Thomas tahu tubuh kecilnya lemah, tapi ia tak menyangka akan terbaring di peti mati berhari-hari dengan suhu tubuh yang tidak menentu.
Iris tidak terlihat keberatan sama sekali, dengan tekun ia merawat Thomas kemudian ia menyisir rambutnya sepanjang waktu sambil bersenandung ria.
Thomas tidak yakin Iris menganggapnya sebagai pasangan, alih-alih diperlakukan sebagai seorang suami, Thomas lebih diperlakukan seperti anaknya Iris.
"Mengapa kau bangun?" Iris membantu Thomas duduk, wajahnya semakin hari semakin cerah, berbanding terbalik dengan Thomas yang semakin pucat.
"Aku ingin mandi," sahut Thomas singkat. Ia berjalan ke kolam dengan pelan. Iris kembali duduk, kali ini dia mewarnai kuku tangannya dengan daun rawa yang berwarna merah.
Litzy masih berwujud seekor anjing mengikuti Thomas, bertingkah sebagai seorang pengawas.
Thomas tahu cepat atau lambat ia harus menggambar rune sihir lagi, ia memang tidak lama mengenal Iris, tapi ia telah bertemu dengan banyak penyihir, tidak ada penyihir yang baik tanpa imbalan, mereka licik dan punya niat tersembunyi.
Ia menenggelamkan tubuhnya ke air kolam, menatap pergelangan tangan kirinya, disana melingkar sebuah garis berwarna merah tipis, garis itu muncul sesaat ia bangun dari tidurnya, penyihir itu mengatakan, itu adalah simbol kepemilikan, ia dan Iris adalah pasangan jiwa.
Tapi ia tahu, setelah Iris menemukan tubuh baru, ikatan ini bisa hilang begitu saja.
"Tomy kau baik-baik saja?" Iris mendekat, Thomas berbalik malu.
"Aku baik," sahut Thomas dengan segera bangkit dan memasang pakaian dengan cepat, Iris mengambil kain dan menggosok rambutnya.
'Lihat, aku diperlakukan seperti anak kecil lagi.'
Ketika Iris menyisir rambutnya, wanita itu menjulurkan kepalanya ke atas kepala Thomas, rambut panjangnya mengenai wajah Thomas.
Thomas menyentuh rambut itu, sangat halus dan lembut, membawanya ke hidungnya dan menciumnya, aroma mawar yang sangat pekat menusuk hidungnya, semakin lama ia berada di dekat Iris, semakin terjebak ia dalam pesona penyihir ini.
Iris telah menghipnotisnya dalam sekejap!
"Aku akan menggambar rune sihir hari ini," ucap Thomas sambil mendongak, menatap langsung ke mata Iris, lagi-lagi ia bersemu.
"Bagus. Semakin cepat kita pergi dari sini semakin baik."
Mereka berjalan menuju sebuah batu datar di pinggir rawa bersama Litzy di belakang, Thomas melukai jari jemarinya, menggambar rune sihir itu di atas batu.
Iris memperhatikan rune yang di gambar Thomas, itu adalah rune sihir yang jarang digunakan, hanya penyihir tingkat atas yang bisa mempelajarinya.
Sejak awal ia sudah tahu ada sesuatu yang disembunyikan oleh Thomas.
Dengan tangan bersimbah darah, Thomas menyelesaikan rune tersebut. Ia merapal mantra, mantra yang tidak pernah didengar Iris sebelumnya, Iris memeluk Thomas dari belakang dan Litzy menaiki kepala Thomas dengan wujud tikusnya.
"Iris ...." Thomas bergumam, pelukan itu sangat erat, Iris hanya diam dan membungkus tubuh mereka berdua dalam jubahnya, menempatkan kepalanya di bahu kecil Thomas.
"Itu berhasil."
"Bruush ...."
Tubuh mereka terserap oleh bayangan hitam dengan cepat, Thomas merasakan sensasi tubuhnya melayang dengan rasa sesak di dadanya, ia kembali kehilangan kesadaran.
"PLASH...."
Dalam sekejap tubuh mereka terlempar keluar dari danau, Iris memeluk erat Thomas, mereka jatuh di atas tumpukan kayu di pinggir danau berwarna hijau, Iris bersorak, mereka telah berada di tempat lain!
Akhirnya, ia keluar dari neraka!
"Tomy, kita berhasil!" seru Iris girang, melirik Thomas diam tak bergerak. Manusia kecil itu kehabisan tenaga.
'Dia lemah sekali' cibir Iris dalam hati, ia membaringkan Thomas di atas tumpukan kayu, tubuh pucat itu tertimpa sinar matahari.
Sorot mata Iris berubah menjadi dingin, memasang kembali jubahnya, Litzy kembali berubah menjadi seekor anjing dan berbaring melingkar di samping Thomas.
"Aku akan mencari manusia," ucap Iris dingin, seolah mengerti Litzy mengangguk sambil menjulurkan lidahnya.
