Chereads / Bukan Wonder Woman / Chapter 28 - BWW #28

Chapter 28 - BWW #28

💝💝💝

Arjuna terpaku menemukan pria dengan seragam dinas lengkap berwarna cokelat berdiri tegap di hadapannya.

"Kak Ayub?" seru Arjuna kaget.

"Dokter Arjuna kan?" Ayub melirik sejenak name tag di jas sneli Arjuna.

"Oh maaf. Iya. Pak Ayub," sapa Arjuna grogi. Pasalnya tadi dia menyebut pria itu secara informal padahal saat ini sedang di tempat umum dan dalam acara resmi.

Mereka bersalaman dalam suasana canggung. Lebih tepatnya Arjuna yang merasa canggung. Kakak dari pujaan hatinya itu begitu berwibawa dan tentu saja tampan dengan seragam lengkap seperti itu. Tadi dia berada di barisan tepat di belakang Pak Kapolda maka bisa diduga bahwa Ayub Ramadhan termasuk salah satu orang dekat Kapolda. Arjuna melirik tanda pangkat di pundaknya, berpangkat Aipda atau Ajun Inspektur Polisi Dua.

Staff protokoler rumah sakit lalu mengarahkan semua tamu ke sebuah aula yang sudah dipersiapkan. Karena ini hanya acara silaturahmi maka durasi acara tidak panjang lebar dan berbelit belit. Setelah sambutan dari direktur rumah sakit dan Bapak Kapolda mereka lalu mengikuti acara bincang-bincang. Kesempatan ini digunakan Ayub untuk berbicara dengan Arjuna. Dia menghampiri sang dokter.

"Bisa kita bicara sebentar?" tanya Ayub yang diiyakan oleh Arjuna. Mereka lalu menuju ke kantin rumah sakit untuk pembicaraan pribadi.

"Bagaimana kabar Anda, Dok?" tanya Ayub basa basi setelah mereka memesan masing-masing segelas kopi.

"Alhamdulillah baik," jawab Arjuna dengan intonasi yang dibuat setenang mungkin. Padahal jantungnya tak urung berdebar cepat.

"Bagaimana dengan Anda?"

Karena Ayub berbicara bahasa formal maka Arjuna pun melakukan hal yang sama. Pria di depannya bukan orang sembarangan dan juga dia harus memperlihatkan etika profesional yang baik di depan calon kakak ipar. Memangnya Arjuna sudah akan melamar Ayushita? Entahlah.

"Seperti yang Anda lihat saat ini," jawab Ayub kemudian meneguk kopinya perlahan. Gerakan dan tatapannya terasa mengintimidasi. Arjuna merasa sedikit ciut.

"Bagaimana Ayushita?" tanya Ayub menatap lekat Arjuna.

Fixed. Ini adalah sesi interogasi yang dilakukan seorang polisi pada seorang pencuri hati adiknya.

"Hahh?" Arjuna tergeragap salah tingkah. Dia bingung dengan pertanyaan Ayub. Bagaimana Ayushita? Apakah dia menanyakan kabar adiknya atau ingin tahu pendapatnya tentang adiknya. Kalau dia menanyakan kabar seharusnya kan dia bisa langsung telepon. Tapi kalau menanyakan pendapatnya tentang Ayushita maka dia harus jawab apa? Salah jawab bisa berakhir dengan tendangan Mae Geri di tubuhnya.

"Maksud Anda?" Arjuna berusaha agar tidak terintimidasi dengan pertanyaan sang perwira polisi di depannya. Dia harus menunjukkan bahwa dia tidak gentar untuk mendapatkan cinta pujaan hatinya.

"Saya tahu kalau Dokter Arjuna menaruh hati pada adik tersayang saya," ujar Ayub. Dia sengaja menekankan kata 'tersayang' saat mengatakannya. Tentu saja Arjuna paham.

Ayub mengirimkan pesan tersirat bahwa jangan coba-coba menyakiti adikku.

"Benar. Saya mencintai Ayushita adik Anda. Dan saya serius dengan perasaan saya padanya." Arjuna berusaha menjawab dengan tenang dan tegar. Oh Gusti! Menghadapi orang ini ibarat menghadapi seekor anjing herder yang sedang menjaga harta karun pemilik rumah.

