Sebenarnya di chapter ini ada part Ayushita memposting gambar dirinya sedang menyiram bunga di akun sosmednya. Entah mengapa sangat sulit menampilkan gambar di app ini. Untuk melihat gambar ilustrasinya dan juga gambar pemeran Ayushita dan Dokter Arjuna, silahkan mampir di Ig saya @anienggi_ridwan
***
Selama bumi masih berotasi, waktu berlalu cepat, siang dan malam silih berganti, kehidupan berjalan di atas pijak kaki tiap-tiap makhluk Allah, namun tak ada yang bisa menebak seperti apa perjalanan hidup masing-masing.
Begitu pula dengan kesulitan, penyakit, atau bencana yang menghampiri kehidupan bumi. Ada Sang Kuasa yang mengaturnya. Semua diturunkan oleh-Nya sebagai alarm pengingat bagi kita makhluk yang hanya menumpang hidup di bumi-Nya agar sadar dan introspeksi diri atas segala kerusakan yang telah kita lakukan di atas bumi-Nya.
Segala bentuk musibah dan bencana adalah ujian dan teguran, tetapi akan selalu ada hikmah pembelajaran di baliknya saat kita merenungi dengan penuh keimanan. Bencana ini datangnya dari Allah, Sang Penguasa Hidup melalui perantara makhluk-Nya yang sangat sangat kecil, maka hanya pada-Nyalah kita harus meminta perlindungan dan pertolongan. Semoga segala bencana ini segera berlalu dan keadaan bisa pulih kembali. #prayforHealingCorona
***
Suasana kampung Petak Hijau tampak lengang bahkan pada siang hari sekali pun. Warga begitu patuh dengan imbauan dari pemerintah desa untuk tetap berada di rumah demi memutus mata rantai penyebaran wabah virus yang sedang booming akhir-akhir ini. Siswa-siswa semua sekolah pun tak ada yang berkeliaran. Pak Babinsa beserta Pak Kades dan pejabat BPD kampung terus memantau perkembangan situasi.
Arjuna pun tak luput dari kesibukan menangani beberapa pasien-pasiennya yang masih membutuhkan perawatan. Pasien bocah tenggelam yang diselamatkan Ayushita sudah sehat dan telah dipulangkan.
Beberapa kali Arjuna harus ke rumah sakit ibukota kabupaten untuk membantu di sana. Sebagai salah satu dokter ahli di sebuah rumah sakit besar di kota P, Arjuna diberikan otoritas untuk membantu di rumah sakit terdekat dengan lokasi tugasnya saat dibutuhkan. Hal ini karena pasien anak mulai meningkat di rumah sakit itu. Meskipun harus bolak-balik ibukota kabupaten, Arjuna tidak melupakan tempat tugas utamanya.
Dan selama masa sibuk itu Arjuna pun jarang bertemu Ayushita. Itu karena sang ibu guru terus berdiam di rumah tinggalnya. Hanya sekali-kali saja Arjuna mengirim pesan untuk menanyakan kabarnya.
Lalu, bagaimana dengan pendekatan Arjuna ke Ayushita? Ini yang benar-benar sulit dijabarkan. Jika Firda bertanya pada sang dokter tentang kemajuan proses pendekatannnya, Arjuna hanya bisa menghela napas lesu.
"Aku bingung Fir dengan teman kamu itu. Susah banget deketin dia," keluh Arjuna suatu saat mereka berbincang di teras rumah Firda. Hari itu Arjuna bertemu Pak Junaid untuk membahas perkembangan kasus virus.
"Susah gimana?" timpal Firda sambil sibuk mengunyah martabak manis pemberian Arjuna. Mungkin itu sebagai bayaran untuk sesi curhat sang dokter.
"Aku chat tanya kabar tapi jawabannya singkat-singkat saja," Arjuna melanjutkan keluhannya.
"Sita memang gitu. Orangnya kurang romantis tapi dia tipe setia banget. Buktinya sampai sekarang dia masih susah move on dari cinta masa kecilnya yang sudah mengkhianatinya," cerocos Firda.
Haduuhh, teman curhat satu ini benar-benar tidak menjaga perasaan kliennya. Buktinya seketika wajah Arjuna langsung kecut karena Firda mengungkit mantan tunangan Ayushita.
'Meski dia sudah mantan tunangan ternyata masih jadi rival juga. Sulit betul perjuangan ini.'
Hal tersulit lainnya adalah Arjuna belum mampu memilah perasaannya dengan benar. Masih ada pergumulan dalam pikirannya tentang perasaannya pada Ayushita. Masih banyak pertanyaan-pertanyaan yang bergelayut dalam benaknya tentang jenis perasaan apa yang dipunyainya untuk gadis cantik itu. Apakah benar-benar rasa suka atau hanya sekedar rasa kagum atau mungkin hanya simpati saja. Seperti Ayushita, sang dokter belum sepenuhnya yakin dengn namanya cinta.
Jadi, tujuan pedekate sama Ayushita apa dong?
"Lalu, apa langkah Dokter selanjutnya?" tanya Firda.
