Shi Yu bersikap dingin, namun Ye Mei sepertinya sudah terbiasa. Ye Mei duduk sambil tersenyum dan suasana hatinya tidak berubah. Tang Yan tidak bisa menahan diri untuk tidak menghela napas dan berkata, "Jelas pasangan yang begitu serasi dan ditakdirkan Tuhan, tapi mengapa tidak bersama?"
Ye Mei melirik wajah Shi Yu yang tak berekspresi tanpa rasa canggung sama sekali. Ia tertawa dan berkata pada Tang Yan, "Aku rasa kita juga lumayan cocok. Jika tidak, kita coba bersama."
Tang Yan langsung menolak, "Nona Ye, aku rasa aku bukan seleramu."
Ye Mei tertawa dan berkata, "Itu karena seleramu terlalu berat! Begitu banyak pria sembrono di sekitarku. Tapi, jika aku benar-benar menyukaimu, bukankah aku akan ditelan hidup-hidup oleh orang lain…"
Tang Yang tersenyum cerah, "Benar juga."
Ye Mei adalah seorang wanita yang cantik dan kompeten sehingga tak heran banyak pria yang mengejarnya. Sementara itu, Tang Yang berbeda. Ia adalah seorang playboy dengan banyak wanita di sekitarnya. Ia bisa berganti dua wanita dalam tiga hari. Tang Yang sama sekali tidak cocok untuk kandidat pasangan untuk seumur hidup.
Beberapa orang mengobrol sebentar, sementara Shi Yu hanya diam. Ia hanya mengatakan sembilan kata di antara percakapan itu. Ye Mei adalah orang yang cerdas sehingga ia tahu bagaimana untuk tidak bersikap membosankan di depan umum. Ia pun mulai minum anggur dengan Mu Bai dan Tang Yan.
Semua orang tahu Tang Yan memiliki kadar toleransi alkohol yang buruk. Biasanya ia akan mabuk hanya dengan sedikit anggur. Setelah mabuk, ia akan langsung menggila dan semua hal penting akan keluar dari mulutnya. "Ye Mei, mengapa kamu tidak menempatkan Shi Yu ke tempat tidur tahun lalu? Aku beritahu, sampai sekarang dia masih perja—"
Tang Yang agak mabuk, tapi melanjutkan, "Tampan, kaya, tapi tidak punya seorang wanita pun. Tidak heran jika sebelumnya ada yang melaporkan bahwa dia gay… Menurutku, Ye Mei, lebih baik kamu menanganinya saja. Pas dengan kesempatan yang begitu baik pada malam hari ini… Tiduri dia dan tunggu sampai semuanya menjadi lebih panas…"
Wajah Ye Mei memerah, entah karena efek alkohol atau karena topik yang keterlaluan ini. Mu Bai menahan tawanya sambil melihat Shi Yu dengan ekspresi simpatik. Tang Yan yang tidak tahu mati masih menggila karena mabuk sehingga kata-kata berikutnya semakin eksplosif, "Aku memberitahu kalian. Waktu itu, dia memintaku mencari seorang wanita dengan kualitas terbaik untuk melampiaskan apinya… Aku membawa seseorang padanya dan aku tidak mengira akan melihat sesuatu yang seharusnya tidak boleh dilihat. Dia bermain tirani dengan seekor kucing liar kecil… Hehe… Benar-benar tidak terdug—"
Brak!!!
Sebelum Tang Yan menyelesaikan kata-katanya, ia ditinju sampai terjatuh ke lantai. "Wah…" gumam Tang Yan sambil bangkit dari lantai dan meletakkan tangan di sofa. Wajahnya tampak seperti kehilangan roh.
Shi Yu bangkit tanpa berbicara dan segera menyeret Tang Yan keluar dari bar. Ketika Mu Bai dan Ye Mei menyusul, Shi Yu sudah memasukkan Tang Yan ke dalam taksi. "Antar ke tempat sampah," kata Shi Yu pada sopir taksi.
Mu Bai selangkah lebih lambat. Ia tidak sempat menghentikan taksi sehingga ia hanya bisa membawa mobilnya untuk mengejar taksi itu. Ye Mei sudah banyak minum, tapi ia masih tahu cukup bisa mengendalikan diri dan mencegar satu taksi. Ia memberikan alamatnya, lalu langsung masuk ke kursi penumpang dan tertidur.
Setelah setengah jam, Mu Bai menemukan Tang Yan yang mabuk di tempat sampah terbesar di Ibukota. Saat ini, Tang Yan sedang memeluk sampah sambil menunjukkan semua jenis postur yang aneh dan tampak sangat jelek. Mu Bai sampai kehilangan kata-kata. Masa bodoh jika Tang Yan memiliki level toleransi alkohol yang buruk dan bermulut busuk. Hal yang paling mengerikan adalah sikapnya yang masih begitu centil.
Mu Bai menyeret dan menarik Tang Yan keluar dari tempat sampah dengan kasar dan tidak pelan sama sekali.
"Minumlah, minum! Ketahananku meminum anggur tidak main-main… Sini, sini, sini… Jika tidak mabuk, tidak boleh pulang!" gumam Tang Yan.
Sudah mau mabuk sampai mati, masih mau minum? pikir Mu Bai dengan kesal. Mu Bai yang biasanya bisa mengendalikan emosi sampai tidak bisa menahan diri lagi dan menjitak kepala Tang Yan dengan kuat.