Hari sudah semakin larut malam. Anginnya pun sudah terasa begitu dingin. Ditambah gemerisik pepohonan yang begitu damai. Seakan, mengantarkan malam pada kesunyian yang gelap.
Setelah Qiran selesai makan bersama Ayahnya, ia langsung nongkrong di teras sembari menunggu telepon dari Aron lagi. Qiran yang sedari tadi duduk di teras itu, merasa kedinginan. Namun, tiba-tiba saja ponselnya berdering kembali.
Kring kring kring
Dan ternyata yang menelepon bukanlah Aron, tetapi melainkan ialah Caca. Seketika, wajah Qiran langsung masam.
"Iya Ca, ada apa?" tanya Qiran datar.
"Qiran, besok antar aku beli baju, yuk!" ajak Caca manja.
"M-mm, okelah. Nanti sepulang kuliah aja, gimana?" sahut Qiran.
"Oke, setuju! Jangan lupa ajak Amel juga ya, ku tutup teleponnya nih," ucap Caca
"Okey," sahut Qiran pelan.
Qiran pun langsung mematikan ponselnya. Namun, pikiran Qiran masih tertuju pada Aron. Ia masih penasaran dengan dirinya. Dari mulai tidak menjemputnya tanpa kabar, di tambah tidak bertemu saat kuliah, hal itu sudah membuat Qiran merasa khawatir. Dan sekarang, ia malah misscall tanpa sebab.
"Apa yang sebenarnya terjadi? Bahkan aku menelepon balik pun tidak kau angkat, Ben!" gumam Qiran kesal.
Malam pun semakin larut dan semakin dingin. Akhirnya Qiran beranjak dari tempat duduknya, ia langsung menuju ke kamar untuk beristirahat.
"Semoga, kamu baik-baik saja, Beb," ucap Qiran sambil memejamkan matanya.
*****
DI TEMPAT KEDIAMANNYA ALBY...
Alby sudah bersiap-siap untuk beristirahat. Sementara, Bu Melin baru saja pulang dari butiknya. Ia membawakan makanan kesukaan Alby. Ia sadar jika selama ini, ia belum memasak makanan kesukaanya lagi. Karena kesibukan pekerjaannya, membuat Bu Melin tidak punya waktu untuk memasak.
Tok tok tok
"Alby, kamu sudah tidur, Nak?" tanya Bu Melin sembari membawakan makanan.
Dan Alby pun langsung membuka pintu kamarnya.
"Iya Mom, ada apa? Aku baru saja mau tidur," ucap Alby.
"Nih, Mommy bawain makanan kesukaan kamu, ayo dimakan!" ucap Bu Melin sambil menyodorkan makanan kesukaannya.
"Wow, kebab! Makasih Mom," ucap Alby senang.
"Hemm, sama-sama. Oia, Mommy mau cerita nih, tapi kamu jangan marah ya," ucap Bu Melin sembari masuk ke dalam kamarnya Alby. Dan langsung duduk dikursi sofa yang sudah tersedia di kamar itu.
"Memangnya, Mommy mau cerita apa?" jawab Alby sambil duduk didekatnya Bu Melin.
"Waktu di toko, Mommy tidak sengaja bertemu dengan sahabat lama Mommy," ujar Bu Melin mengawali percakapannya.
"Terus? Apa hubungannya dengan marah?" jawab Alby sembari melahap kebab kesukaanya.
"M-mm, dengerin dulu," kata Bu Melin.
"Iya-iya," ucap Alby sembari mengunyah kebab.
"Sepertinya Mommy mulai menyukai seseorang he he he," ucap Bu Melin sambil tertawa malu.
Seketika, Alby berhenti memakan kebab itu, jika mendengar siapa yang disukai Ibunya, ia langsung menanggapinya dengan serius dan berkata, "Yakin Mom? Apa dia juga menyukai Mommy? Siapa tau dia punya Istri dan anak. Jangan terlalu percaya sama laki-laki, Mom!" ucap Alby meyakinkan Bu Melin.
Alby sangat mendukung, jika lelaki itu memang benar-benar menyayangi Ibunya,
Agar suatu saat tidak berdampak buruk bagi dirinya sendiri.