"Lha, kalau aku tahu tindakan apa yang akan aku lakukan, mana mungkin aku datang bertanya sama kamu," ucap Arjuna kesal.
Firda terkekeh. "Pernah pacaran sebelumnya?"
Arjuna mengangguk. "Waktu SMA," jawabnya.
"Terus? Setelah itu?"
"Tidak pernah lagi. Pacarku minta putus hanya karena kedua orang tuaku bercerai saat itu. Sejak itu aku malas menjalin hubungan lagi," tutur Arjuna.
"Kirain mantannya banyak? Pria tampan kan biasanya kaya gitu," celutuk Firda dengan sindiran halus.
"Eh, tidak semua orang tampan playboy ya. Masih banyak juga yang jadi pria baik-baik kaya aku ini," sinis Arjuna tidak terima tuduhan partner in crime-nya itu.
Firda mencibir. Pantas tidak punya pengalaman dengan masalah wanita.
"Terus, apa solusinya?" tanya Arjuna tidak sabar. Teman curhat satu ini sama sekali belum memberikan solusi jitu.
Firda tampak berpikir sejenak. Tangan kanannya menopang dagu dan jari telunjuknya menepuk-nepuk pipinya.
"Sita itu orangnya kurang peka. Kalau perhatian-perhatian yang receh-receh gitu dia kurang mempan." Arjuna serius mendengarkan ucapan Firda kali ini.
"Nah, bagaimana kalau Dokter tembak langsung aja?"
"Apa?" Arjuna syok. "Kalau dia menolak aku, gimana?"
"Yahh ... itu kan resiko dari sebuah usaha. Ingat man jadda wajada, siapa yang bersungguh-sungguh pasti akan berhasil," jawab Firda santai. Bahu Arjuna langsung lemas di sandaran kursi.
Firda hanya menyeringai lucu tanpa rasa bersalah. Sudah habis modal untuk membiayai sesi curhat tapi solusi yang dia berikan membuat otak Arjuna seakan makin susah bekerja.
***
Sementara itu, Ayushita yang menjadi topik pembahasan sedang menikmati masa libur di rumah tinggalnya. Sebenarnya ini bukan seperti hari-hari libur lainnya yang mana bisa menikmati waktu santai dengan piknik atau aktifitas luar rumah bersama keluarga atau teman. Selama masa libur ini Ayushita memanfaatkan waktu untuk melengkapi perangkat pembelajaran, membuat beberapa media penunjang dan memeriksa tugas-tugas siswa.
Di sore hari dia akan menyempatkan waktu membersihkan rumah dan merawat bunga-bunga di teras rumahnya.
Dengan telaten Ayushita memberi pupuk dan menyiram deretan kembang warna-warni di dalam pot. Beberapa bunga mawar mini menampakkan kuncup yang sebentar lagi mekar. Ayushita tersenyum senang di sela-sela aktifitasnya.
Sejenak dia berhenti dari aktifitasnya, meraih ponsel dalam sakunya lalu mengambil beberapa foto dirinya yang sedang merawat tanaman.
Sudah beberapa bulan Ayushita tidak memperbaharui berita di akun media sosialnya. Sejak dia menginjakkan kaki di kampung ini beberapa bulan lalu. Dia sengaja menghilang dan tidak aktif di sosial medianya hanya demi menenangkan perasaan galaunya.
Mungkin sudah saatnya dia berdamai dengan luka hatinya. Meskipun sembuh tapi luka itu akan tetap meninggalkan bekas seumur hidup. Dia hanya perlu menerima kenyataan bahwa Danuar bukan jodohnya lalu melanjutkan hidup.
'Oke, posting beberapa foto tidak apa-apa kan?'
Ayushita hanya ingin teman-temannya tahu bahwa dia baik-baik saja.
Setelah mengetik beberapa baris kalimat, Ayushita meletakkan kembali ponsel dalam sakunya kemudian melanjutkan aktifitasnya.
Sepersekian menit kemudian, ponselnya bergetar tanda pemberitahuan masuk. Bukan hanya sekali, bahkan berkali-kali.
Ayushita menyisihkan peralatan berkebun yang digunakannya, mencuci bersih tangannya lalu duduk di kursi santai. Dirogohnya saku roknya untuk mengambil benda pipih yang terus bergetar sejak tadi.
Begitu banyak komentar yang diberikan pada foto yang baru saja diunggahnya.
๏ฟผ
ayushita.r_dhani new place new life
(ini bunyi caption postingan gambar Ayushita)
๐ญ dira_imut: Sitaaaa where R U beb. miss you ๐๐๐
๐ญ dodytmuiz: Beb, U makin cuanntik aja ๐
๐ญ fio21: Beb, i'm so sad to hear about your engagement ๐ ๐ญ keep strong ๐ช
๐ญ๐ญ๐ญ๐ญ๐ญ
Ayushita tersenyum membaca deretan komentar berisi semangat dan motivasi dari keluarga dan teman-temannya.
Kakaknya ikut menulis komentar untuk menyemangatinya.
