Chereads / Bukan Wonder Woman / Chapter 24 - BWW #24

Chapter 24 - BWW #24

💝💝💝

"Ekhm ... Papa dan Mama sudah berdiskusi masalah ini. Mengingat kesehatan Mama yang kurang baik akhir-akhir ini, kami memutuskan untuk mengizinkan kalian berdua tinggal di rumah ini," ucap Pak Yuda.

"Benar, Pa?" tanya Danuar meyakinkan. Pak Yuda mengangguk.

Danuar tersenyum senang. Dia memandang wajah Elena yang juga tersenyum bahagia kepadanya.

"Tetapi ... Ada tetapinya," sambung Pak Yuda.

"Apa, Pak?" tanya Danuar tidak sabar.

"Masalah saham tidak ada perubahan. Saham kamu masih 20% dan Papa masih memegang kendali perusahaan. Kamu bisa memegang perusahaan jika kamu sudah punya penerus keluarga Wijaya, maka Papa akan menyerahkan seluruh akumulasi saham yang mana dalam kepemilikanmu ada nama cucuku kelak. Emm ... dan masalah saham Ayushita juga tidak ada perubahan. Dia akan tetap duduk dalam jajaran pemilik Meubel Sejati. Semua ini sudah Papa cantumkan dalam surat wasiat Papa," pungkas Pak Yuda.

"Mengapa sepertinya Papa tidak percaya pada Danu?" cecar Danuar tidak terima dengan keputusan ayahnya.

"Papa bukan tidak percaya padamu. Tapi Papa hanya mengantisipasi hal yang mungkin bisa terjadi di masa depan. Papa juga menyediakan opsi lain. Tetapi kamu akan mengetahuinya saat Papa sudah tidak ada," jawab Pak Yuda.

"Aku kan anak satu-satunya Papa dan Mama. Dan aku yakin Elena akan memberikan penerus yang Papa harapkan itu," sanggah Danuar.

"Segala sesuatunya bisa berubah dan kita manusia tak pernah bisa menduga apa yang akan terjadi nanti. Sudah cukup sekali Papa memberimu kepercayaan tapi kamu mengkhianatinya. Jadi apa lagi yang Papa harapkan. Papa dan Mama tidak akan menolak Elena karena seperti katamu dia adalah menantu kami. So welcome! Kami menerimanya dan lakukan yang terbaik untuk mememuhi apa yang sudah Papa katakan sebelumnya. Itu tugas kamu Danu. Yaitu mengembalikan kepercayaan Papa dan Mama kepadamu. Tunjukkan bahwa kamu tidak salah mengambil keputusan," tekan Pak Yuda.

Danuar hanya terdiam. Dia sadar dengan tabiat ayahnya yang susah digoyahkan. Sekali mengambil keputusan maka pantang untuk dipatahkan. Mungkin sifat keras kepalanya sendiri menurun dari ayahnya.

"Baiklah. Terima kasih karena Papa dan Mama sudah memberi restu pada Elena. Kami akan melakukan yang terbaik untuk menyenangkan hati Papa dan Mama." Danuar mengalah. Dia hanya perlu menjalani semuanya.

Elena yang juga hanya diam mendengarkan percakapan ayah mertua dan suaminya tak luput dari berbagai pikiran yang bergelayut di benaknya.

"Intinya aku hanya perlu hamil anak Danuar saja dan masalah saham itu akan beres. Bahkan kalau perlu Danu harus bisa mengambil alih saham mantan tunangannya agar suamiku bisa 100% memiliki perusahaan Papa,' pikir Elena.

"Besok kalian pindah ke rumah ini. Nanti bibik akan membersihkan kamar kalian di atas," pinta Nyonya Rosita.

"Iya, Ma. Mulai sekarang kami yang akan merawat Mama," sahut Elena. Nyonya Rosita hanya mengangguk.

Danuar tersenyum pada istrinya. Setidaknya Elena sudah mendapat restu dari Mamanya. Itu yang terpenting saat ini.

"Mari kita makan malam dahulu sebelum kalian pulang," pinta Pak Yuda.

Mereka semua berdiri menuju ke ruang makan. Danuar menuntun ibunya dengan sayang. Bagaimana pun kerasnya sikap sang ibu dia tidak pernah bisa marah atau kecewa pada wanita itu. Dia tetap anak ibunya yang manja.