"Iya-iya paham, tapi setahu Mommy, istrinya udah meninggal. Tapi entahlah, dia punya perempuan lain atau tidak. Kan, Mommy baru bertemu kemarin. Lagi pula dia teman lama Mommy kok, jadi Mommy yakin dia orang yang baik," ucap Bu Melin.
Tiba-tiba bunyi suara handpone Bu Melin berdering keras. Dan ternyata itu telepon dari Pak Marco, seketika wajah Bu Melin pun semakin berseri-seri.
"Nah, baru saja dibicarakan, dia langsung telepon. Ya udah, Mommy angkat dulu ya," ucap Bu Melin sambil meninggalkan Alby disofanya.
Sementara, Alby hanya terdiam seolah kurang percaya dengan lelaki yang dibicarkan Ibunya itu.
"Jika lelaki itu baik seperti Daddy, aku pasti merestuimu, Mom." gumam Alby sembari tersenyum manis.
*****
Pagi ini mentari yang senantiasa terbit dipagi hari, perlahan-lahan menebarkan warna yang sangat indah. Hal itu, menunjukan awal dari senyuman beserta ketenangan dalam suasana keluarga yang harmonis. Saat itu, Qiran sudah beranjak dari tempat tidurnya, ia selalu tetap semangat dalam menyambut indahnya dipagi hari.
Menurut Pak Marco, disiplin adalah hal yang paling utama bagi keluarganya. Jadi tidak heran, jika Qiran selalu rikat dalam mengawali pagi harinya. Seperti biasa, mereka berdua sudah berada di tempat meja makannya. Semua hidangan sudah tersusun rapi oleh asisten rumah tangganya.
"Oia Sayang, Daddy mau kencan nanti malam, boleh tidak?" ucap Pak Marco tanpa basa-basi lagi.
"Hah! Serius, Dad? Bertahun-tahun Daddy menduda, kenapa baru sekarang kencan lagi? Kenapa gak dari dulu aja, sebelum aku beranjak dewasa," ucap Qiran yang masih tidak percaya, jika ayahnya sudah mau mendekati perempuan lagi.
"Dulu kan kamu tau sendiri, wanita-wanita pilihan Daddy tidak ada yang benar semua, mereka hanya cinta harta Daddy aja, untung sebelum dinikahin udah ketauan, coba kalau nggak? Bisa-bisa kita hidup menderita," ujar Pak Marco dengan tatapan yang begitu serius.
"Nah, terus sekarang? Apa Daddy yakin perempuan itu orang yang baik-baik? Lagian, memangnya masih ada gitu yang mau sama Daddy, disaat usia yang udah setengah abad lebih ini?" tanya Qiran balik.
"Hey, apa maksudnya? Kamu meragukan kejantanan Daddy gitu? Nih, asal kamu tahu ya, dari sekian wanita-wanita yang Daddy kenal, hanya dia yang sangat berbeda dari yang lainnya. Daddy tahu betul, karena dia adik kelas daddy sewaktu masih sekolah SMA," ujar Pak Marco menyunggingkan bibirnya.
Sementara, Qiran masih dengan santainya menuangkan selai kedalam roti dan lalu berkata, "Ya, secara zaman sekarang, mana ada yang mau diajak kencan sama orang tua macam Daddy. Kalau pun ada, pasti karena duitnya, gak beda jauhlah macam yang dulu-dulu. Yang dulu aja waktu Daddy masih agak muda sedikit, maunya harta, bukan cinta. Apalagi sekarang!"
Mendengar ocehan Qiran yang ceplas-ceplos, hati Pak Marco mulai memanas. Ia ingin membuktikan, jika dalam usianya yang sudah hampir setengah abad itu, masih ada yang menyukai dirinya. Meski ia tahu, suka karena hartanya, tapi ia bangga selalu didekati wanita-wanita yang cantik.
"Kayaknya, gak mungkin deh dia begitu, Daddy tahu betul orangnya seperti apa. Lagi pula, dia juga orang kaya, dan punya nama di kota ini. Pokoknya, tugas kamu nanti adalah menyiapkan baju kencan untuk Daddy. Yang bagus, yang keren dan pastinya harus wow. Karena Daddy sangat yakin sekali, jika pilihan Daddy yang sekarang adalah wanita yang baik-baik," ucap Pak Marco dengan semangatnya.
"Ngomong-ngomong, kenapa aku yang kebagian tugasnya Dad? Bukannya Daddy yang mau kencan? Kenapa jadi aku yang repot?" ucap Qiran sambil mengkerutkan alisnya.
