Lepasin aku, Zarrel, aku bisa berenang, tenang saja!"
"Nggak! Kamu nggak boleh terjun! ... Toloooooonngg!!"
Zarrel terus berteriak meminta pertolongan. Di saat genting seperti ini malah tak ada satupun pengendara yang lewat. Tenaganya sudah hampir habis karena terus menahan tangan Verlyn agar tidak terjatuh ke sungai yang arusnya sangat deras.
Semua terjadi ketika dalam perjalanan pulang sekolah tadi saat mereka hendak menuju kantor polisi. Verlyn yang bawa mobil memilih jalur jalan cepat menuju kantor polisi. Namun, ketika hendak memelankan mobilnya yang akan melewati jembatan kayu untuk menyeberangi sungai yang memiliki arus yang deras, mobil itu tidak bisa dipelankan malah terus berjalan dengan kencangnya. Hal itu sontak membuat Zarrel takut dan tanpa sengaja mencengkram bahu kiri Verlyn, yang membuat Verlyn terjengkit kaget lalu membanting setir ke kanan, membuat mobil kehilangan kendali dan menghantam dinding pembatas jembatan yang mana mengakibatkan dua ban depan dan belakang dari sisi kanan amblas miring hendak terjun ke sungai. Verlyn hampir saja terpental keluar dari mobil (pintunya terbuka) kalau saja Zarrel tidak langsung memegang tangannya.
Dari kejauhan, di balik semak-semak, dua pengendara motor tengah asik mengintip dengan senyuman miring yang tercetak dari balik kaca helmnya. Sementara itu, Carlos yang memiliki firasat kalau akan terjadi sesuatu dengan Verlyn dan Zarrel, pun sepulang sekolahnya ia langsung pergi ke sekolah Verlyn. Namun, ketika ia tak melihat mobil yang dinaiki Verlyn tadi pagi tidak ada lagi di parkiran, Carlos inisiatif menyusul kalau Verlyn pasti langsung ke kantor polisi sekarang. Ia teringat kalau Verlyn begitu menyukai jalur jalan yang cepat untuk menuju suatu tempat. Ia cukup tahu dengan jalur jalan yang kemungkinan besar dilalui Verlyn. Yakni, menyeberangi sungai yang arusnya deras dengan melewati jembatan kayu. Jalur jalan ini sangat jarang dilewati karena sangat berbahaya. Selain kayunya yang sudah mulai rapuh juga tikungan jalan yang curam. Ketika sampai di tikungan jembatan, Carlos memberhentikan mobilnya begitu saja saat melihat sesuatu yang dikhawatirkan tengah terjadi di depan matanya.
Sebelumnya, Carlos celangak-celinguk mencari pertolongan kalau saja ada mobil atau motor yang lewat. Nihil, terlalu sepi di sini. Pula tidak ada sama sekali pemukiman melainkan hanya tanah lapang dan pohonan saja yang berderat.
Carlos kemudian berlari menghampiri mobil itu, dua orang didalamnya sedang berusaha bertahan hidup. Carlos hendak menolong, tapi itu tidak mungkin karena resikonya sangat besar. Salah-salah ia akan menjatuhkan salah satu dari mereka. Atau, Kalau bukan mobilnya yang terjatuh, mobil dan penumpangnya yang akan terjun.
"Carlos! Tarik kaki Zarrel pelan-pelan!" teriak Verlyn sesaat melihat Carlos yang berada tidak jauh di belakang Zarrel. Ia tampak ragu karena kayu-kayu yang menahan beban mobil juga sudah mulai bobrok. Pula lantai yang saat itu ia pijak juga cukup rentan untuk ambruk.
"Carlos! Tarik kakiku pelan-pelan!" teriak Zarrel dengan suara serak karena sambil menangis.
Dengan perlahan Carlos mencoba menginjakan kakinya ke papan-papan yang kemungkinan besar masih kuat menahan bobot tubuhnya. Tapi itu hanya mungkin.
Crak!
