Chapter 4 - BERPISAH DENGANMU

"Ingat Hanin, kamu harus ingat bilang apa pada Ibu kamu nanti," ucap Hasta setelah berada di teras depan rumah Hanin.

"Ya Tuan, saya masih ingat ucapan anda," sahut Hanin dengan hati yang berdebar-debar tidak tahu bagaimana reaksi Ibunya.

"Bagus, kita masuk sekarang ya?" ucap Hasta dengan tenang kemudian membuka pintu dengan pelan dan sedikit terkejut saat melihat Dina yang masih duduk di tempatnya.

"Tidak lama kan Bu Dina?" ucap Hasta dengan sikap yang tenang.

Dina tersenyum dengan hati yang dongkol.

"Bagaimana hasilnya Tuan Hasta?" tanya Dina dengan rasa penasaran.

"Sangat bagus, Hanin mau menikah denganku, benar kan Hanin?" tanya Hasta dengan tatapannya yang teduh.

"Ya Bu, aku mau menikah dengan Tuan Hasta, tapi menunggu aku sampai kelulusanku tiba." jawab Hanin sedikit gugup karena kebohongannya.

"Benarkah Hanin? sungguh kamu mau menikah dengan Tuan Hasta?" tanya Dina lagi dengan perasaan tidak percaya.

Hanin menganggukkan kepalanya dengan pelan.

"Setelah Hanin lulus, aku akan menikahinya di kota. Selesai menikah kita akan kembali ke desa," ucap Hasta dengan sangat tenang.

"Aahh!! bagus kalau begitu. Aku akan ikut ke kota kan Tuan?" tanya Dina dengan tatapan penuh.

"Tidak Bu Dina, hanya kita berdua yang akan ke kota setelah itu kita kembali dan Hanin akan tinggal di rumahku," ucap Hasta panjang lebar menjelaskan keinginannya.

"Kenapa bisa begitu Tuan Hasta? memang kalian tidak menikah secara besar-besaran?" tanya Dina dengan tatapan tak mengerti.

"Kita menikah langsung di kantor KUA di kota Bu Dina, nanti akan aku tunjukkan surat nikah nya kita berdua, dan yang pasti nanti Hanin yang mendapat semua harta warisan jika aku meninggal," ucap Hasta dengan serius dan itu sangat mengejutkan Hanin. Karena Hanin tidak tahu kalau dia yang nantinya mendapatkan semua harta warisan jika Hasta meninggal.

"Ya sudah kalau seperti itu, yang penting hidup Hanin terjamin setelah menjadi istri anda Tuan Hasta," ucap Dina dengan hati lega karena harta warisan tetap bisa di milikinya nanti jika Hasta meninggal.

"Karena Hanin sudah setuju, sekarang aku minta izin pulang. Minggu depan aku ke sini untuk menikahi Hanin," ucap Hasta dengan tersenyum seraya memberikan sebuah amplop putih pada Dina.

"Terima kasih ya Tuan Hasta," ucap Dina dengan tersenyum puas.

Setelah Hasta meninggalkan rumah, Dina kembali menatap ke wajah Hanin.

"Hanin! cepat lanjutkan pekerjaanmu mencuci setelah itu lanjutkan menjual kue di kampung sebelah. Di sana ada pasar malam, siapa tahu kuemu habis terjual," ucap Dina tanpa ada senyuman.

"Ya Bu," jawab Hanin dengan singkat kemudian berjalan ke belakang untuk melanjutkan lagi mencuci pakaiannya yang masih banyak.

Dina tersenyum setelah Hanin menghilang di balik pintu. Dengan tangan gemetar Dina membuka amplop pemberian Hasta. Ada seikat uang lembaran seratus ribu rupiah di dalamnya dan itu sangat membuat hati Dina bahagia dan tertawa keras.

"Akhirnya aku mendapat uang sebanyak ini! belum lagi nanti kalau Hasta sudah meninggal karena sakitnya yang sudah tidak bisa di sembuhkan lagi, semua harta warisannya akan menjadi milikku. Aku akan menikahkan Hanin dengan Jonathan. Tunggu saja Dina sebentar lagi kamu akan menjadi orang yang kaya raya di desa ini," ucap Dina dengan tertawa penuh kebahagiaan dan kemenangan.

Di belakang rumah setelah Hanin selesai mencuci semua pakaian yang kotor, Hanin masuk ke dalam rumah untuk membersihkan badannya dan melanjutkan tugasnya yaitu menjual kue.