***

Dalam perjalanan pulang ke apartemennya, Danuar dan Elena sama-sama enggan berbicara. Danuar hanya fokus menyetir dan memandang lurus ke jalan raya di depannya sementara Elena asyik memandangi kerlap-kerlip lampu dari setiap gedung yang mereka lewati.

Ingatan Elena kembali pada pertemuannya dengan Handi sore tadi. Sejujurnya dia berharap tidak akan pernah bertemu mantan kekasihnya itu lagi setelah berpisah. Sudah lama pria itu terhapus dari ingatannya.

Dia sempat menilik penampilan Handi saat mereka bertemu. Sepertinya pria itu sudah berubah dari segi penampilan. Dia tampak lebih bersih terawat tidak seperti setahun lalu, pakaiannya pun lebih rapi dan tampak mahal. Apakah dia sudah mendapatkan pekerjaan yang lebih baik? Seorang menejer kah?

Elena menggelengkan kepala membuang ingatannya tentang Handi. Bagaimana pun kondisi Handi saat ini, itu tidak akan membuatnya kembali pada pria tersebut. Dia tidak akan melepaskan kesempatan baik yang diberikan oleh Danuar. Dia akan berusaha secepatnya bisa hamil anak Danuar demi keuntungan Danuar dan juga dirinya sendiri.

"Ada apa?" tanya Danuar saat mendapati istrinya melamun.

"Elena! Elena?" panggil Danuar lagi saat istrinya tidak menanggapi pertanyaannya.

"Hah??" Elena terkejut mendapati suaminya menatapnya intens.

"Apa yang kamu pikirkan?" tanya Danuar lagi.

"Hmm ... tidak ada?" jawab Elena.

"Kalau begitu ayo turun! Kita sudah sampai sedari tadi," ujar Danuar.

"Oh. Sudah sampai ya?" Elena membuka pintu mobil dan segera menghampiri suaminya yang masih menunggunya.

"Sebenarnya apa yang kamu pikirkan sejak tadi hanya diam?" Danuar masih penasaran.

"Aku hanya senang akhirnya kita bisa tinggal sama-sama dengan Mama dan Papa. Aku khawatir dengan kesehatan Mama. Aku ingin membuktikan pada Mama dan Papa kalau aku juga berguna dan bisa membantumu," jawab Elena dengan raut serius.

"Terima kasih sayangku atas pengertianmu. Dan sekarang kita ada tugas besar," sahut Danuar.

"Apa?"

"Memberikan Papa dan Mama cucu yang lucu. Jadi mulai malam ini kita harus bekerja keras, okay?" cetus Danuar dengan tatapan menggoda pada istrinya.

"Ish ... genit ah!" rajuk Elena manja. Danuar terkekeh senang melihat sifat manja istrinya. Itulah yang membuat dia jatuh cinta pada Elena.

Mereka masuk ke bilik apartemen mewah mereka yang besok akan mereka tinggalkan. Hari baru bagi Danuar dan Elena akan dimulai.

***

Beberapa hari berlalu, Arjuna dinyatakan sembuh dan kembali ke kampung Petak Hijau. Ayushita sudah lebih dahulu pulang bersama Firda. Keduanya merahasiakan kondisi sakit mereka dari orang tua masing-masing karena tidak ingin membuat orang tua mereka cemas.

Arjuna kembali ke rutinitas harian sebagai petugas medis di puskesmas kampung Petak Hijau. Pasien tetap banyak seperti biasa. Di tengah wabah yang membuat seluruh dunia ketakutan, ada saja berbagai macam penyakit yang menyerang warga. Warga silih berganti datang memeriksakan diri. Untungnya hanya flu batuk biasa dan juga gejala dehidrasi ringan.

Hubungan Ayushita dan Arjuna pun sudah lebih meningkat dari sebelumnya. Ayushita sudah tidak cuek seperti sebelumnya. Gadis itu sudah rajin membalas chat atau menjawab telepon Arjuna. Meskipun belum ada pernyataan cinta yang eksplisit dari Arjuna tetapi Ayushita berusaha meyakinkan dirinya bahwa sang dokter serius dengan ucapannya saat di rumah sakit. Yup, Ayushita harus memberikan kesempatan pada Arjuna dan dirinya sendiri untuk mengembangkan perasaan mereka.