"Apakah Anda yakin benar-benar mencintainya dan tidak akan melukainya lagi? Ayushita pernah bertunangan dan tepat dihari pertunangannya sang pria melarikan diri dengan wanita lain. Beruntung dia masih hidup dan tidak berakhir mati di tanganku. Semua hanya karena permintaan Ayushita yang memohon pada saya. Dua minggu lagi pria itu akan melangsungkan resepsi pernikahannya. Bayangkan saja bagaimana perasaannya jika mendengar kabar ini. Itulah mengapa saya melindunginya karena jika ada yang menyakitinya maka saya tidak akan membiarkan orang yang menyakitinya hidup tenang," ucap Ayub dengan tekanan yang kuat di setiap nada suaranya. Arjuna menelan salivanya mendengar pernyataan sekaligus ancaman tersirat tersebut.

"Saya berjanji akan mencintai Ayu dengan sepenuh hati dan memperlakukannya dengan baik," ucap Arjuna mantap.

"Jangan berjanji jika Anda tidak bisa memberikan jaminan apa pun terhadap janji Anda. Kita tidak pernah bisa menebak apa yang akan terjadi di masa depan. Karena hati manusia itu rentan dan mudah beralih. Jika Allah berkehendak maka Dia akan dengan mudah membolak-balikkan hati manusia. Apalagi perasaan cinta yang masih seumur jagung," sindir Ayub. Aura gelap sangat terasa menguar dari tubuhnya. Aura protektif seorang kakak yang sangat melindungi adiknya.

"Apakah Anda pernah jatuh cinta?" tanya Arjuna tiba-tiba. Ayub tertegun dengan pertanyaan sang dokter. Seketika wajahnya menjadi muram.

"Jika Anda pernah jatuh cinta maka Anda pasti tahu seperti apa perasaan saya pada Ayushita. Saya sadar saya tidak bisa memberikan jaminan bahwa Ayu tidak akan pernah kecewa saat bersama saya, tetapi saya berusaha tulus dan akan memperlakukannya dengan baik. Jika Anda tidak pernah jatuh cinta maka Anda tidak berhak menghakimi perasaan saya," tukas Arjuna. Suasana tegang langsung menyelimuti kedua pria yang saling mempertahankan arogansi masing-masing. Arjuna sadar kini dia telah membangunkan macan tidur yang siap menerkamnya jika suatu saat dia melakukan kesalahan yang sama seperti pria bodoh yang meninggalkan Ayushita. Namun dia tidak ingin pria itu memandang remeh dirinya seolah-olah dia sama dengan pria pengecut bernama Danuar itu. Dia berbeda. Dan dia tidak akan menjadi pria bodoh dan pengecut.

Tiba-tiba terdengar langkah kaki mendekat dan berhenti di samping Ayub.

"Izin lapor Pak. Bapak sudah ditunggu di depan," seru anggota polisi yang menghampiri mereka dengan sikap hormat.

Ayub langsung berdiri dan berbalik meninggalkan Arjuna. Namun baru dua langkah dia berhenti dan menoleh pada Arjuna yang juga sudah berdiri dari posisi duduknya.

"Saya akan mengingat janjimu dan jangan lupa dengan ucapan saya. Saya mengatakan semua itu bukan sebagai seorang perwira polisi tetapi sebagai seorang kakak. Assalamu'alaikum!" ucap Ayub lalu kembali berbalik pergi diikuti oleh anggota polisi yang melapor tadi.

Arjuna menatap kepergian Ayub dengan perasaan tak menentu. Perjalanan panjang untuk memenangkan cinta dan hati Ayushita terlihat sangat panjang di depan. Akan ada banyak kendala yang dihadapi.

***

Sesuai dengan rencana mereka sebelumnya, Danuar dan Elena akan melaksanakan resepsi pernikahan jika mereka telah diberi restu dan pindah ke rumah utama keluarga Raharja.

Sekarang impian itu terwujud. Hanya dalam waktu dua minggu mereka akan menyelenggarakan pesta pernikahan yang tertunda.

Mereka memilih hotel Santika sebagai tempat penyelenggaraan resepsi tersebut. Pemilik hotel tersebut adalah salah satu klien dari CV. Meubel Sejati milik Pak Yuda Raharja ayah Danuar. Mereka dengan senang hati mengizinkan penggunaan ballroom hotel mereka untuk acara tersebut.

Danuar dan Elena sibuk mencari gaun pengantin yang cocok. Untuk dekorasi, undangan dan hal-hal lainnya Danuar percayakan pada wedding organizer terbaik karena dia tidak ingin Elena kelelahan mengurusi acara mereka. Danuar ingin istrinya banyak istirahat untuk program kehamilan akan mereka jalankan.

