๐๐๐
Ayushita baru saja keluar pintu kamar mandi ketika ponselnya berdering cukup nyaring. Siapa lagi yang akan meneleponnya saat ini jika bukan sahabat mungilnya.
"Assalamu'alaikum."
"Wa'alaikumussalam. Sitaaa ...," pekik Firda hampir memecahkan selaput gendang telinga Ayushita.
"Ya Allah, Fir. Tidak usah teriak gitu deh," gerutu Ayushita.
"Gimana acara lamarannya? Sukses kan?" tanya Firda dengan nada bersemangat di seberang sana.
"Full of drama. Entah ide dari mana keluargaku dan keluarga Arjuna menjebak kami dengan acara lamaran konyol itu. Ini semua karena kak Ayub yang menyebalkan itu," kesal Ayushita yang ditanggapi dengan tawa keras Firda.
"Kak Ayub sudah cerita kok. Arjuna sampai berlutut dan memohon di depan om dan tante. Tapi biarin aja. Siapa suruh lelet banget jadi cowok. Dirimu hampir saja gagal jadi nyonya Prawira," ledek Firda.
"Ya, jadi nyonya Prawira yang playboy itu." Firda kian terbahak mendengar celutukan Ayushita.
"Pokoknya selamat deh. Omong-omong, kapan hari ijab qabulnya?" tanya Firda.
"Dua minggu lagi," jawab Ayushita sembari menyisir rambutnya yang masih setengah kering.
"Hah?? Cepat amat. Bagaimana dengan persiapannya?" pekik Firda tertahan.
"You know mama mertuaku sudah mempersiapkan segalanya. Kalau tempat resepsi sih bakal dibuat di salah satu Santika Hotel katanya. Aku dan Arjuna cukup fitting baju pengantin saja, yang lainnya akan diurus sama mereka katanya," jawab Ayushita malas.
"Wah, mama Arjuna lumayan serius ya. Jadi benaran tuh pak Salam itu sebenarnya papanya Arjuna?" Firda mulai kepo.
"Ayah tiri katanya. Papanya Elvira adik bungsunya," kilah Ayushita.
"Wah, berarti nanti Arjuna bakal mewarisi salah satu hotelnya," celutuk Firda terkagum-kagum.
"Tidak penting dia mau mewarisi apapun. Lagian katanya semua aset pak Salam itu milik Elvira hanya adiknya saja lebih memilih ikut suaminya yang PNS di pedalaman Kalimantan dan meninggalkan harta warisannya untuk dikelola sang ayah dan kakaknya. Heran juga jalan pikiran orang kaya," cetus Ayushita.
"Lha, apa bedanya dengan kamu sama kak Ayub?" Ayushita terkekeh malu mendengar balasan sahabatnya.
"Nah, kapan kamu datang? Awas ya kalau kamu tidak datang di acara nikahanku," ancam Ayushita yang khawatir Firda tidak akan bisa datang nantinya.
"Tenang. Bapak dan ibu plus sahabatmu yang paling cantik ini bakal datang ke nikahan sang wonder woman. Katanya kak Ayub bakal jemput kami," balas Firda.
"Syukurlah. Hm ... gimana dengan proyek usaha kita? Apakah berjalan lancar?" Ayushita teringat dengan proyek rumah peternakan yang harus ditinggalkannya pasca insiden Joe. Gadis itu langsung sedih saat mengingat peristiwa itu.
"Tenang saja. Tedy masih bisa diandalkan. Uang bantuan dari pak Salam juga cukup untuk menyelesaikan semuanya. Sekarang kita sedang tahap akhir. Kamu tidak perlu memikirkan pekerjaan di sini. Fokuslah pada pernikahanmu. Sudah waktunya kamu berbahagia," hibur Firda yang tahu kesedihan Ayushita. Sekilas Ayushita menyusut bening kristal yang mulai mengembun di sudut matanya. Rasanya segala kegetiran yang dihadapinya beberapa waktu terakhir membuat hatinya trenyuh. Rasa bersalah pada Joe masih menghantuinya. Namun begitulah ketetapan Sang Ilahi. Akan tiba saatnya bagi mereka untuk meninggalkan atau ditinggalkan. Akan ada luka dan kesedihan yang tersisa.
"Salam sama nenek Joe-- sampaikan permohonan maafku padanya. Bukan aku hendak lari dari persoalan ini. Rasanya begitu sakit kehilangan Joe. Suatu saat aku akan kembali ke sana untuk meminta maaf dengan benar," isak Ayushita tak mampu menahan sebak di dadanya.
"Iya nanti aku sampaikan. Istirahatlah. Calon pengantin harus segar bugar di hari pernikahannya. Aku tidak ingin kena omel pak dokter karena sudah membuat calon istrinya bersedih," ledek Firda dengan tawa menggoda. Ayushita hanya bisa memberenggut hingga Firda menutup percakapan mereka.
