"Mana Aron?" tanya Qiran penasaran.
"I-itu, Ran. Tadi dia lewat kesitu deh," jawab Amel sambil menunjuk ke arah yang ditunjuk. Akan tapi setelah dilihat lagi, Aron sudah tidak ada. Entah kemana dia, yang jelas mereka kehilangan jejaknya Aron.
"Kamu yakin itu Aron, Mel?" tanya Caca mengkernyitkan alisnya.
"Iya, aku yakin banget. Dia juga tidak sendirian kok," tambah Amel keceplosan.
"A-apa? Tidak sendirian? Yang bener ah, mungkin kamu salah liat kali," ucap Caca sambil menyenggol tangan Amel.
"Memangnya, kamu melihat dia bersama siapa?" ucap Qiran semakin penasaran.
"A-anu, aku barangkali salah lihat Ran, lupakanlah mendingan kita makan dulu," ucap Amel sambil menarik lengan Qiran menuju cafe favoritnya.
Sebenarnya, Amel melihat sangat jelas, jika Aron sedang bersama perempuan lain. Dan ia ingin sekali berkata jujur. Namun, hal itu ia urungkan. Karena, takut melukai perasaan Qiran. Bahkan, Caca pun memberi isyarat, supaya tidak membahas tentang Aron dihadapannya.
******
Kring kring kring
Suara handpone Bu Melin berdering, dan itu telepon dari Pak Marco untuk mengajaknya makan malam bersama di rumahnya. Namun, Bu Melin menolaknya. Karena, ia merasa pertemuannya baru sekali, dan ia juga belum siap untuk bertemu dengan keluarganya Pak Marco.
Akan tetapi, ia mengusulkan untuk makan malam di luar. Biar sama-sama nyaman.
Pak Marco pun menyetujuinya, padahal, ia lebih suka dengan masakan puterinya. Tapi, demi sang pujaan hatinya, ia pun menuruti apa yang diinginkan Bu Melin.
Mereka berdua sepakat untuk pergi makan malam bersama, sepulang dari pekerjaannya masing-masing. Bu Melin pun langsung menelepon anaknya agar segera datang ke tokonya. Untuk giliran berjaga di sana.
"Sayang, kamu sedang sibuk tidak?" ucap Bu Melin kepada Anaknya, Alby.
Sementara, Alby baru saja tiba di rumahnya, sehabis pulang dari kampus. Dan baru saja merebahkan tubuhnya ke atas sofa. Ia juga tidak lupa untuk membuka sepatu nya terlebih dahulu.
"Mmm, sepertinya tidak, Mom. Memangnya ada apa?" tanya Alby sambil membuka sepatunya.
"Nanti Mommy mau makan malam di luar, bareng teman SMA yang waktu itu diceritain, kamu bisa ke toko tidak hari ini?" ucap Bu Melin sumringah.
"Makan malam? Secepat itukah, Mom kedekatan kalian?" ucap Alby dalam hatinya.
"Oh, ya sudah aku langsung kesana saja Mom," ucap Alby sembari mengakhiri teleponnya.
"Baik, terima kasih, Sayang!" ucap Bu Melin sumringah.
Tanpa basa-basi lagi, Alby pun langsung menuju ke butik ibunya. Seperti biasa, ia mengendarai motor vespa kesayangannya. Kebetulan jarak antara rumah ke Mall lumayan dekat, sekitar 15 menit-an.
Ketika sudah tiba di Mall, secara tidak sengaja Alby bertemu kembali dengan Qiran dan teman-temannya.
"Alby!" teriak Amel sambil melambaikan tangannya.
Mereka bertiga bertemu ketika hendak menuju ke Cafe favoritnya. Namun, karena sudah terlanjur bertemu dengan Alby, mereka pun sempat berbincang-bincang sebentar. Kecuali Qiran, ia acuh dan hanya mendengarkan mereka bertiga ngobrol.
Sementara, Alby yang sedari tadi ikutan ngobrol pun merasa kurang nyaman. Karena Qiran benar-benar tidak berbicara sama sekali.
"Ya sudah, kalian lanjut saja shoppingnya, aku mau ke lantai atas dulu, hati-hati yah jaga diri baik-baik," ucap Alby sambil melirik Qiran dan langsung bergegas meninggalkan mereka bertiga.
"Bye Alby," ucap Amel senang.
"Alby, ternyata ramah juga yah, aku pikir dia jutek, ternyata dia berhati lembut," ucap Caca senang.
"Iya, aku jadi simpati padanya," tambah Amel sumringah.
"Kalian kerasukan jin apa? Orang menyebalkan seperti itu dibilang lembut!" ucap Qiran geram.
"Iya-iya maaf, habisnya dia keren banget dari awal," celetuk Amel sembari tertawa kecil.
"Sudahlah, jangan dibahas, ayo kita ke Cafe, udah laper nih," ucap Caca sembari menarik lengan Qiran.
Mereka bertiga akhirnya menuju ke cafe, di mana cafe itu terlihat bersih dan nyaman. Pastinya, Qiran sangat menyukainya.
******
Dua jam sudah mereka habiskan untuk kongkow-kongkow di Cafe itu. Akhirnya, para gadis itu pun langsung pulang dan bergegas menuju parkiran mobil.
"Aku antarkan kamu dulu yah, Ran," ucap Caca sembari menyetir mobilnya.
