Chereads / BUKAN SALAHNYA CINTA : Cintaku di Ujung Senja / Chapter 10 - APAKAH ITU SEBUAH PERTANDA

Chapter 10 - APAKAH ITU SEBUAH PERTANDA

"Rahmat untuk jatah tiap bulan Bu Dina jangan sampai Hanin tahu. Aku tidak mau Hanin merasa sedih kalau tahu Ibunya hanya memanfaatkannya," ucap Hasta tampak terlihat lelah.

"Ya Den," ucap Rahmat dengan patuh.

"Aku mau istirahat dulu. Tolong besok pagi aku di bangunkan lebih awal karena harus mengantar Hanin daftar sekolah," ucap Hasta dengan wajah sedikit pucat.

"Silahkan Den, jangan lupa minum obatnya," ucap Rahmat selalu mengingatkan jadwal minum obatnya Hasta. Jika tidak Hasta terkadang lupa untuk meminumnya apalagi jika sudah membawa pekerjaan ke rumah.

"Terima kasih Rahmat," ucap Hasta tersenyum kemudian masuk ke dalam kamarnya.

*****

Pagi hari....

"Non Hanin, bangun Non.. sudah siang," panggil Minah membangunkan Hanin yang terlambat bangun.

"Ya Mbok, sudah jam berapa sekarang Mbok?" tanya Hanin sambil mengusap matanya yang masih mengantuk.

"Sudah jam tujuh Non," jawab Minah dengan tersenyum sambil melipat selimut Hanin.

"Wah, aku terlambat Mbok! Tuan Hasta pasti marah karena aku belum siap," ucap Hanin dengan wajah sedikit kuatir.

"Jangan kuatir Non, Den Hasta tidak pernah marah, orangnya sabar sekali," ucap Minah dengan jujur apa adanya.

"Ya Mbok, aku melihatnya seperti itu," ucap Hanin sangat merasa nyaman dan aman jika bersama Hasta.

"Ya sudah Non, lekas mandi. Den Hasta sudah menunggu Non Hanin di teras depan," ucap Minah sambil membersihkan tempat tidur Hanin.

Sungguh hati Hanin sangat bahagia hidupnya seperti seorang putri setelah tinggal di rumah Hasta. Dengan kasih sayang dan perhatian Hasta juga perhatian Minah dan Rahmat kebahagiaan Hanin terasa lebih lengkap.

Setelan mandi dan sarapan roti, Hanin dengan tergesa-gesa menemui Hasta di teras depan.

"Maaf Tuan Hasta aku bangun kesiangan, habis shalat subuh aku merasa lelah dan tidur lagi," ucap Hanin berkata jujur.

"Apa kamu sakit Nin?" tanya Hasta seraya tangannya meraba kening Hanin.

"Tidak Tuan Hasta, aku hanya mengantuk sekali dan lelah setelah dari kota kemarin," jawab Hanin merasakan kelembutan tangan kokoh Hasta.

"Syukurlah Nin, kalau kamu sehat. Ayo kita berangkat," ucap Hasta seraya berjalan masuk ke dalam mobilnya.

Hanin dengan hatinya yang berdebar-debar mengikuti Hasta masuk ke dalam mobil.

Tiba di tempat sekolah Hasta dan Hanin keluar dari mobil langsung menemui bagian administrasi.

Tanpa ada proses yang rumit, Hanin sudah terdaftar sebagai pelajar di SMA Pelita di mana Jonathan juga berada di sana.

"Hanin!!" panggil Jonathan yang kebetulan sedang membayar untuk daftar ulang.

"Jo! kamu juga belum daftar?" tanya Hanin dengan perasaan senang bisa bertemu dengan Jonathan.

"Aku sudah mendaftar kemarin lusa, tapi baru hari ini aku bisa membayarnya," ucap Jonathan dengan tersenyum ikut bahagia melihat Hanin sudah bisa tersenyum.

"Kamu terlihat senang dan bahagia Nin, aku senang melihatnya," ucap Jonathan menatap penuh wajah Hanin.

"Ini semua karena Tuan Hasta, Jo." jawab Hanin sambil menatap Hasta yang terdiam karena Hanin sudah menemukan teman sebayanya, dan dia hanya sebagai orang yang sudah tua di mata Hanin.

"Ya Han, aku senang melihat kamu seperti ini." ucap Jonathan walau terselip rasa cemburu karena melihat Hanin begitu memuja Hasta.

"Ya Jo, aku senang dan bahagia sekarang, karena di kelilingi oleh orang-orang yang baik seperti Tuan Hasta," ucap Hanin sambil menggenggam tangan Hasta.

Hasta yang terdiam dari tadi, mengangkat wajahnya dan menatap ke arah Hanin saat tangan lembut Hanin menggenggam tangannya.

