Dalam perjalanan menuju pertemuan dengan Pak Jaya di sebuah restoran mewah di tengah kota di pusat ibu kota, Alanda sudah mempersiapkan dirinya dengan sebaik mungkin dan berdo'a dalam hati.
"Semoga apa yang aku kerjakan dengan tukus dan ihklas membuahkan hasil yang memuaskan dan sesuai harapan serta ridho Allah.... Amin" gumam Alanda.
"Sebentar lagi kita sampai Bu" Ella memberitahukan posisi mereka.
"Ya kita akan lihat apa yang akan terjadi terjadilah atas kehendak Allah, semoga proyek ini menjadi rezeki yang di berikan Allah kepada keluarga Atmaja" Ucap Alanda.
"Amin ..." Ella menjawab do'a Alanda.
Mobil mewah itu memasuki area parkir di depan restoran tersebut dan sopir sudah membukakan pintu untuk Nyonyanya.
Alanda melangkah dengan elegan dan juga anggun serta penuh karisma yang membuat mata yang memandang tidak akan bisa lepas dari pesonanya.
"Selamat datang di restoran kami..., apa Anda sudah reservasi di sini sebelumnya?" tanya seorang pelayan yang menyambut kedatangannya.
"Aaa... Saya rasa atas nama Bapak Sunjaya" Alanda menjawab serta memberitahukan nama orang yang reservasi.
"Ooh ya ... apa Anda Nyonya Alanda? Anda sudah di tunggu oleh beliau mari saya antarkan " jawab pelayan tersebut.
"Terima kasih..." Alanda tersenyum manis dengan tulus dan mendapat sambutan dengan ramah dari pelayan tersebut.
Alanda mengikutinya dari belakang bersama Ella di belakangnya pula dan dengan langkahnya sepatu hak tingginya yang menyebabkan suara yang mengetuk lantai membuat suasana yang ada di restoran tersebut tampak hening.
Pelayan tersebut membuka pintu ruangan yang sudah di pesan tersebut "Silahkan masuk Anda telah di tunggu".
Alanda memasuki ruangan tersebut "Selamat siang Pak Jaya, Maaf jika Saya membuat anda lama menunggu" Sapa Alanda dan juga perminta maafannya.
"Tidak masalah Saya juga baru datang kok, kita akan berbincang cukup lama nanti Saya harap Nyonya Ariel biaa mempertimbangkan kerja sama kita" Ucap Sunjaya dengan menatap lekat pada Alanda.
Sunjaya mengagumi janda di dwpannya itu tampak sangan memukau dan tak terlihat kalau dia sudah menjanda.
'Dia sangat cantik seandainya aku belum beristri aku mungkin bisa berkesempatan untuk merebut hatinya' gumam dalam hati Sunjaya.
Hidangan sudah di pesan dan mereka menunggu sambil membicarakan rencana kerja sama yang akan mereka jalin.
Tak berapa lama kemudian pesanan mereka sampai dan mereka berempat bersantap bersama dan sesekali Asisten dan juga Pak sanjaya melirik Alanda dengan rasa kagum yang memuja.
Melanjutkan pembicaraan setelah makan siang dan Sunjaya menyetujui kontrak kerja sama nya dan menandatanganinya.
Setelah selesai mereka punsaling menjabat tangan tanda kerja sama telah terjalin antara dua perusahan besar di kota ini.
"Aku harap kerja sama kita lancar tanpa ada kendala yang berarti" Alanda berucap dengan keyakinan.
"Terimakih dan sampai jumpa lagi" Sunjaya tersenyum dan berharap bisa bertemu kembali.
Alanda keluar dari restoran tersebut dan segera pergi menemui klien selanjutnya.
Kendaraan memecah kesunyian dan hanya deru mobil yang melaju yang terdengar di telinga Alanda.
mereka sampai di tempat yang kedua dan semua pertemuan hari ini lang sung mendapat kan hasil yang memuaskan .
Setelah pertemuan itu Alanda dan juga sekretarusnya kembali ke kantor dan menyelesaikan pekerjaan hingga waktu untuk segera pulang kerumah masing masing.
Alanda menaiki kendaraan menuju rumah Alm. Suaminya dan mendapati sambutan yang sangat menyayat hati ya karena kedua putra tirinya mulai melakukan hal yang di luar kendalinya.
Terutama Arkano yang begitu membencinya tanpa memberikan apa pun Alanda tidak ingin mereka semakin membencinya "Akan aku berikan hak kalian namuntemukan calon istti kalian berdua aku beri waktu 6 bulan sampai saat itu aku yang akan menjalankan lerusahaan"
"Baiklah Ibu .... Davino sayang sama Ibu jadi jangan menangis lagi" sambil mengusap air mata yang telah jatuh membasahi pipi Alanda.
"Makasih sayang Ibu ke atas dulu untuk istirahat" Alanda mengusap kepala Davino denga sayang.
Alanda melangkah menaiki anak tangga menuju kamarnya yang dulu selalu ada Arie suaminya yang menemaninya, saat ini Alanda begitu rapuh dengan keadaannya ini tanpa sandaran.
Alanda tidak bisa membendung air matanya yang mengalir deras "Suamiku kenapa engkau begitu ceoat pergi meninggalkan aku seorang diri".