"Okey," ucap Qiran singkat.
Setelah sampai di rumah Qiran, mereka pun langsung pamit lagi untuk pulang ke rumahnya masing-masing. Setelah di perjalanan, Caca penasaran denga apa yang di lihat Amel, pada saat berada di Mall. Karena Caca yakin, meskipun Amel suka ceplas-ceplos, tapi ia selalu jujur dalam hal apapun.
"Iya, aku melihat jelas itu, Aron! Dia bersama perempuan lain, tapi perempuan itu serasa tidak asing di kepalaku, tapi siapa ya?" ucap Amel sembari mengingat wajah perempuan itu.
"Ya ampun, aku tidak menyangka Aron setega itu, rugilah kalau dia berpaling sama Qiran. Semoga saja, Tuhan memperlihatkan keburuknya kepada Qiran," ujar Caca sambil fokus menyetir, ia pun mempercepat perjalanannya agar secepatnya sampai di rumah.
*******
SEMENTARA DI BUTIKNYA BU MELIN...
"Sayang, kebetulan sekali, kamu datang diwaktu yang tepat," ujar Bu Melin senang.
Alby pun hanya bisa tersenyum dengan keadaanya. Selama ini, ia tidak pernah melihat ibunya seriang ini.
"Coba-coba, menurut kamu, Mommy pantasnya pake baju yang seperti apa?" tanya Bu Melin kebingungan.
"Semua baju yang Mommy pake pasti bagus, dan pastinya cocok," ucap Alby sembari tersenyum.
"Ish kamu ini, Mommy lagi serius nih," ujar Bu Melin yang masih kebingungan.
"Yaudah, Pake baju renang saja!" celetuk Alby.
"Hey, Mommy sedang serius! Masa kencan pake baju renang, apa kata orang nanti!" ujar Bu Melin cemberut.
"He he he, maaf Mom cuma bercanda. Seperti yang aku bilang tadi, Mommy pantas pakai baju apa saja, ayolah Mom percaya diri donk," ucap Alby meyakinkan Bu Melin.
"Iya deh, Mommy Akan mencoba yang ini," ucap Bu Melin sambil memegang baju yang akan dipakainya nanti.
Setelah mendapatkan saran dari Anaknya, Bu Melin pun akhirnya langsung bergegas pulang menuju rumahnya. Ia akan di jemput oleh Pak Marco beberapa jam lagi.
Sedangkan Alby, ia menggantikan Ibunya bertugas di toko. Ia ditemani beberapa karyawan, agar Alby tidak kerepotan saat para pelanggan datang.
Ketika sedang asyik beres-beres, tiba-tiba saja datang sepasang kekasih, yang hendak membeli sebuah rancangan baju karya ibunya. Mereka terlihat romantis, bahkan kemesraannya pun mereka pamerkan dihadapan Alby dan karyawannya.
Alby, sebagai penjual yang baik mesti bersikap sopan. Karena biar bagaimanapun pembeli adalah raja.
Mereka pun sempat meminta saran kepada Alby soal baju yang pantas untuk mereka pakai. Dengan senang hati, ia layani hingga akhirnya mereka memilih baju yang benar-benar mereka sukai.
Alby tidak tahu, jika salah satu pasangan itu adalah Aron, begitu juga Aron, ia tidak tahu jika Alby adalah murid baru di kampus yang sama dengannya. Mereka sama-sama tidak saling mengenali.
🍭🍭🍭🍭🍭
DI KEDIAMAN QIRAN...
"Dad, kok tumben pulangnya lebih cepat dari biasanya?" Tanya Qiran heran.
"Loh, masa kamu lupa? Malam ini kan Daddy mau kencan! Harus pulang lebih awal donk," jawab Pak Marco senang.
"Oia lupa! tapi gak segitunya kali Dad, ini baru jam berapa?" ucap Qiran sembari tertawa kecil.
"Ih biarin, Daddy gak mau telat jemput dia, pokoknya mesti tepat waktu. Lagi pula, perjalanan ke rumahnya kan membutuhkan waktu juga. Terus Daddy juga belum ganti pakaian, belum dandan apalagi mandi!" tukas Pak Marco.
"Yaudah, Daddy mau mandi dulu. Ehh, tapi kamu jangan kemana-mana dulu, pilihkan baju untuk Daddy yang keren, " tambah Pak Marco dengan semangat.
"Ah, itu sih gampang Dad, tadi aku sudah membelikan baju baru buat Daddy, aku ambil di kamar, Daddy mandi aja dulu," ucap Qiran sembari menuju Kamarnya.
"Okey," ucap Pak Marco singkat.
Pak Marco sangat antusias dengan kencannya malam ini, ia begitu bahagia setelah bertahun-tahun ia hidup sendiri, akhirnya bisa menemukan pengganti istrinya. Ia bahkan tak henti-hentinya berdoa, agar rencana kencannya berjalan dengan lancar.
Meskipun sudah ada pengganti dalam hatinya, ia tidak akan pernah lupa untuk selalu mengenang dan menatap foto mendiang istrinya, dan itu wajib ia lakukan sebagai bentuk tanda cintanya selama ini.
"Sayang, aku harap kamu merestui hubungan aku sama Melin ya." ucap Pak Marco meneteskan air mata bahagianya, sambil menatap foto mendiang istrinya yang sangat ia cintai.
BERSAMBUNG ...