๐ญ ayubramadhan: miss U dear. jaga kesehatanmu. saat kamu ingin pulang kasi tahu kakak. i'll pick U up soon โค
Senyum Ayushita kian lebar membaca kalimat cinta dari kakaknya yang begitu menyayanginya.
Hingga tiba di sebuah komentar terakhir yang hampir merobohkan pertahanan Ayushita.
๐ญ danu_Danuar: sorry...
Satu kata yang berhasil meloloskan dua tetes bening dari kedua mata indahnya, yang kemudian jatuh meluncur bebas di kedua pipi Ayushita. Sebilah sembilu tak kasat mata terasa kembali mengiris sisi lukanya yang perlahan sembuh.
Ayushita menutup ponselnya dan memasukkan ke dalam sakunya. Dipejamkan matanya erat, menghirup aroma bunga yang samar-samar menyapa rongga penciumannya.
Dengan susah payah diraihnya kesadaran untuk menenangkan batinnya yang bergemuruh. Sakit. Masih sakit di sana. Disentuhnya permukaan dadanya yang kembali berdenyut.
'Ya Allah, kuatkan aku!'
***
Malam harinya.
Jari-jari Ayushita sedang fokus menekan tuts-tuts kibor leptop ketika ponselnya yang tergeletak di atas meja berdering. Sejenak dia berhenti lalu menoleh ke layar benda pipih itu. Senyum mengembang di bibirnya.
"Halo, Assalamu'alaikum, Kak!" sapa Ayushita setelah telepon tersambung.
"Wa'alaikumussalam. Gimana kabarmu, Dek?" Suara Kak Ayub terdengar begitu menenangkan.
"Baik. Kalau kabar Kakak, Papa sama Mama?"
"Kami semua sehat. Kamu jaga kesehatan di situ. Atur pola makan dan jangan begadang," Sesi kultum dari Kak Ayub dimulai.
"Hmm ..." Ayushita hanya menggumam. Dia kembali melanjutkan mengetik dengan satu tangan.
"Kapan kamu pulang ke rumah?" tanya Ayub.
"Belum bisa kemana-mana nih Kak. Lagian libur ini aktifitas sekolah tetap jalan. Banyak kerjaan harus diselesaikan," jawab Ayushita.
"Mama kangen banget katanya. Kemarin dia ngotot mau jenguk kamu karena khawatir kamu kenapa-napa di situ," timpal Kak Ayub.
"Di sini aman kak. Belum ada ODP atau pun PDP. Situasi masih terkendali," ujar Ayushita.
"Syukurlah." Terdengar tarikan napas lega di seberang sana. "Dek, kamu baik-baik saja, kan?"
Ayushita menghentikan aktifitas jemarinya. Dia paham apa maksud kakaknya. Pasti Kak Ayub membaca komentar Danuar di postingan akun media sosialnya tadi siang.
"Yes, I am fine. Don't worry about that again," lirih Ayushita seraya menyunggingkan seulas senyum. Seolah kakaknya dapat melihat senyum itu.
"Well, baik-baik di sana. Kakak selalu merindukanmu. Bye. Assalamu'alaikum!"
Setelah menjawab salam, Ayushita terpaku memandang layar ponsel yang mulai redup.
'Kesedihan dan kebahagiaan ibarat dua sisi mata uang yang berlawanan tapi tak dapat dipisahkan. Jika sekarang aku sedih maka Insyaallah akan dikirimkan kebahagiaan setelahnya,' bisik Ayushita menyemangati dirinya.
Saat hendak beranjak merapikan leptop dan semua peralatan tulis menulisnya, sebuah pesan masuk dalam ruang chat pribadinya.
Dari Dokter Arjuna? Dia mengirim gambar? Apa ya?
Dengan rasa penasaran menggebu, Ayushita membuka pesan tersebut.
Sebuah screenshoot gambar yang dia post tadi siang. Di bawah gambar tersebut Arjuna menuliskan beberapa rangkaian kata.
"Hanya orang bodoh yang mau melepaskan seorang gadis berhati bidadari. Dan orang yang sangat beruntung yang kelak mendapatkannya. And hope I'm that lucky man."
Ayushita langsung menutup wajahnya dengan sebelah tangan akan tetapi tidak dapat menyembunyikan senyum malu di wajahnya yang merona merah jambu.
Dengan susah payah dia mengontrol detak jantungnya yang tak beraturan. Tanpa sadar dia meletakkan layar ponsel di bibirnya kemudian mengempaskan tubuhnya di atas ranjangnya.
Bolehkah dia kasmaran sejenak?
Bersambung ...
๐๐๐
Nb: Author nulis part ini sambil dengar lagu "Show me the meaning" punyanya Backstreet Boys yang populer tahun 90-an hehehe jadul banget ya ๐ pengen menghayati usaha Dokter Arjuna pedekate sama Ayushita dan rasa kehilangan Ayushita terhadap Danuar.
Segala kekurangan dalam tulisan mohon dimaafkan.
Penilaian dan batu kuasanya ya ๐ค