Jangan lupa batu kuasa dan komen yang membangun. Happy reading! ๐
***
Matahari bersinar dengan terik di luar sana membawa hawa yang cukup gerah ke dalam ruangan. Ayushita memutuskan keluar kamar rawat untuk mendinginkan rasa gerah karena tinggal dalam kamar yang pengap.
Saat berjalan di koridor, Ayushita melihat Dokter Hendry berjalan dengan beberapa perawat yang mendorong sebuah brankar.
"Dokter Hendry!" teriak Ayushita dengan suara tertahan. Koridor yang sepi memantulkan suara Ayushita. Dokter Hendry dan para perawat menoleh ke arah Ayushita yang berjalan tergesa-gesa ke arah mereka. Serempak mereka berhenti.
Ayushita mendekati kumpulan orang-orang berseragam putih itu. Matanya langsung membola saat memandang pasien di atas brankar. Dokter Arjuna?
Wajah Arjuna yang masih pucat pasi ikut menoleh dan juga sama terkejutnya mendapati Ayushita berdiri di depannya. Jantungnya seketika berdebar tak karuan.
Tatapan Ayushita tampak meminta penjelasan atas apa yang sedang dia lihat saat ini.
"Nanti saya jelaskan, ayo ikut!" Dokter Hendry memberi kode untuk kembali melanjutkan perjalanan. Perawat masuk ke ruang rawat mendorong brankar sedangkan Dokter Hendry berhenti di depan pintu kemudian menghadap pada Ayushita.
"Bagaimana kondisi Dokter Arjuna?" tanya Ayushita khawatir. Dokter Hendry tersenyum sejenak.
"Hasil test Swab menyatakan bahwa Dokter Arjuna negatif C19." Menjeda sejenak. "Hasil pemeriksaan kami hanya penyakiti typhus-nya saja yang kambuh ditambah terkena flu batuk. Sekarang dia sudah bisa menjalani perawatan biasa," ungkap Dokter Hendry.
Ayushita mengucap syukur dengan suara lirih. Matanya tak lepas melirik ke dalam ruang rawat Arjuna dimana perawat sibuk mengatur segala sesuatunya. Tak lama para perawat keluar dan pamit pada Dokter Hendry.
"Sudah kangen pada Dokter Arjuna, kan?" goda Dokter Hendry hingga membuat Ayushita merona. "Ayo masuk!"
Arjuna sedang berbaring di atas tempat tidur dengan posisi kepala ranjang dinaikkan. Rumah sakit ini tidak menyediakan ruang VIP hanya ruang rawat kategori kelas seperti yang ditempati oleh Arjuna dan Ayushita. Mereka tidak perlu berbaur dengan pasien lain dalam satu ruangan bangsal.
"Hai tampan. Lihat! Kekasihmu begitu mengkhawatirkanmu dan tidak sabar ingin melihatmu." Doktet Hendry menyeringai jahil pada Arjuna. Arjuna hanya bisa menahan geraman kesalnya.
"Keluar sana!" dengus Arjuna. Namun tak pelak wajahnya memerah karena malu.
"Ya ya ya. Saya paham kok. Kamu sudah tidak sabar ingin melepas rindu pada Nona cantikmu. Saban hari dia terus menanyakanmu lho Nona," celutuk Dokter Hendry dengan senyum lebarnya. Arjuna kian menatap tajam ke arah seniornya..
"Baiklah. Saya keluar. Nona Sita, silahkan merawat bayi besar yang tampan ini hehehe ..." Dokter Hendry segera melarikan diri.
Setelah dokter jahil itu keluar, suasana langsung berubah canggung di antara mereka berdua. Ayushita masih berdiri tak jauh dari tempat tidur Arjuna. Dia hanya sibuk meremas kedua tangannya sambil menunduk gugup. Sementara Arjuna sibuk membetulkan selimutnya yang sudah rapi dan sesekali memeriksa tabung infusnya yang tidak ada masalah sama sekali. Mereka berdua tampak seperti remaja yang baru pertama kali kasmaran. Canggung.
