Chereads / IMAGINAREAL - ZARREL / Chapter 28 - CHAPTER 28

Chapter 28 - CHAPTER 28

Setelah melakukan obrolan singkat dengan Audrey barusan, aku langsung saja berlari menuju ke bawah. Sampai teriakan Verlyn pun tak aku gubris. Aku terus berlarian masuk ke dalam kamar lalu mengambil kunci mobil dan pergi ke teras memasuki becky. Aku segera menyalakan mobil menuju tempat yang akan aku tuju. Sekilas kulihat dari spion Verlyn berusaha mengejarku dengan motor maticnya. Sesekali ia berteriak menyuruhku berhenti. Aku tak cukup waktu untuk berhenti sekarang. Ini darurat. Maafkan aku.

Aku kini memasuki jalan perkampungan yang sangat jarang ada lampu jalanan yang menyala. Adapun masih terlihat samar-samar. Aku terus menengok ke kanan mencari bangunan tua yang dimaksud.

Aku memberhentikan mobilku di depan sebuah gerbang yang mana di dalamnya terdapat bangunan tua yang entah masih berpenghuni atau tidak. Yang jelas Audrey bilang mama diculik dan dibawa ke sini. Tapi, kenapa harus mama?

Aku melihat jalanan yang ada di belakang. Verlyn tidak terlihat. Apa aku terlalu cepat membawa mobilku? Entahlah, semoga dia baik-baik saja. Tiba-tiba seseorang menarik rambutku lalu menyeretku masuk ke dalam bangunan.

Aku tak dapat berontak dan berteriak. Pegangannya terlalu kuat serta mulutku langsung dibungkam dengan sesuatu yang tidak aku tahu namanya apa. Seperti kain tapi bukan kain.

Kini aku didudukkan ke atas meja billiard yang sudah tidak terpakai. Tangan dan kakiku diikat. Tunggu... kenapa ada Audrey di sini? Di mana mama?

"Hahaha... ternyata lo cukup bodoh untuk mempercayai musuh lo sendiri, Zarrel." Itu Audrey. Argh, sial aku ditipu.

Laki-laki yang meringkusku tadi membuka topengnya.

Deg!

Bagaimana bisa dia hidup kembali?

"Lo pasti mikir kak Josap hidup lagi, kan? Dasar bodoh! Dia Josep kembarannya Josap, adik kembar kakak gue yang sudah lo bunuh."

Sial!

Aku tak dapat bersuara sekarang. Tapi dia seolah tahu apa yang ingin aku katakan.

"Bagaimana kalau kita bermain-main dulu, Zarrel," bisik Josep tepat di telingaku. Ia berada di belakangku. Aku merinding.

____

Bruk!

Saking kencangnya Zarrel bawa mobil gue sampai nggak konsentrasi lihat jalan sekitar. Sampai akhirnya gue nggak sengaja nabrak seseorang. Nggak terlalu keras, tapi cukup buat, tuh, orang nyungsep ke semak-semak pinggir jalan.

"Sorry-sorry gue nggak sengaja. Gue nggak fokus lihat jalan tadi," seru gue sambil bantuin orang yang tadi abis gue tabrak.

"Verlyn?" ucapnya.

"Lah? Lo? Tau lo yang ketabrak mending gue lindes aja tadi sekalian," ucap gue ketus saat tahu siapa cewek yang baru gue tabrak tadi. Ranja.

"Astaga, Ver. Jahat banget, sih. Gara-gara lo gue nggak bisa berdiri lagi, nih."

"Salah lo, jalan kok di pinggir jalan,"

"Ya kalau jalan kaki emang harus di pinggir jalan kali. Masa iya gue jalan tengah jalan,"

"Harusnya lo jalan di trotoar tadi."

"Ish, kok lo malah nyolot, sih. Gue nggak mau tahu lo harus tanggung jawab. Obatin gue!"

Dengan terpaksa gue nuntun dia buat naik ke motor gue. Gue bawa dia ke rumah. Kebetulan tante Ranty baru pulang. Kalau tante Ranty ada disini terus tadi yang ditelpon Zarrel siapa? Wah, nggak benar ini.