Sebuah pesan chat masuk dari sang Arjuna. Senyum manis langsung menghiasi wajah bersemu Ayushita. Astaga, dia seperti remaja yang sedang jatuh cinta.
๐ฅ
From : Dokter Arjuna
Sudah tidur?
๐ค
To : Dokter Arjuna
Belum. Kamu?
Hanya sepersekian detik saja balasan langsung tiba. Perasaan Ayushita kian berbunga.
๐ฅ
From : Dokter Arjuna
Sulit untuk tidur
Sangat merindukanmu โค
Sebuah panggilan video mengejutkan Ayushita. Prianya tidak akan puas sebelum menatap langsung wajahnya. Ayushita buru-buru memakai kerudung kecil yang tergeletak di atas ranjang sebelum menjawab panggilan tersebut.
"Lama amat sih jawabnya, Sayang. Lagi ngapain?" rajuk Arjuna dengan raut cemberut di depan layar.
"Dari kamar mandi," elak Ayushita cepat.
"Tadi aku telepon tapi nomormu sibuk. Ngobrol sama siapa sih." Bibir pria itu masih terlipat cemberut.
"Oh? Em ... Firda tadi nelpon cuma mau kabari keadaan di kampung. Katanya dia akan datang bersama pak Junaid dan ibu ke acara kita," jawab Ayushita sambil mengamati wajah tampan calon suaminya.
Duh, Gusti. Kok ada pria setampan ini, bisik hati Ayushita membuat kedua belah pipinya memerah.
"Yang, kamu habis keramas ya?" tanya Arjuna memperhatikan kerudung Ayushita yang menampakkan titik air yang merembes.
"Iya. Kenapa?" Ayushita refleks mengusap permukaan kerudungnya.
"Buka dong kerudungnya, Honey. Pengen lihat rambut kamu yang panjang, hitam dan wangi," pinta Arjuna kemudian.
"Dari mana kamu tahu kalau rambutku panjang dan hitam?" Ayushita membelalakkan matanya.
"Ekh ... waktu kamu demam di kampung sehabis menolong anak yang kecebur sungai, aku menggendongmu ke dalam mobil. Kamu sangat cantik tidak pakai kerudung. Aku pengen lihat lagi," tukas Arjuna dengan wajah sama memerah.
"Ish, tidak boleh. Kalau waktu itu kan dalam keadaan darurat," elak Ayushita.
"Kok tidak boleh," keluh Arjuna kecewa.
"Belum halal," jawab Ayushita tegas.
"Kalau gitu nikahan kita percepat besok ya. Biar aku bisa lihat rambut kamu, cium kamu, peluk kamu dan tidur bareng kamu segera," rayu Arjuna.
"Gila ya. Mamamu bakal ngamuk dengar ide kamu. Sabar dikit dong," sentak Ayushita sembari melotot jengah ke arah Arjuna yang masih memasang wajah memelas.
"Tapi aku sudah tidak tahan, Honey. Pengen mesra-mesraan sama kamu, pengen ...."
"Stop! Stop!" potong Ayushita. Jika dibiarkan pria itu akan semakin menggila.
"Waktunya tidur. Besok kita harus membantu mamamu mengurus banyak hal. Ingat kita harus ke kantor KUA mengurus banyak hal. Sekarang tidur. Assalamu'alaikum." Ayushita langsung mematikan sambungan video tanpa memberi kesempatan bicara pada Arjuna. Wajahnya semakin membara setelah mendengar rayuan maut calon suaminya yang mulai genit. Dasar pria, selalu cari kesempatan.
Ayushita melepas kerudungnya kemudian merebahkan tubuhnya yang lumayan lelah. Bunyi notifikasi kembali berbunyi dari ponselnya.
๐ฅ
From : Dokter Arjuna
Yang, aku kedinginan. Butuh kehangatan kamu.
Astagfirullah. Serigala satu ini tak mengenal pantang menyerah.
๐ค
To : Dokter Arjuna
Tidur atau aku SS chat kamu dan kirim ke kak Ayub atau mamamu.
๐ฅ
From : Dokter Arjuna
Oke, maaf sayang ๐ aku cuma becanda. Tidur yuk. I miss U so bad. See U tomorrow my Honey โค๐
๐ค
To : Dokter Arjuna
Miss U too calon suamiku paling tampan ๐
Ayushita langsung menon-aktifkan ponselnya sebelum prianya menggila lagi. Tubuhnya sudah tak mampu berkompromi lagi, butuh kehangatan dan kelembutan kasurnya. Sejenak dia memutar kembali memori kejadian hari ini. Lamaran jebakan untuk Arjuna, sikap romantis Arjuna saat memintanya serta kehangatan keluarga Arjuna yang begitu menerimanya.
Jika dia menelusuri kisah hidupnya setahun belakangan, rasanya dia tak menyangka akan berdiri dengan senyum bahagia di depan kedua orang tuanya. Dia tidak pernah mengira bahwa senyum bahagia yang terbang pergi saat kegagalan pertunangan dengan Danuar, kini kembali lagi.