Arjuna menghela napas dalam lalu mengusap wajahnya jengah.
"Duduklah! Jangan hanya berdiri nanti kakimu sakit." Akhirnya Arjuna memecahkan suasana canggung itu. Ayushita mengangguk dan melangkah ke sebuah kursi di sudut ruangan.
"Tunggu! Bawa kursinya dan duduk di sini." Arjuna menunjuk tempat di depan meja dekat tempat tidurnya. Ayushita menurut.
"Bantu aku," titah Arjuna lagi saat Ayushita sudah duduk.
"Apa?" tanya gadis itu.
"Saya ingin makan apel itu," tunjuk Arjuna dengan dagunya ke arah keranjang buah di atas meja. Ayushita dengan sabar menuruti perintah sang 'bayi besar', mengupas beberapa buah segar.
Ayushita menyerahkan piring berisi buah apel yang telah dikupas dan dipotong. Tetapi Arjuna tidak bergeming untuk menerima piring tersebut.
"Apa lagi?" Ayushita mengernyitkan dahinya.
"Suapi!"
Ayushita menghela napas. Benar kata Dokter Hendry, Arjuna berubah menjadi bayi besar saat sakit. Arjuna hanya tersenyum senang saat Ayushita menyuapinya perlahan. Hatinya berubah menjadi taman penuh bunga yang sedang dibelai oleh angin musim semi.
***
Sebuah mobil To**ta Fortuner hitam tiba di pelataran parkir depan RSUD kota M. Bunyi ban yang berdecit menunjukkan bahwa pengemudinya sedang terburu-buru.
Tak lama seorang pria tinggi tegap menggunakan setelan formal dan kacamata hitam keluar dari pintu belakang kemudi. Postur tubuhnya yang proporsional seakan terbiasa melakukan latihan berat. Rambutnya yang hitam legam dipangkas pendek dan rapi. Wajahnya tampan dan bersih.
Dengan langkah lebar pria meninggalkan area parkir.
Dari arah berbeda, sebuah sepeda motor matic berwarna putih memasuki halaman parkir motor. Parkiran mobil dan motor terpisah. Setelah memarkirkan sepeda motornya, Firda masuk ke pintu utama rumah sakit sambil menenteng sebuah tas pakaian ukuran sedang.
Tiba-tiba dari arah samping seorang pria menyerempet tubuh Firda menyebabkan tas pakaian yang dipegangnya terjatuh di lantai.
"Maaf, maaf Mbak. Saya tidak sengaja," kata pria tinggi berkacamata hitam yang menabraknya.
"Jalan pakai mata dong, Om," sengit Firda kesal.
"Maaf! Saya lagi buru-buru," ujar pria itu seraya mengambil tas yang terjatuh di lantai dan membersihkannya.
"Cih, semua orang juga buru-buru. Makanya kacamata tuh jangan terlalu gelap jadinya tidak lihat jelas jalannya dan main serempet aja. Sudah lihat saya juga masuk pintu eh si Om main terobos juga," Firda mulai mengomel panjang lebar. Si pria hanya mencoba mendengarkan dengan sabar. Firda masih mau mengeluarkan kekesalannya saat pria itu langsung memotongnya.
"Apakah ada yang luka, Mbak. Kebetulan di rumah sakit. Sekalian diperiksa saja," tawar pria itu.
"Tidak perlu," ketus Firda. "Lagian ngapain panggil mbak-mbak. Emang saya mbak penjual jamu." Firda langsung pergi.
Pria itu hanya bisa mengembuskan napas berat mengelus dadanya.
'Sabar. Dimana-mana perempuan memang cerewet dan suka mengomel, kecuali Mama dan Ayu.'
Pria itu lalu menuju loket informasi dan berbincang sejenak dengan petugas loket. Kemudian dia menuju ke arah yang ditunjukkan oleh petugas loket tersebut.
Firda melangkah menyusuri koridor ruang rawat kelas. Dia membaca kembali pesan yang dikirim Ayushita semalam.
