda dengan ratu terdahulu yang serba sederhana, kerajaan diubahnya besar-besaran dengan segala perabot mewah, gaun yang di pakainya pun dibuat dari sulaman emas, mahkotanya bertumpuk berlian, semua gelang dan cincin yang dipakainya bertahtakan intan.

Kemudian ia hanya harus menyingkirkan pangeran dan putri Megalima. Putri Tiersa Phyla adalah putri cantik dan keras hati, Valerie menjebaknya dan menjualnya ke rumah bordil.

Pangeran Thomas Phyla sang adik, sangat tangguh dan cerdas, ia memberontak, dan hampir membuat Valerie jatuh dari takhtanya, tetapi untungnya ia berhasil membuat persekutuan dengan penyihir putih dan menjebak agar Thomas melakukan kesalahan sehingga ia dikutuk oleh penyihir putih.

Semua menjadi masalah ketika Thomas yang seharusnya segera mati itu berhasil melarikan diri dari penjara bawah tanah menggunakan rune sihir.

Mereka adalah manusia, bagaimana mungkin bisa menggunakan sihir? Manusia adalah ras tertinggi dari semua ras, manusia hanya bisa mengandalkan otak dan kecerdasan.

Ratu Valerie mengatupkan bibirnya erat-erat, duduk di kursi kebesaran kerajaan dengan wajah masam, ia tidak puas dengan laporan penjaga tahanan kerajaan.

"Bagaimana mungkin seorang manusia menggunakan rune sihir?"

Penjara kerajaan terletak jauh di bawah tanah, di jaga oleh ras Orc, penjara itu tidak hanya penjara untuk ras manusia, semua ras yang melakukan kejahatan dipenjara di sini, dalam sepuluh abad terakhir tidak ada satu pun tahanan yang tercatat dapat melarikan diri keluar, mereka hanya mati membusuk di dalam sel.

"Ampun yang mulia, itu semua terjadi di luar kendali." Orc dengan pakaian serba hitam itu berlutut ke lantai dengan wajah pias penuh penyesalan.

Valerie menggemeretukkan giginya, walau Thomas saat ini sekarat ia tidak akan tenang sebelum melihat keponakannya itu mati di hadapannya. Ia menatap tajam Orc itu.

"Aku tidak suka kelalaian."

"Mohon ampun yang mulia!"

"Penjaga! Hukum pancung Orc ini! Dia telah lalai perintahku, Biarkan tubuhnya tergantung terbalik di alun-alun kota selama satu minggu penuh!"

Orc itu bersujud dengan gemetar ketakutan, meminta belas kasihan.

"Yang mulia, saya mohon ampun!"

Ratu Valerie memandang jijik Orc itu, melempar gelas ke wajahnya, penjaga dengan cepat membawa Orc itu pergi sebelum ratu baru mereka marah lagi.

Dalam sekejap suasana kerajaan Megalima diliputi aura kesuraman Valerie. Sang ratu benar-benar dalam suasana hati yang buruk, ia terus melempar barang-barang di dekatnya.

"Harus mati ... anak itu harus mati."

Valerie duduk kembali, menarik napas panjang, menenangkan diri.

"Apa aku perlu mencarinya?" suara serak basah seseorang datang dari arah belakang, Ratu Valerie mendengus, salah satu anaknya, Pangeran Andreas datang bersedekap sambil menyeringai.

Pangeran Andreas memiliki wajah yang sama rupawannya dengan sang Ibu, hanya saja rahangnya lebih tegas dan tubuhnya kekar berisi.

"Apa kau inginkan?" Sang ratu bertanya, paham niat terselubung putranya.

"Aku ingin memiliki kendali atas pasukan," sahut Andreas dengan senyum licik di wajahnya.

Valerie terkekeh, ia baru menyadari, setelah mereka mengambil alih kerajaan, pemimpin pasukan militer saat ini dalam keadaan kosong, karena sang pemimpin tertinggi Pangeran Thomas menghilang.

"Kau bisa melakukan sesukamu," ucap Valerie menyambut anggur yang dituangkan Andreas.

"Tapi kau harus membawanya ke hadapanku, hidup atau mati."

Andreas tersenyum, seumur hidupnya ia selalu hidup dalam rasa iri yang mendarah daging, inilah yang paling ia nanti-nantikan, kehancuran Thomas.

"Dengan senang hati yang mulia, pangeran ini akan menjelaskan tugas sebaik mungkin."

Andreas mencium tangan Valerie, lalu membungkuk, mengundurkan diri. Valerie tersenyum, ia yakin kemampuan Andreas dapat menemukan Thomas hidup atau mati.

"Yang mulia," ucap seorang pelayan sambil berlutut, Valerie melambaikan tangannya.

"Saya ingin melaporkan keadaan Putri Tiersa." Valerie awalnya tidak tertarik tetapi mendengar itu ia menjadi antusias.

"Katakan padaku, apa putri kecil itu sudah mati?"

"Mohon ampun yang mulia, Putri Tiersa masih hidup, hanya saja keadaannya sudah tidak memungkinkan lagi. Mungkin dalam beberapa hari ke depan ia sudah ...."

"Bagus. Saat ia mati gantung tubuhnya di alun-alun. Umumkan dia sebagai pemberontak kepada rakyat. Pastikan semua orang di kerajaan Megalima mengetahuinya."

"Baik, yang mulia. Pelayan ini mohon undur diri."

Valerie merasakan suasana hatinya membaik setelah mendengar kabar itu, ia beranjak ke beranda, melihat rumah-rumah rakyatnya di bawah, ia tersenyum. Semua ini sudah menjadi miliknya. Impiannya telah tercapai, sekarang ia sudah berada di puncak tertinggi dan paling dihormati di kerajaan Megalima.

Ia sekarang ratu. Ratu Megalima, Valerie Phyla.

Valerie tersenyum puas, dari kejauhan ia dapat melihat si penjaga tahanan tengah dihukum pancung dan disaksikan banyak orang.

"Itu adalah akibat lalai dalam perintahku," kata Valerie sinis, matanya berbinar ketika melihat kepala dan tubuh itu terpisah, darah segar menghambur keluar, algojo tanpa perasaan menggantung tubuh orc itu secara terbalik, membuat darah menetes-netes ke tanah. Ekspresi jijik, mual dan takut menghiasi satu persatu wajah orang-orang yang menonton.

Kaget. Itulah yang dirasakan rakyat Megalima, sebelumnya belum pernah ada hukum pancung sekejam ini dilakukan.

Ratu Valerie benar-benar ratu berdarah dingin. Hukum pancung ini seolah menjadi peringatan bahwa ratu tidak akan segan-segan menyingkirkan orang-orang yang tidak sejalan dengannya.

"Benar. Teruslah takut kepadaku," ucap Valerie, ia terkekeh pelan.

"Akan ku pastikan kalian menyaksikan putra dan putri mahkota tersayang kalian disana."

"Tunggu saja, sebentar lagi." Valerie menyeringai, sudah terbayang di benaknya dua mayat tergantung terbalik di sana, alun-alun itu akan dipenuhi darah sebentar lagi.