Tuhan Yang Maha Penyayang membelokkan takdir jodohnya saat dia memutuskan untuk pergi membawa luka yang sementara berdarah jauh ke suatu tempat di antah berantah. Siapa sangka jika jodohnya juga anak dari sahabat mamanya yang lain. Sesempit ini dunia mereka.
Ada begitu banyak luka yang tak perlu disesali lagi. Ada banyak kebahagiaan yang perlu disyukuri. Cara Danuar memutuskan pertunangan mereka sepihak ternyata mengantarkannya pada jodoh yang sesungguhnya. Danuar pun sudah menemukan istri yang dicintainya.
Ah, entah bagaimana kabar Danuar dan Elena sekarang? Apakah mereka sudah berbaikan? Bagaimana dengan sakit Elena? Sebagai sesama wanita dia tetap merasa iba dengan nasib wanita itu.
Ayushita menghela napas panjang berusaha memejamkan mata. Menenggelamkan semua pikirannya ke bawah alam sadarnya yang kian penuh dengan warna-warni mimpi indah.
***
Elena mengerang menahan sakit sembari memegangi perutnya yang terus menggigit perih. Bulir-bulir keringat sebesar biji jagung terus mengalir di pelipisnya yang berdenyut tegang. Dengan tangan gemetar Elena berusaha menjangkau salah satu laci meja rias tempat dia menaruh obat pereda nyeri. Air mata kesakitan membasahi kedua sisi wajahnya.
Setelah menemukan pil-pil kecil yang menjadi harapan terakhir untuk menepis rasa sakitnya, Elena segera menelannya tanpa menggunakan air lagi. Napasnya terengah ketika dia merebahkan tubuhnya yang kian kurus di atas lantai di samping tenpat tidur.
Dia tidak peduli lagi dengan dingin lantai yang menusuk kulit pucatnya. Dia hanya ingin memejamkan mata dan berharap rasa sakit itu segera pergi.
Isakan kecil mulai terdengar dalam ruang kamar temaram. Elena terus menumpahkan air mata, menyesali semua yang terjadi padanya. Menyesali tindakan bodohnya di masa lalu. Kini dia telah menuai hasil kebodohan itu. Meskipun takkan ada gunanya lagi untuk menyesal. Semua sudah terjadi. Kini dia telah sakit parah dan takkan pernah bisa mengandung lagi.
Suara ketukan terdengar samar di pintu kamar. "Nyonya? Apakah nyonya tidur?" Suara mbok Yum terdengar samar di balik pintu. Elena hanya mengerang tanpa bisa menggerakkan tubuhnya. Matanya pun begitu berat untuk terbuka. Suara ketukan kembali terdengar disusul oleh derit pintu terbuka. Seberkas cahaya masuk melalui celah pintu.
"Nyonya?" panggil mbok Yum lagi sambil meraba dinding mencari saklar lampu. Suasana dalam kamar begitu gelap gulita. Ketika cahaya lampu mulai benderang, mata renta mbok Yum langsung menangkap bayangan tubuh Elena yang terkapar di lantai.
"Nyonya baik-baik saja? Bangun, Nya. Nyonya kenapa?" panik si mbok menghampiri majikannya. Dia mendapati Elena yang mengerang lirih sembari memegang perutnya. Dengan sigap wanita tua itu berlari keluar kamar dan melaporkan apa yang baru saja dilihatnya kepada majikan senior.
Pak Yuda dan nyonya Rosita yang baru saja duduk di depan meja makan sangat terkejut mendengar laporan tersebut. Mereka berlarian naik ke lantai dua, ke kamar Elena. Di sana mereka mendapati mantu perempuan mereka masih terbaring tak sadarkan diri di posisi sebelumnya.
"Elena? Bangun, El!" pekik pak Yuda mencoba membangukan perempuan itu.
"Ma, telepon ambulance!" perintah pak Yuda. Nyonya Rosita yang terpaku segera tersadar dan mencari ponselnya.
Dalam waktu setengah jam, Elena sudah terbaring dalam mobil ambulance yang membawanya ke rumah sakit. Hanya kedua mertuanya yang menemani sebab sang suami tak pernah pulang ke rumah.
Seperti apapun nasibnya nanti Elena sudah pasrah. Mungkin sakit ini akan menjadi alasan Danuar menggugat cerai nantinya. Jika saat itu tiba, mungkin dia lebih memilih mati saja bersama dengan sakitnya. Agar tak ada lagi beban bagi keluarganya maupun untuk kedua mertuanya.
Bersambung ....
๐๐๐
Nb: I am back pemirsah. Maafkan alpa yang begitu panjang ini. Author dibelit urusan pekerjaan, workshop dan beberapa kali jatuh sakit karena kelelahan.
Semoga kalian masih mengingat kisah pasangan Arjuna - Ayushita yang sebentar lagi menikah. Doakan semoga author bisa selalu sehat.
Terima kasih kepada yang masih menunggu. I โค U all.