Chereads / Untuk Mister Mu / Chapter 4 - Dia Sangat Puas

Chapter 4 - Dia Sangat Puas

Setelah itu, pria itu kembali mengenakan pakaiannya dengan begitu elegan. Setelah berpakaian, ia tidak bisa menahan diri untuk tidak melirik wanita yang masih berbaring di ranjang dan masih tidak meresponnya. Ketika pria itu melihat ranjangnya yang berantakan dan tidak enak dipandang, ia sedikit mengernyit dan tampak berpikir, Aku yang terlalu kasar, atau wanita itu yang baru kali ini melakukannya?

Pria itu berpikir bahwa wanita itu yang datang ke sini sendiri. Karena ini semua telah diatur oleh seseorang dan wanita itu pun telah bersedia, kenapa ia harus merasa menyesal? Pria itu juga merasa bahwa wanita ini memiliki rasa yang begitu lezat sehingga membuatnya begitu puas.

Pada pukul dua dini hari, pria itu membatalkan keinginannya untuk beristirahat di Hotel King dan dengan tegas memutuskan untuk pergi. Begitu ia sampai di lobi hotel, seseorang telah menunggu dan menyambutnya di sana. Manajer hotel menyambutnya dengan hormat dan bertanya, "Tuan Mu pergi sepagi ini. Apakah kami tidak memberikan pelayanan dengan baik?"

Pria itu menatap manajer hotel di depannya dan menjawab, "Tidak, pelayanan kalian begitu baik."

Manajer hotel itu menganggukkan kepalanya dan berkata bahwa ia akan mengantarkan pria itu hingga keluar hotel. Namun, pria itu mengabaikannya dan langsung bergegas pergi dengan rombongan pengawalnya. Tak lama kemudian, suasana menjadi kembali tenang.

Manajer hotel yang saat itu masih berdiri di tempat melihat mobil mereka sudah pergi, lalu dengan cepat mengeluarkan ponsel dan menghubungi seseorang. Setelah telepon itu terhubung, ia berkata dengan lirih sambil tersenyum tipis, "Sepertinya dia begitu puas."

———

Saat fajar menyingsing, sebuah mobil mewah melaju dan akhirnya berhenti di depan vila mewah. Ketika pintu mobil terbuka, seseorang turun dari mobil dan bergegas masuk ke dalam vila.

"Tuan, saya mendengar dari orang luar bahwa Tuan telah mengatur rencana untuk Qianya agar dia menemani seseorang. Apakah itu benar?"

Mendengar pertanyaan itu, pria yang saat itu sedang duduk di sofa sambil membaca koran menatap ke arah wanita tersebut dengan dingin. Wanita itu berkata lagi, "Tuan, dia adalah putri Tuan sendiri. Bagaimana bisa Tuan tega mengirimkannya ke kamar seorang pria? Rumornya, dia..."

Pria itu mengabaikannya, tapi wanita itu tetap saja masih berbicara. Mungkin karena wanita itu terlalu berisik dan mengganggunya yang sedang membaca, ia langsung membanting koran yang ia baca ke meja dan berdiri. "Cukup! Apa yang kalian tahu, hah? Orang itu adalah pria bermarga Mu yang mengendalikan nasib besar di kota S. Lagi pula, pihak sana mengirim kembali pesan bahwa dia tampak puas dengan Qianyi kita. Jika dia bisa melirik Qianyi, itu akan menjadi keberuntungan juga untuk Qianyi dan menjadi berkah untuk keluarga kita!"

"Tapi..."

"Tapi, apa? Pikirkan. Jika keluarga Yi didukung oleh keluarga Mu, berapa banyak keberuntungan yang akan menunggu kita?" tanya pria itu sambil menatap ke arah wanita yang sedang menangis tersebut dengan kesal.

Wanita itu tertegun sejenak, lalu mengusap air matanya yang mengalir dan tampak seperti berpikir. Beberapa saat kemudian, saat wanita itu sudah berhenti menangis, ia kembali membuka mulutnya, "Tapi, jika Tuan melakukan hal seperti ini dan Qianya tahu bahwa Tuan yang telah mengaturnya, bagaimana mungkin hal ini bisa disebut hal baik?"

"Semuanya telah diatur. Saat ini kita sudah mendapat kesimpulan dan hal itu tidak bisa diubah."

Wanita itu hanya terdiam dan terdiam seperti orang linglung saat melihat pria itu membalik badan dan berjalan ke lantai atas. Setelah beberapa lama kemudian, wanita itu segera mengambil ponselnya dan menghubungi sebuah nomor.

"Halo..."

"Qianya, apakah kamu baik-baik saja?" tanya wanita itu dengan hati tegang.

"Ma, aku sangat lelah dan mau tidur," jawab Yi Qianya dengan malas.

Saat mendengar jawaban Yi Qianya, wanita itu mengerutkan kening. Ia baru mau mulai bertanya tentang bagaimana keadaan Yi Qianya, namun suara Yi Qianya di seberang telepon sudah terdengar tidak sabaran, "Ma, aku berada di Hotel Shortcut. Semalam aku pergi audisi untuk syuting dan aku belum tidur sama sekali. Sekarang aku mau tidur dulu. Dah..."

Saat telepon telah ditutup, wanita itu masih berdiri terdiam untuk mencerna apa yang baru saja dikatakan Yi Qianya. Sepanjang malam Qianya syuting? Lalu... Siapa yang orang yang dikirim ke Hotel King itu? batin wanita itu. Memikirkan masalah ini membuat wajah wanita itu berubah menjadi pucat.