Papan yang diinjak Carlos patah dua membuat kakinya terperosok dan menimbulkan luka baret yang panjang di sekitar betisnya. Dengan sekuat tenaga ia kembali mencoba menarik kakinya dan berdiri mengampiri mobil yang mulai oleng.
Hup!
Ia sudah mendapatkan sebelah kaki Zarrel yang mengait di pintu mobil.
"Tarik, Los!" seru Zarrel yang mulai melemah dan pegangannya ke Verlyn juga mulai melonggar. Ia sudah terlalu lelah.
"Zarrel, sekali lagi lepaskan tanganku. Aku bisa berenang, Rel. Carlos pasti kesusahan narik kita berdua," ucap Verlyn dengan suaranya yang sudah ngos-ngosan.
"Nggak! Kamu nggak mungkin bisa berenang diarus yanh deras begitu, Verlyn!" seru Zarrel.
Carlos memang sudah dapat sebelah kakinya Zarrel. Tapi, ia tidak mungkin menariknya karena itu akan melukai kaki Zarrel yang kemungkinan besar akan mengenai bekas kaca mobil yang pecah tersisa.
"VERLYYYNNN!!!"
Pegangan Zarrel terlepas dari tangan Verlyn, mobil semakin oleng ke sungai dan Carlos gagal menarik kakinya Zarrel. Mobil beserta dua penumpangnya itu pun terjun bebas ke sungai.
Carlos berlari ke mobilnya. Ia mencari tim sar untuk menolong. Ia mengutuk dirinya kenapa tidak dari tadi ia mencari pertolongan, kenapa harus mengikuti hatinya yang sok mau jadi pahlawan yang padahal tidak bisa diandalkan sama sekali. Selain mengutuk dirinya sendiri ia juga mengutuk jalanan yang sepi di saat genting seperti ini. Ah, jalanan di sini memang selalu sepi.
__
Verlyn POV
Aku sudah berulang kali untuk bilang sama Zarrel buat lepasin pegangannya agar kita nggak jatuh bersamaan kayak gini. Pada akhirnya kita terjatuh juga. Arus ini memang sangat deras, untuk muncul ke permukaan saja aku cukup kesusahan. Aku tidak tahu lagi kepala dan tubuhku sudah menabrak benda apa saja. Aneh, aku tidak merasakan sakitnya. Tubuhku rasanya seperti terombang-ambing nggak tahu mau dibawa arus kemana. Samar-samar aku lihat tubuh Zarrel di dalam air, ia sama sekali tidak bergerak. Oh, Dear, bangunlah! Bergeraklah! Jangan mati di sini. Dan semuanya tiba-tiba gelap.
_____
"Hahaha! Gila, tadi itu dramatis banget!" seru Ranja yang berada di apartmennya bersama Audrey.
"Banget, mereka pasti ma---"
Brak!
Seseorang masuk begitu saja lalu menyalakan tv. Awalnya hanya iklan, tapi beberapa saat kemudian acaranya kembali mulai. Ternyata berita.
"Kita masih berada di lokasi kejadian. Para tim sar sudah dapat mengangkat mobil dari dasar sungai. Sedangkan, dua korban dari pemilik mobil masih dalam pencarian. Diduga korban hanyut dibawa arus sungai yang deras---" tv dimatikan.
Ranja dan Audrey mendadak pucat setelah melihat berita itu. Dan, seorang wanita dewasa itu menatap murka kepada mereka berdua. Belum sempat ia melampiaskan kemarahannya, beberapa polisi masuk begitu saja ke dalam (karena pintu tidak langsung ditutup rapat).
"Kalian semua ikut ke kantor polisi sekarang juga!" seru salah satu polisi yang sepertinya adalah kapten dari tim polisi tersebut.
"Kita salah apa, Pak?"
"Iya, kita salah apa, Pak?"
"Kami nggak ada ngelakuin apa-apa di sini, Pak!"
"Kalian bisa jelaskan semuanya di kantor polisi bersama satu rekan kalian yang berhasil kami tangkap,"
"Siapa, Pak?" masih nanya padahal tangan sudah pada diborgol.
"Banyak tanya, ikuti saja perintah kami kalau kalian tidak ingin terlibat banyak masalah lagi,"
...