Arjuna senang dengan perubahan hubungan mereka berdua. Sebisa mungkin dia memberikan perhatian-perhatian kecil pada Ayushita sesuai saran dari dokter cintanya, Firda.

Arjuna rutin mengirim pesan cinta berisi perhatian pada Ayushita. Walaupun isinya hanya sekedar menanyakan kabar, mengingatkan untuk makan atau shalat, ucapan selamat tidur dan sebagainya. Mulai pagi, siang dan malam. Seperti jadwal minum obat saja. Tiga kali sehari.

Tentu saja Ayushita membalasnya dengan senyum terkembang di bibirnya. Wajahnya merona setiap hari. Mereka benar-benar sudah seperti remaja yang baru jadian. Hal ini tak luput dari ledekan Firda yang menjadi mak comblang mereka. Firda pun menikmati keuntungan tersendiri karena Arjuna akan sukarela membelikan martabak telor atau kue sus kesukaan Firda.

"Aku tidak minta lho Pak Dokter," kata Firda suatu ketika Arjuna datang dengan dua paket kue makaron. Tak dapat dipungkiri matanya tetap berbinar-binar menatap kue lezat nan menggiurkan dalam kotak.

"Biasa saja kali Fir. Tumben kamu sungkan gitu," sindir Arjuna.

"Hehehe ... tahu aja Pak Dokter. Tapi terima kasih banget ya," Kalau sudah begini Firda hanya bisa cengengesan tidak jelas. Siapa yang bisa menolak makanan enak?

Di suatu siang yang terik saat hujan tak kunjung menyapa bumi Petak Hijau selama beberapa hari.

Ayushita menyiapkan dua kotak brownish kukus buatannya sendiri. Kue-kue itu dihiasi dengan toping lelehan cokelat rasa jeruk dan keju parut. Siang ini dia berencana berkunjung ke rumah Firda sekalian mengintip kesibukan Arjuna di tempat kerjanya.

Awalnya Ayushita ragu karena takut bila nanti Arjuna menganggapnya memata-matai, tetapi dia mencoba menyiapkan alasan lain, misalnya dia kebetulan lewat di sana.

Ayushita kelabakan sendiri dan mulai ragu seandainya Arjuna tidak mempercayai alasannya. Di tengah pergulatan pikirannya, sebuah pesan masuk di ponselnya.

Ayushita membaca pesan dengan seksam

📥

From : Dokter Arjuna

Lagi ngapain?

Ayushita langsung mengetik balasannya.

📤

To : Dokter Arjuna

Lagi istrahat siang

Tak sampai semenit sebuah pesan masuk lagi.

📥

From : Dokter Arjuna

Selamat istrahat. Aku merindukanmu ❤

Ayushita tidak dapat menahan senyumnya. Akhirnya dia memutuskan akan memberi kejutan pada Arjuna dengan muncul tiba-tiba di puskesmas.

Ayushita berangkat ke rumah Firda dengan motor matic merahnya yang dikirimkan oleh Ayub segera dia tiba di kota P.

Jalanan masih sepi meskipun pemerintah desa telah mencabut larangan keluar rumah. Warga boleh keluar asalkan masih dalam kampung dengan memakai masker dan menganjurkan untuk tetap tidak keluar kampung dulu bila tak ada urusan penting. Mungkin warga memilih tetap di rumah di saat cuaca terik di siang hari begini.

Ayushita memarkir motor di halaman rumah Firda. Disempatkannya mencuci tangan sebelum masuk ke dalam rumah. Seperti biasa Ibu Junaid langsung menyambut gadis itu dengan senang hati. Ayushita memberikan sekotak kue yang dibawanya.

"Halo Neng Sita, apa kabar? Tumben muncul di siang bolong gini," sapa Firda masih dengan daster rumahannya. Gaya ala Firda.

"Biasa aja kali. Tuh aku bawa kue brownish kesukaanmu," sahut Ayushita.

"Aduh terima kasih pakai banget ya. Kue buatanmu benar-benar mamamia lezato," imbuh Firda dengan gaya centil. Ayushita hanya menyeringai geli.

"By the way, untuk yayang Arjuna ada juga?" tanya Firda menggoda.

"Ada tuh. Kebetulan ada lebih satu kotak," jawab Ayushita.