Sungguh jantung Hasta berdegup sangat kencang. Ada sesuatu yang indah dalam hatinya saat tangan lembut Hanin menggenggam tangannya begitu erat.

"Syukurlah Han, aku senang melihat kamu bahagia. Aku harus pergi sekarang," ucap Jonathan ingin segera pergi untuk menenangkan hatinya yang telah di Landa rasa cemburu.

Hasta menatap kepergian Jonathan dengan tangan Hanin yang masih menggenggam tangannya.

"Hanin, kita pulang sekarang?" tanya Hasta dengan wajah memerah menatap Hanin yang masih belum melepas genggaman tangannya.

Menyadari tatapan Hasta yang sedang menatapnya kemudian melihat ke arah tangannya, membuat Hanin merasa malu. Dengan cepat Hanin melepas genggamannya dan berjalan cepat ke tempat mobil Hasta berada.

Hasta tersenyum melihat sikap Hanin yang pergi dengan malu-malu.

"Ternyata, begini rasanya orang yang sedang jatuh cinta. Sedikit saja mendapat perhatian sudah sangat bahagia. Seandainya saja Hanin bisa mencintaiku, mungkin aku pria paling bahagia di dunia ini," ucap Hasta dalam hati berjalan pelan menghampiri Hanin yang sudah menunggu di pintu mobil.

"Hanin, apa kamu mau ikut denganku sebentar?" tanya Hasta setelah berada di dalam mobil.

Hanin menoleh, menatap Hasta masih dengan perasaan malu.

"Ikut kemana Tuan?" tanya Hanin sebelum mengiyakan ajakan Hasta.

"Ke tambak ikan, saat ini ada panen ikan. Aku mau melihat sebentar, apakah semuanya berjalan lancar," ucap Hasta menjelaskan tujuannya.

Untuk sesaat Hanin terdiam, kemudian menganggukkan kepalanya dengan cepat.

Hasta tersenyum, kemudian menjalankan mobilnya ke arah tambak ikan di mana ia pemilik utama tambak ikan yang ada di Desa Malibu.

Sampai di tambak ikan, Hasta mendatangi beberapa pekerja yang sedang sibuk menimbang ikan untuk di kemas dan di kirim ke beberapa kota.

"Tuan Hasta!!!" sapa salah satu pekerja menyambut kedatangan Hasta dan Hanin.

"Bagaimana Jupri, apakah pengiriman ikan kita lancar?" tanya Hasta sambil menutup wajahnya dengan tangannya karena langit sangat terik.

"Sangat lancar Tuan, beberapa kota sudah selesai kita kirim sesuai dengan pesanan. Tuan Hasta, apa anda baik-baik saja?" tanya Jupri dengan wajah cemas saat melihat darah yang mengalir di hidung Hasta.

"Apa?? oh, aku baik-baik saja," sahut Hasta setelah menyadari darah yang mengalir di hidungnya. Dengan segera Hasta menahan darah yang mengalir terus di hidungnya.

"Maaf Pak Jupri, sepertinya Tuan Hasta harus kembali sekarang," ucap Hanin dengan panik mengambil saputangannya dan mengusap darah di hidung Hasta.

"Tuan Hasta, kita ke rumah sakit sekarang," ucap Hanin segera menarik pergelangan tangan Hasta dan membawanya ke mobil.

"Hanin, tunggu," ucap Hasta menghentikan langkah Hanin.

Hanin menghentikan langkahnya menatap Hasta yang sedang menatapnya.

"Ada apa Tuan? apa anda akan bilang kalau anda baik-baik saja? apa anda mau bilang kalau aku tidak boleh cemas?" ucap Hanin dengan mata berkaca-kaca. Hanin tahu, apa yang akan di katakan Hasta, karena itu ia mengungkapkan apa yang ada di dalam pikirannya.

"Hanin..." Hasta tidak bisa lagi berkata apa-apa saat Hanin tiba-tiba menangis keras dan memeluknya dengan sangat erat.

"Aku mohon Tuan Hasta, biarkan aku menjaga anda. Aku tidak ingin melihat anda sakit, aku tidak ingin terjadi sesuatu pada anda. Saat ini hanya anda yang bisa menggantikan Ayah. Aku tidak ingin kehilangan anda, aku menyayangi anda Tuan Hasta," Ucap Hanin di sela-sela isak tangisnya.

Hasta terdiam di tempatnya dengan dada terasa sesak.

"Ya Tuhan, apa ini pertanda aku tidak akan bisa memiliki cinta Hanin? Hanin menyayangiku karena menganggap aku sebagai pengganti Ayahnya," ucap Hasta dalam hati dengan perasaan sedih yang sangat dalam.