"Pilih mana? Menyiapkan baju atau menyediakan hidangan makanan?" tanya Pak Marco sembari tertawa kecil.
"Ishh, Daddy menyebalkan!" ketus Qiran kesal.
Pak Marco hanya tertawa kecil melihat tingkah laku anaknya yang sedang cemberut, ditambah dimulutnya sedang mengunyah sepotong roti, Pak Marco semakin geli dibuatnya. Setelah selesai sarapan, seperti biasa, mereka langsung berangkat bersama-sama.
*****
SUASANA DI KAMPUS UniKL..
"Duarrrr," teriak Caca dan Amel yang mengagetkan Qiran.
Namun, Qiran sama sekali tidak merasa terkagetkan. Ekspresinya biasa saja, karena pikirannya sedang fokus pada Aron. Ia masih memikirkan Aron sedari kemarin yang tak kunjung datang.
"Dih, pagi-pagi udah melamun! Gak baik tau," celoteh Caca sambil ikutan duduk dikursi yang panjang.
"Ih, kalian tidak merasakan apa yang aku rasakan, Aron dari kemarin tidak menghubungiku, aku jadi khawatir, apa aku mesti ke rumahnya gitu ya?" ucap Qran cemas.
"Ngapain ke rumahnya? Malu-maluin aja. Lagian kamu tuh jangan terlalu memikirkan si Aron. Dia itu penggemarnya banyak. Siapa tau kamu bukan orang nomor satu dihatinya. Mending kita happy-happy aja, shoping sambil jalan-jalan kemana gitu, udah lama kita gak jalan-jalan kan?" ujar Amel dengan suaranya yang nyaring dan cerewet.
"Nah, bener tuh kata Amel, hayolah lupakan kegalauanmu, kalau memang si Aron sayang kamu, dia pasti ngabarin kamu kok," ucap Caca dengan serius.
Sementara, Alby berjalan menuju kelasnya dan melewati mereka bertiga, dengan santai dan acuh. Qiran dan teman-temannya pun terpana dengan penampilan Alby yang begitu modis. Laki-laki keturunan Tionghoa itu selalu berpenampilan keren, dan membuat hati para wanita selalu meleleh ketika melihat dirinya.
"Hemm, iya juga yah," tukas Qiran sambil memperhatikan Alby masuk kelas.
"Eh, kalian ngapain menatap dia seperti itu? Tidak baik untuk kesehatan mata kalian tahu! Hayolah kita masuk kelas," tambah Qiran sambil menarik tangan Caca dan Amel yang sedari tadi memperhatikan Alby terus.
Caca dan Amel hanya bisa tersenyum melihat tingkah laku Qiran. Mereka bertiga langsung masuk kelas mengikuti Alby dari belakang.
*****
DI PUSAT PERBELANJAAN...
Setelah pulang dari kampus, mereka bertiga langsung bergegas menuju Mall Suria KLCC. Salah satu pusat perbelanjaan milik Ayahnya Qiran. Karena, Caca yang mengajaknya, jadi dia membawa mobil sendiri. Sementara, mereka berdua hanya ikut duduk dibelakang saja.
Rencananya, mereka akan membeli pakaian dan lain-lain. Begitu juga Qiran, ia akan membeli sebuah pakaian untuk Ayahnya kencan. Padahal, ia bisa saja pesan dari butik langganannya, namun hari ini ia ingin memilihnya dengan tangannya sendiri.
Setelah mencari di beberapa tempat, akhirnya ia menemukan pakaian di sebuah butik yang menurut mereka cocok dihati. Mereka tidak tahu jika, butik itu milik Ibunya Alby.
Setelah selesai bertransaksi, mereka langsung mencari sebuah cafe yang sering mereka kunjungi. Namun, ketika mereka sedang menaiki eskalator, tiba-tiba Amel melihat Aron. Namun, tidak hanya Aron saja yang dilihat oleh Amel, tetapi ia juga melihat disamping Aron ada seorang perempuan yang cantik dan terlihat begitu mesra.
"Aron...!" ucap Amel dengan lantang.
Sontak saja mereka berdua kaget keheranan.
"Mana Aron?" tanya Qiran penasaran.
*
*
*
BERSAMBUNG...