"Eleh ... eleh ... eleeehh ... bilang saja niatnya buat untuk yayang Arjuna sedangkan aku hanya dikasi sisa saja." Firda terkikik melihat wajah merona sahabatnya itu. Maka habislah lengan Firda jadi sasaran cubitan Ayushita. Firda hanya bisa mengaduh tanpa berhenti tertawa karena puas meledek Ayushita.

Karena tidak tahan terus-terusan digoda oleh Firda akhirnya Ayushita melarikan diri ke tempat kerja Arjuna. Dia sengaja meninggalkan motornya di halaman rumah Firda dan memutuskan berjalan kaki saja.

Dengan sekotak brownish manis serta senyum yang tak pernah terhapus dari bibir manisnya, Ayushita masuk ke dalam puskesmas. Di pintu depan dia bertemu dengan perawat yang dulu merawatnya. Namanya Bu Narti. Usianya sekitar empat puluh tahun. Bu Narti menyapa Ayushita dengan sopan.

"Ada yang bisa dibantu Bu Guru?" tanya Bu Narti.

"Mau ketemu Dokter Arjuna. Apakah dia ada?" tanya balik.

"Oh, ada. Tadi memeriksa pasien di bangsal belakang," jawab Bu Narti.

"Masih lama?"

"Tidak tahu, Bu," jawab Bu Narti.

"Aku tunggu di sini saja." Ayushita mengucapkan terima kasih dan memilih menunggu di sebuah bangku panjang di dekat pintu masuk bangsal. Bangku itu terhalang sebuah bunga dalam pot yang agak tinggi.

Ayushita larut dalam keasyikannya membaca sebuah novel online. Tak lama Arjuna keluar dari pintu bangsal. Ayushita mengangkat wajahnya dari layar ponsel.

Baru saja dia hendak memanggil nama Arjuna ketika muncul Dian di belakang sang dokter. Arjuna tidak menyadari kehadiran Ayushita tapi Dian melihatnya.

Terbersit sebuah ide di benak Dian. Buru-buru Dian menyamakan langkahnya dengan Arjuna yang sedang menginstruksikan beberapa hal padanya. Tiba-tiba Dian tersandung di depan Arjuna dan refleks Arjuna menangkap lengannya.

"Apakah kamu baik-baik saja?" tanya Arjuna masih memegang kedua lengan Dian. Dian meringis kesakitan.

"Ayo saya periksa dulu." Arjuna memapah Dian masuk ke dalam ruangannya. Dian sempat melirik Ayushita dan menyeringai penuh kemenangan. Ayushita yang menyaksikan adegan bak dalam salah satu scene drama Korea itu hanya berdiri mematung.

Ketika Arjuna dan Dian menghilang di balik pintu ruang kerja Arjuna yang dibiarkan terbuka, Ayushita baru tersadar.

Ada rasa kecewa menggores hatinya. Namun dia tidak bisa melakukan apa-apa. Dengan menyembunyikan rasa kecewanya, Ayushita menghampiri Bu Narti.

"Sepertinya Dokter Arjuna sibuk. Ini ada kue untuk Bu Narti. Ambil aja, Bu. Saya pamit dulu. Assalamu'alaikum." Ayushita langsung melangkah keluar tergesa-gesa. Setitik bening kristal menyeruak keluar di sudut matanya. Segera dihapus. Kemudian melangkah ke halaman rumah Firda untuk mengambil sepeda motornya.

Sebisa mungkin dia berpikir positif tentang Arjuna tapi entah mengapa dia tetap merasa sedih.

Bersambung ...

💝💝💝

Jangan lupa power stone ya! 😘

Mohon maaf jika slow update. Author masih sibuk dengan proses input data nilai siswa yang kemarin tidak jadi UNBK. Sebisa mungkin author mengetik beberapa kata setiap ada kesempatan. Semoga tidak mengecewakan teman-teman semua.

Jangan lupa kunjungi juga Sekretarisku Pengawalku bagi yang belum baca.

Big thanks bagi yang sudah mampir baca. Dan big ❤ untuk yang komen positif dan kasi power stone. Tanpa kalian apalah artinya author yang hanya butiran debu ini.

Jongmal Gomapsumnida

Xie xie ni

Domo arigatou gozaimasu

Thanks very imut 😉

Matur Nuwun

Terima Kasih

See you next chapter!🤗