Nah, ketemu. Ruang kelas Mawar 3.
Firda mengetuk pintu ruang rawat.
"Assalamu'alaikum. Ayu!" Tak ada jawaban.
Firda mencoba memutar hendel pintu yang ternyata tidak terkunci. Tak ada siapa pun di sana. Tidak salah masuk kamar kan?
Firda mengedarkan pandangan sekeliling. Matanya tertuju pada ponsel yang berdering di atas meja. Itu ponsel Ayushita. Ponsel itu berdering dua kali lalu kembali diam.
'Kemana sih Ayushita? Mau hubungi juga ponselnya tidak dibawa. Mungkin di kamar mandi,' gumam Firda. Dia memeriksa kamar mandi. Nihil.
Tepat ketika dia berbalik setelah menutup pintu kamar mandi, seseorang mengetuk pintu dan membukanya.
Firda terkejut saat seorang pria masuk ke kamar itu.
"Lho? Om yang tadi ... ?" Firda melongo.
Pria itu pun sama terkejut. Matanya yang sudah tidak tertutup kacamata hitam menatap tajam Firda dengan tatapan menyelidik. Firda jadi jengah.
"Kemana penghuni kamar rawat ini?" tanya pria itu dengan suara dalam dan tegas.
Firda tergeragap dan bingung akan menjawab apa. Dia saja tidak tahu kemana Ayushita pergi.
"A- aku tidak tahu." Masih berdiri di depan pintu kamar mandi. "Sebenarnya Om mencari siapa?" Firda memberanikan diri bertanya.
"Adikku. Katanya dia diisolasi di rumah sakit ini," jawab pria itu dengan gusar. Dia mengusap kasar rambut pendeknya.
Seorang perawat lewat di depan ruangan itu. Si pria dengan sigap menahannya.
"Sus, kemana pasien kamar ini?" tanya sang pria.
"Oh, Nona Ayushita. Dia ada di kamar Dokter Arjuna," jawab sang perawat ramah.
"Dimana itu?" tanya Firda yang sudah berdiri di samping sang pria tinggi.
"Lurus aja ke sana lalu belok kiri. Kamar pertama Anggrek 1 itu kamar Dokter Arjuna," Perawat menjelaskan dengan gerakan tangannya.
"Mengapa Ayushita bisa di kamar itu? Bukankah dia sedang diisolasi?" tanya si pria tinggi dengan nada penasaran.
"Itu ... setahu saya Nona Ayushita baik-baik saja," jawab perawat dengan ragu-ragu.
"Terima kasih, Sus. Maaf sudah mengganggu kesibukan Anda," potong Firda. Perawat itu tersenyum dan berlalu.
Tanpa banyak bicara Firda langsung melesat ke kamar yang ditunjukkan oleh perawat tadi. Si pria jangkung mengikuti di belakangnya perlahan. Meskipun Firda berjalan cepat, tapi langkah kaki pendek Firda dapat diimbangi dengan mudah oleh kaki panjang si pria.
Tiba di depan ruang kamar Anggrek 1, Firda menemukan kamar dengan pintu setengah terbuka. Firda membuka lebar pintu tepat ketika si pria jangkung tiba di sampingnya.
Keduanya langsung terpaku melihat pemandangan di depan mereka. Sebuah pemandangan yang bisa disebut romantis. Di depan mereka Ayushita sedang duduk di kursi dekat ranjang. Gadis cantik itu sedang menyuap potongan buah pada pria yang sedang duduk di atas ranjang. Firda tahu siapa pria itu. Benar. Itu Dokter Arjuna. Saat ini Dokter Arjuna tak berhenti tersenyum menerima suapan dari Ayushita. Bahkan mulutnya sudah hampir robek hingga ke pipinya.
"Ekhm!" Firda mendehem. Kedua insan yang lagi kasmaran di depan mereka langsung menoleh. Ayushita tampak terkejut sementara Arjuna langsung memasang wajah datar.