"Loh Verlyn? Itu temannya kenapa?"

"Dia nabrak motor aku, Tan!" aduku.

"Kamper lu. Yang ada motor yang nabrak pejalan kaki!" seru Ranja nggak terima.

"Ya sudah, ayo bawa ke dalam obati lukanya!"

Sepertinya kalau aku terus menuntunnya begini bakal satu jam baru nyampe pintu masuk. Aku jongkok di depannya mengkode untuk dia naik ke punggungku.

"Nggak mau!"

"Nggak naik atau nggak gue obatin!"

Entah kenapa perasaan gue jadi nggak nyaman. Zarrel belum hubungin gue lagi dia ada dimana.

____

Wajah Zarrel kini sudah penuh dengan goresan-goresan luka. Wajah cantiknya tertutupi oleh darah-darah kecil dan kering dari lukanya.

Ia tak mampu berteriak lagi karena suaranya sudah habis karena dari tadi selalu teriak-teriak kesakitan. Audrey terlihat antusias untuk merekam aksi penyiksaan yang dilakukan oleh kakaknya itu. Mereka tak berniat membunuh. Mereka hanya ingin membuat Zarrel merasa tersiksa.

Sampai akhirnya pukul 12 malam.

"Pulang sana lo! Sudah malam! Besok kita main-main lagi, ya," ucap Josep dengan melepaskan ikatan dan bungkaman di mulut Zarrel.

Zarrel hanya tertunduk lemas. Air matanya mengalir.

"Uuuuhh, kesian banget, sih," Audrey memberikan simpatinya dengan mengelus-elus punggung Zarrel yang langsung membuat Zarrel menegang. Tentu saja karena tadi Audrey memukuli bahunya dengan tongkat billiard, "Jangan sampai kejadian ini ketahuan oleh siapapun. Verlyn yang bakal jadi taruhannya." bisiknya sebelum akhirnya pergi meninggalkan Zarrel yang menatap nanar atas kepergian dua orang itu.

___

Aku pulang ke rumah dengan menahan rasa sakit di seluruh tubuhku. Rumah sepi. Sepertinya Verlyn tadi benar-benar tidak melanjutkan untuk mengejarku. Sekarang apa yang lagi dilakukannya, ya? Sebelum memastikan keberadaannya, aku segera mandi lewat kamar mandi bawah samping dapur. Untung beberapa bajuku yang di jemur di teras belakang rumah masih ada yang di taruh di dapur karena masih sebagian ada yang basah.

Ah, aku rasa aku tidak dapat untuk benar-benar mandi. Punggung dan wajahku terasa perih jika kena air. Kuputuskan untuk cuci kaki dan tangan saja. Setelah selesai semuanya aku pergi ke kamarku.

Saat aku mencoba untuk membuka pintu kamar mama yang nggak pernah dikunci itu, benar saja mama sudah pulang dan sekarang lagi tidur dengan nyenyak. Ia benar-benar tidak mencariku.

Sesampainya di depan pintu kamarku. Aku langsung memutar knop pintu dan membukanya.

Aku memang masih belum benar-benar bisa mencintai Verlyn. Katakanlah aku hanya menyayanginya selama ini. Tapi, kenapa disaat aku melihatnya tidur memeluk orang lain seperti ini, rasanya ada yang meledak dalam diriku. Aku tak mau mengusik tidur mereka. Aku memilih untuk tidur di atap, toh di sana ada sofa dan atap kaca yang dapat melindungiku dari hujan yang mungkin saja turun tiba-tiba. Sebelumnya aku ambil dulu selimut dalam lemariku.

Bintangnya sangat banyak. Sudah lama aku tidak tidur di bawah sinar bintang-bintang. Aku tak dapat telentang sehingga aku harus tidur miring dan meringkuk.

Aku sering lihat cewek itu di sekolah. Kenapa dia ada disini? Ia juga terlihat sangat ekat sama Verlyn. Sepertinya ada kejadian yang sudah aku lewati. Besok mungkin aku akan segera tahu jawaban tanya dalam benakku saat ini.

...