Iris berjalan menjauh sambil memperhatikan sekeliling, mereka berada di sebuah bukit, dari kejauhan Iris melihat sebuah perkampungan dan peternakan kuda, wanita itu tersenyum simpul.
"Dynastiolisha"
Iris mengucap mantra, ia menggunakan sihir perubah wujud, menjadi seorang laki-laki yang gagah dan tampan, seekor kadal yang ditemuinya diubahnya menjadi kuda berwarna hitam, Iris dengan santai menuju perkampungan itu, melihat-lihat dan mencari target.
Ia harus mencari gadis cantik dan kaya untuk tubuhnya, sihirnya hanya akan bertahan selama satu jam.
Kampung ini sangat sederhana, rumah-rumah terbuat dari papan kayu, beberapa pemuda penggembala domba berpapasan dengannya, memandang Iris dengan iri, sejumlah gadis pemerah susu sapi menatapnya dengan mata yang tidak berkedip, Iris tersenyum samar.
Iris sampai pada sebuah Bar di tengah desa, aroma harum anggur dan roti langsung menyerbu penciuman Iris, ia melihat sekeliling, ada banyak pemuda-pemudi desa yang minum disana, berkelompok atau sendiri, dia memilih duduk di meja pojok dan memesan sebotol anggur.
Melihat kedatangan seorang pemuda gagah dan tampan, mau tak mau seorang gadis bar mendekat.
"Aku tak pernah melihatmu sebelumnya," ucap wanita berambut pirang panjang, pakaiannya sangat pendek dan mengundang, wanita itu mendekat dan duduk di samping Iris, mencoba menggodanya.
Iris tersenyum, wanita ini memiliki inti jiwa yang kuat, ia bisa menutupi kekurangan jiwa Thomas, sangat cocok.
"Aku dari ibukota, seorang pengembara," sahut Iris tenang.
"Oh, apa yang membuatmu kemari?"
"Aku mengalami kemalangan di tengah perjalanan, seluruh uangku diambil perampok gunung."
"Betapa kasihannya dirimu," wanita itu mengelus lengan Iris.
"Benar, aku sedang bingung mencari tempat tidur malam ini,"
Wanita itu terkekeh dengan wajah merah, aroma tubuh Iris membuatnya terasa mabuk.
"Aku punya kamar di atas, kalau kau mau kita bisa ..."
Iris tersenyum, wanita ini sangat mudah dijebak, "Aku tidak punya uang untuk membayarmu,"
Wanita itu memeluknya dengan pandangan penuh damba, "Aku yang akan membayarmu."
Iris tersenyum, mengelus punggung wanita itu dengan sensual, jari-jarinya bermain di bibirnya.
"Aku tidak sabar untuk itu."
Wanita itu bersorak, semakin merapatkan tubuhnya, entah mabuk karena aroma tubuh Iris atau karena terlalu banyak minum anggur. Ia dengan langkah tak sabar membawa Iris ke lantai atas, deretan kamar dan wanita cantik ia jumpai di setiap pintu, Iris menyeringai.
Kamar terakhir, berwarna merah muda dibuka, wanita itu tak henti-hentinya meraba-raba Iris.
"Kau sangat cantik." Iris memuji dengan tulus, kulitnya sangat halus dan terawat, tubuhnya kencang dan berisi.
Aku ingin tubuh ini, batin Iris menyeringai.
"Sangat sempurna," lanjut Iris, wanita itu terlihat sangat senang, ia menggoda Iris, menariknya ke ranjang. Posisi mereka saat ini Iris tengah menindih wanita itu.
"Aku ingin ...."
Tangan Iris melingkari leher wanita itu, mereka bertatapan sebentar, wanita itu tiba-tiba terkesiap kaget.
"Acromyrmexiussha"
Mata Iris berubah menjadi merah gelap, cahaya merah menyelimuti tubuh mereka, tangannya mencekik wanita itu dengan erat, wanita itu tak bisa memberontak, ia melotot dan tak bisa bernafas.
"Kkhh...khhh.." Wanita itu sekarat, Iris semakin bernafsu membunuhnya, inti jiwa wanita itu diserapnya habis-habisan.
Tubuh wanita itu mengerut, seperti kayu kering, tak bernafas lagi, terkulai di atas ranjang. Iris tersenyum puas, bangkit dan menatap pantulan dirinya di cermin besar.
"Aku benar-benar kembali," serunya girang, berputar-putar.
Iris saat ini terlihat seperti gadis berusia tujuh belas tahun, tubuhnya molek dan berisi, wajahnya bersinar cerah, bibirnya semerah delima, dan rambutnya tergerai sempurna. Iris berkali lipat lebih cantik daripada saat ia menyerap inti jiwa Thomas.
Iris menggerakkan tangannya, lemari terbuka dan mengeluarkan pakaian dan uang milik wanita itu, memasukkannya ke dalam kantong sihirnya. Iris telah membunuhnya dan sekarang ia tengah menjarah habis-habisan harta wanita itu.
Di tempat lain, di pinggir danau berwarna hijau, Thomas sedang menatap pergelangan tangan kirinya, garis merah tipis itu perlahan memudar.