"Aku harus menjual cepat kue-kue ini biar bisa pulang cepat," gumam Hanin setelah siap di depan rumah dengan sebuah nampan jualan di tangannya.

Dengan sedikit tenaga yang tersisa Hanin berjalan ke cepat menuju ke kampung sebelah untuk menjual kuenya.

"Hanin!" panggil Rafka yang sedang mengayuh sepedanya menghampiri Hanin.

"Ayo naiklah aku antar, aku tahu kamu mau menjual kue-kue itu di kampung sebelah yang sekarang ada pasar malam," ucap Rafka dengan tatapan lembut.

"Tidak usah Raf, aku tidak ingin merepotkan kamu," ucap Hanin sambil menyelipkan anak rambutnya di sela telinganya.

"Sama sekali tidak, aku akan membeli semua kuemu itu dan kita bisa bersenang-senang di sana nanti," ucap Rafka dengan wajah serius.

Hanin menatap Rafka sejenak setelah itu tanpa ragu Hanin naik di atas boncengan sepeda Rafka.

Tiba di pasar malam di kampung sebelah Rafka mencari tempat parkir untuk sepedanya.

"Ayo kita mencari tempat duduk yang nyaman Han," ucap Rafka yang tiba-tiba menggandeng tangan Hanin dan mengajaknya mencari tempat yang cukup sepi untuk bisa bicara dengan tenang.

Hanin yang melihat perhatian Rafka tidak seperti biasanya menjadi sedikit heran dan sedikit penasaran.

"Kita duduk di sini saja ya Han," ucap Rafka seraya duduk di bangku panjang yang terbuat dari bambu.

Hanin meletakkan nampan kuenya, kemudian ikut duduk di samping Rafka.

"Hanin, setelah kamu lulus kamu mau melanjutkan kemana?" tanya Rafka dengan serius.

"Aku belum tahu Raf, kalau kamu mau kemana?" tanya Hanin dengan serius pula.

"Aku mau pindah ke kota, masa tugas Ayahku di desa ini telah habis. Besok pagi kami sudah berangkat ke kota. Untuk itu aku ingin bertemu denganmu untuk yang terakhir kali," ucap Rafka dengan wajah yang sangat sedih.

Entah kenapa hati Hanin merasa ada yang sakit dan sedih saat mendengar Rafka akan pindah ke kota.

"Apa kita tidak akan bertemu lagi Raf?" tanya Hanin dengan suara yang hampir menangis.

"Aku tidak tahu Han, aku akan memberikan alamatku yang di kota agar kita bisa berkirim kabar," ucap Rafka dengan tatapan sedih.

"Aku sudah tidak punya teman lagi sepertimu Raf," ucap Hanin dengan airmata yang sudah mengalir di pipinya.

Hati Rafka ikut menangis saat melihat airmata Hanin yang mengalir deras di pipinya.

"Jangan menangis Han, aku ikut sedih kalau kamu menangis," ucap Rafka dengan suara bergetar.

"Bagaimana aku tidak menangis Raf, hanya kamu sahabatku yang selalu menghiburku di saat aku menangis karena siksaan Ibuku, apalagi sekarang aku di paksa untuk menikah dengan orang yang lebih tua," ucap Hanin dengan deraian airmata.

"Kamu menolaknya kan Han?" tanya Rafka dengan hati yang penuh amarah. Ia merasa sudah cukup melihat penderitaan Hanin karena ulah Ibunya yang tidak punya hati.

Dengan suara tangisnya Hanin menceritakan semua yang terjadi termasuk sandiwaranya dengan Hasta.

"Berjanjilah padaku Han, kamu jangan menikah dengan siapapun sebelum aku datang menjemputmu," ucap Rafka dengan tatapan penuh menatap wajah Hanin.

Hanin terdiam tak mengerti dengan maksud Rafka. Selain menangis sedih karena Rafka akan meninggalkan dirinya.

"Jangan menangis lagi Han, kamu tahu kalau kamu menangis cantikmu akan hilang. Lihat aku Hanin, aku berjanji padamu untuk segera kembali dan akan membalas tiap tetes airmatamu ini dengan menikahimu," ucap Rafka yang semakin membuat Hanin tak mengerti dengan ucapan Rafka yang ingin menikahinya. Bukankah mereka berdua adalah sahabat?

"Aku menyukaimu Hanin, aku akan belajar sungguh-sungguh di kota agar bisa menjemputmu dan menikahimu," ucap Rafka dengan bersungguh-sungguh.