Elena begitu bahagia dan ceria. Wajahnya selalu menyunggingkan senyum semringah saat bertemu dengan siapa pun. Apalagi saat mereka berada di butik untuk memesan gaun yang akan dia gunakan.

"Sayang, bagaimana yang ini?" tanya Elena memamerkan gaun yang baru saja dicobanya pada Danuar yang sedang duduk di sebuah sofa.

"Terlalu sederhana, Yang. Apakah ada gaun yang berkelas?" tanya Danuar pada pramuniaga yang melayani mereka.

"Mari saya tunjukkan, Nyonya!" sahut sang pramuniaga mempersilahkan Elena ke bilik ruangan yang menjadi ruang ganti VIP.

Tak lama Elena kembali keluar dengan gaun off white yang sedikit memamerkan bahunya yang mulus. Lengannya transparan hingga pergelangan tangan namun tampak berkelas. Gaun tersebut panjang menjuntai dengan bordiran cantik di sekitar perut dan pinggang ke bawah. Tak lupa sematan mutiara mempercantik tampilan gaun.

"Kamu cantik sayang. Sudah itu saja bagus. Aku suka," puji Danuar denngan mata berbinar bahagia menatap istrinya. Elena tersipu.

"Tapi harganya mahal sekali sayang," kata Elena sambil menunjukkan price tag yang bertuliskan hampir sembilan deretan angka.

"Semua ini untuk kamu sayang jadi tutup mata saja. Jangan lihat nominalnya. Aku ingin kamu bahagia dan cantik di hari bahagia kita," sahut Danuar kemudian berdiri dan memeluk pinggang ramping istrinya.

"Terima kasih," lirih Elena langsung mendaratkan sebuah kecupan di pipi suaminya.

Elena kembali mengganti pakaiannya dan menunggu Danuar mencoba setelan tuxedo untuknya.

Setelah kegiatan memilih gaun dan setelan tuxedo selesai mereka menuju ke kantor WO yang menangani acara resepsi mereka. Elena ingin melihat cetakan undangan acara.

"Cantik ya sayang," celutuk Elena memperlihatkan model undangan mereka. Danuar membiarkan Elena menangani yang berhubungan dengan WO asalkan tidak sampai kelelahan.

Danuar mengangguk setuju. Elena kemudian kembali berdiskusi dengan pemilik WO mengenai hal-hal detil dalam acara termasuk desain kue pengantin yang diinginkan Elena.

Dua jam kemudian mereka telah berada di sebuah restoran untuk makan siang. Seperti biasa Elena bergelayut manja di lengan suaminya sambil menunggu pesanan mereka datang.

"Yang, kamu tidak undang mantan tunanganmu?" tanya Elena tiba-tiba. Danuar mengangkat wajahnya dari layar ponsel di tangannya.

"Kenapa? Kamu mau mengundangnya?" tanya balik Danuar.

"Boleh ya? Bagaimana pun dia teman masa kecilmu dan keluarga kalian dekat kan?" cetus Elena dengan wajah memohon.

Sebenarnya Danuar tidak merasa nyaman untuk mengundang Ayushita. Dia masih merasa bersalah pada gadis itu. Tapi apa yang dikatakan Elena benar. Sampai kapan mereka saling menghindari. Dia harus bertemu Ayushita dan meminta maaf dengan benar. Dan momen resepsi pernikahannya adalah saat yang tepat.

"Nanti aku kirimkan salinan undangan untuknya," ujar Danuar dengan suara pelan.

Elena tersenyum. Dia hanya ingin menunjukkan pada mantan tunangan suaminya bahwa Danuar hanya bahagia bersama dengannya.

Mereka makan siang dalam atmosfer penuh kemesraan. Hari-hari yang mereka jalani penuh dengan tawa bahagia. Mereka telah mendapat restu orang tua Danuar dan sebentar lagi mereka akan mengumumkan pada dunia bahwa mereka adalah pasangan suami istri.

***

Waktu bergulir cepat, roda waktu berputar dan berkejaran menyusuri pola hidup yang telah diatur oleh Sang Pencipta. Tak ada yang bisa memprediksi apa yang akan terjadi di masa akan datang. Manusia hanya menjalaninya.

Ada yang namanya ketetapanTuhan. Namun kebaikan hati akan mampu membelokkan takdir manusia dari keburukan begitu pula sebaliknya.