"Firda? Kak Ayub? Sejak kapan kalian datang?" tanya Ayushita. Dia berdiri dan menghampiri dua orang yang masih berdiri di depan pintu. Ayushita menyalami dan mencium tangan pria di samping sahabatnya.
"Bagaimana keadaanmu Dek. Di telepon tadi pagi kamu bilang kamu masuk ruang isolas. Kakak langsung ke sini waktu teleponmu putus," tutur Ayub sembari memegang pundak adiknya cemas.
"Aku sudah sehat Kak sejak kemarin," jawab Ayushita heran dengan sikap cemas kakaknya.
"Ya Allah Dek! Aku sampai ngebut kemari. Untung aku belum kasi tahu Mama. Bisa khawatir setengah mati Mama dan Papa," ujar Ayub mengusap wajahnya lega.
"Maaf, sudah bikin Kakak cemas," kilah Ayushita dengan rasa bersalah.
"Kak ayo masuk," ajak Ayushita pada kakaknya. Dia menggamit lengan kakaknya dan Firda lalu menarik mereka masuk.
Dia menarik kursi yang dia gunakan sebelumnya untuk digunakan kakaknya. Gadis itu lalu bergelayut manja di lengan kakaknya sementara Firda berdiri di sisi ranjang.
"Kapan Kakak tiba?" tanya Ayushita.
"Dua puluh menit yang lalu. Kakak meneleponmu tapi tidak dijawab," ujar Ayub, pria jangkung itu. Ayushita menepuk dahinya.
"Ponselku aku tinggal di kamar Kak," tutur Ayushita manja.
"Saking asyiknya bermesraan sampai tidak sadar ada tamu di depan pintu," rutuk Firda dengan muka cemberut.
"Apaan sih Fir," dengus Ayushita cemberut. Firda hanya terkekeh lucu melihat sikap manja sahabatnya yang baru kali ini dilihatnya. Enaknya kalau punya kakak bisa bermanja-manja seperti Ayushita. Firda iri? Sedikit.
Arjuna menatap gelagat manja Ayushita dengan muka cemberut. Selama ini Ayushita selalu bersikap kaku dan cuek padanya. Tapi sekarang? Dia bertingkah seperti seorang putri yang manja. Arjuna terbatuk-batuk untuk mencuri perhatian Ayushita.
"Oh, sampai lupa. Kak, ini teman aku Firda dan itu Dokter Arjuna. Dan ini Kakak aku."
"Aku Ayub Ramadhan Kakaknya Ayushita. Panggil Ayub saja," Ayub berdiri dengan sikap tegap lalu menyalami Arjuna dan Firda. Kedua orang itu melongo melihat gerak gerik pria jangkung yang kaku.
"Polisi ya?" tanya Firda memastikan. Karena Ayushita pernah cerita kalau dia punya kakak bekerja di kesatuan kepolisian.
"Iya. Dan jangan panggil saya Om lagi," Memandang tajam Firda.
"Maaf Om eh maksud saya ... Mmm boleh saya panggil kakak juga?" Firda jadi ciut.
"Terserah!"
"Saya teman kerja Sita, Kak. Dan maaf dengan masalah di pintu depan tadi," imbuh Firda.
"Kalian sudah bertemu sebelumnya?" sambar Ayushita.
"Hanya insiden kecil, Sit hehehe," Firda tersenyum canggung. Ayub hanya diam tak menanggapi. Dia malah fokus memperhatikan Arjuna yang sedari tadi diam memandangi Ayushita.
'Mengapa pasien ini terus menerus menatap Ayu? Katanya dia dokter tapi kenapa malah berpakaian pasien?' pikir Ayub.
"Dokter Arjuna. Apa hubungan Anda dengan adik saya?" To the point, membuat Arjuna gelagapan dan langsung mengalihkan tatapannya ke wajah kakak sang idaman hati. Apakah hari ini dia akan menghadapi interogasi ala polisi? Dia akan menjawab apa nanti? Arjuna jadi gugup.
Bersambung ...
๐๐๐
See you next chapter