Alanda adalah wanita berusia (30) tahun dia seorang janda dari almarhum Tuan Ariel Bara Atmaja (50) pengusaha kaya raya, yang memiliki dua Putra yang seharusnya menjadi ahli waris dari Alm. Ariel Bara Atmaja.
Kedua putranya bernama Arkano Atmaja (22) dan Davino Atmaja (20), keduanya hanya selisih 2 tahun namun memiliki sifat yang berlainan satu sama lain.
Alanda sebenarnya menyayangi keduanya seperti anaknya sendiri walaupun usianya hanya terpaut 8 tahun dari putra pertama.
Namun Arkano behitu membencinya karena Alanda mengisi tempat Alm. Mamanya yang sudah meninggal 5 tahun yang lalu.
Alanda berusaha menyayangi keduanya dengan kasih sayang seorang Ibu bagi mereka, tapi apa yang selalu di rasakan Alanda merasakan kehidupan penuh penderitaan batin yang cukup menorehkan luka di hatinya.
Dulu saat Tuan Ariel masih hidup dia masih bisa bertahan dengan semua serangan Arkano yang selalu menghinanya dan menjadikan Alanda sebagai wanita yang tidak berharga.
Hanya Davino yang bisa menerimanya sebagai Ibu barunya walaupun mereka sedikit canggung dengan keadaan mereka asaat ini karena usia mereka haya selisih beberapa tahun saja mungkin pantasnya Alanda itu sebagai kakak mereka.
Hari ini pengacara pribadi Tuan Ariel datang kerumah untuk membacakan surat wasiat dari Almarhum setelah 40 hari sepeninggalnya.
Pengacara Hari mengumpulkan Arkano, Dabino dan juga Alanda di ruang tamu untuk membacakan surat wasiat yang di tulis oleh Alm. Ariel.
"Saya disini untuk segera melaksanakan amanah dari Tuan Ariel untuk membacakan wasiat beliau, apa anda semua siap u tuk mendengarnya?" pengacara Hari mengawali pembicaraan, ditangannya sudah ada sebuah amplop coklat bersegel.
"Kami siap untuk mendengarkan wasiap Papa" Davino mewakili ketiganya untuk berbicara.
Alanda hanya mengangguk setuju saja sebenarnya dia tidak mengharapkan apa pun tentang harta dari alm. suaminya dia cukup shock dengan kepergian suami tercintanya di saat usia pernikahannya baru 2 tahun berjalan.
Dia sudah mengapdikan diri untuk menjaga keharmonisan kehidupan rumah tangganya walaupun dia sendiri harus mengalami banyak hinaan.
Alanda nggak pernah sekalipun mengadu akan perlakuan putra pertama suaminya yang sangat membencinya.
"Baiklah Saya akan membacakan surat itu sekarang tolong dengarkan dengan baik, seluruh properti dan saham perusahaan di atas namakan pada Alanda, dan sampai saat kedua putraku bisa mengelola perusahaan yang nanti akan di turukan pada mereka saat masing masing sudah memiliki seorang Istri" pengacara Hàri selesai membacakan surat dan mengeluarkan semua surat surat berharga lainnya untuk di tanda tangani Alanda.
Mendengar isi surat tersebut Arkano merasa itu nggak adil buat mereka seharusnya harta tersebut adalah hak mereka berdua sebagai putranya.
"Aku nggak setuju dengan wasiat Papa, tolong segera di ubah seharusnya itu adalah hakku sebagai Putra pertama di keluarga ini" Arkan protes.
"Mas Papa nggak menyerahkan semua pada Ibu sampai saat kita sudah menikah baru Ibu akan memberikan hak kita, jadi untuk sementara Ibu yang akan memimpin perusahaan sesuai wasiat Papa, dan kita akan mulai belajar untuk mengelolanya bersama sama" Davino berusaha memnerikan pengertian pada kakaknya.
Perdebatan tidak mendapatkan hasil apa pun karena itu pengacara sudah memberikan penjelasan bahwa surat itu sah di mata hukum dan tidak bisa dirubah oleh siapapun.
Setelah itu pengacara pamit pulang dan kembali ke kantor, mobil melaju dengan cepat meninggalkan kediaman Atmaja.
" Haaah..." Alanda menghela nafas berat dia masih harus memenuhi segala sesuatu yang sudah di amanahkan kepadanya untuk menjaga semua peninggalan Alm. Ariel.
"Besok aku harus pergi ke kantor untuk memeriksa dan juga menghendel seluruh pekerjaan yang di tinggalkan oleh Suamiku" Alanda bergumam.
Alanda memasuki rumah dan mendapati Arkano menatapnya penuh kebencian dan permusuhan.
'Hahaaah... Tuhan semoga semuanya lancar sampai tiba saat nya aku mengalihkan semua kepada mereka nanti' Alanda berharap dalam hati.