Ayushita sedang sibuk bersama Firda, Joe dan kawan-kawan kelompok usaha untuk membahas rencana pembuatan peternakan ayam petelur. Proposal usaha yang mereka ajukan sebelumnya telah diterima dan dana bantuan sudah bisa digunakan. Mereka sangat bahagia dengan pencapaian yang mereka peroleh.

Pak Junaid selaku kepala Desa Kampung Petak Hijau sangat menyambut antusias inisiasi yang dilaksanakan kelompok anak muda tersebut. Tak pelak Ayushita mendapat pujian karena mampu memfasilitasi pemuda-pemuda yang awalnya adalah preman kampung menjadi pemuda-pemuda yang punya semangat positif untuk berwiraswasta.

Bahkan Pak Junaid menawarkan bantuan berupa lokasi usaha dan tenaga tukang yang akan membangun rumah peternakan. Pemuda-pemuda tersebut semakin bersemangat dalam usaha mereka. Pak Junaid juga meminta bantuan Pak Jaja yang mempunyai pengalaman di bidang usaha peternakan untuk membimbing dan membantu para pemuda yang masih minim pengalaman tersebut.

Sudah hampir seminggu proses pembangunan rumah peternakan berjalan. Tinggal sentuhan akhir berupa sistim sanitasi dan pembuatan tempat pakan bagi ayam ternak. Semuanya bersemangat membatu apalagi Joe yang dipercayakan sebagai mandor pengawas kemajuan proyek tersebut. Setiap hari dia dan teman-temannya terjun langsung di lapangan membantu banyak hal.

Pak Junaid bersyukur karena anak-anak itu telah banyak berubah.

Ayushita hanya sekali-kali saja berkunjung. Dia dan Firda lebih banyak berurusan pada masalah pengelolaan keuangan dan mencari tambahan dana. Mereka harus memutar otak bagaimana mencari tambahan untuk menambal kekurangan dana yang kian menipis.

Suatu sore Ayushita sedang berdiri mengawasi pekerja yang membuat sanitasi pada lokasi rumah peternakan. Mobil sedan mewah Arjuna mendekat dan berhenti tak jauh dari tempat Ayushita berdiri. Ayushita menoleh hanya demi melihat sang Arjuna turun dengan gaya tampan dari mobilnya dengan dua tangan dimasukkan ke saku celananya.

"Hai sayang," bisik Arjuna mendekati Ayushita. Gadis itu hanya melotot pada si pria. Arjuna terkekeh melihat reaksi gadisnya. Hingga kini Ayushita belum merasa nyaman dipanggil dengan sebutan mesra apalagi di tempat umum.

"Kenapa ke sini?" tanya Ayushita.

"Kangen," jawab Arjuna frontal. Ayushita mendengus. Kembali Arjuna tersenyum.

"Kamu cantik kalau cemberut. Apalagi kalau tersenyum. Jadi cantik plus manis. Abang jadi diabetes deh," goda Arjuna sembari mendorong pelan Ayushita dengan bahunya. Ayushita mendelik kesal tapi wajahnya juga merona. Arjuna benar-benar senang menggoda gadisnya.

Tiba-tiba ponsel Ayushita berdering tanda sebuah pesan masuk. Sebuah pesan lampiran dari Danuar. Awalnya Ayushita tak ingin membuka. Tapi rasa penasaran melingkupi hatinya.

Dengan sekali tekan pesan terbuka membuat Ayushita terkejut dan langsung muram. Arjuna menangkap perubahan air muka Ayushita menjadi sedih.

"Ada apa?" tanya Arjuna cemas.

"Antarkan aku pulang," ucap Ayushita memandang sendu Arjuna. Tangannya menggenggam ponsel dengan erat dan matanya berkaca-kaca. Hingga setetes bening yang sudah menganak sungai di pelupuk matanya jatuh ke pipi mulusnya.

Arjuna merasakan sebuah sembilu tak kasatmata menghujam di jantungnya.

Gadis lemahku menangis.

Bersambung ...

💝💝💝

Dengan segala kerendahan hati, author mengucapkan :

"Taqabbalallahu minna waminkum, shiyamana washiyamukum. Minal A'idzina wal Faidzin."

Maaf atas segala silap kata, kalimat, segala narasi yang menyinggung perasaan teman-teman sekalian baik sengaja atau tidak sengaja.

Kita tak pernah bersua di dunia nyata namun author berharap kita bisa tetap bersilaturahmi dengan baik di dunia online.

"Selamat Idul Fitri - 1 Syawal 1441 H"

*AeRi_purplish*