Dengan hati sedikit kecewa karena sikap Hasta, Rahmat tetap mencari keberadaan Hanin. Langkah Rahmat terhenti saat melihat Hanin sedang menangis duduk di kursi panjang.
Sambil menghela nafas panjang Rahmat mendekati Hanin dan duduk di sampingnya.
"Non Hanin, sabar ya.. pekerjaan Den Hasta memang tidak bisa di tinggalkan saat ini," ucap Rahmat menenangkan hati Hanin.
"Aku rasa, bukan karena pekerjaan Pak Rahmat! Tapi ada sesuatu alasan yang lain yang di sembunyikan Tuan Hasta dari aku." ucap Hanin dengan tatapan sedih.
"Mari ikut saya Non, kita akan menemui Dokter Yusuf yang menangani sakitnya Den Hasta," ajak Rahmat agar Hanin tahu keadaan Hasta yang sebenarnya.
"Kenapa kita harus ke Dokter, Pak? bukannya keadaan Tuan Hasta sudah baik-baik saja?" tanya Hanin dengan tatapan tak mengerti.
"Nanti Non Hanin akan mengetahui semuanya dari penjelasan Dokter Yusuf," ucap Rahmat terpaksa memberitahu sakitnya Hasta pada Hanin melalui penjelasan Dokter Yusuf yang bisa memberitahu keadaan Hasta yang sebenarnya.
"Baiklah Pak, aku juga ingin mengetahui sakitnya Tuan Hasta itu apa? kenapa tubuh Tuan Hasta terlihat kurus sekarang?" ucap Hanin seraya bangun dari duduknya.
"Mari Non," ucap Rahmat berharap setelah ini Hanin akan lebih perduli dan bisa menjaga kesehatan Hasta.
Sampai di dalam ruangan Dokter Yusuf yang menangani sakitnya Hasta, Hanin dan Rahmat meminta penjelasan secara keseluruhan atas penyakitnya Hasta.
Setelah mendengar semua penjelasan dari Dokter Yusuf dan juga melihat hasil rontgen paru-paru Hasta, tubuh Hanin terasa lemas dan hatinya seperti teremas-remas. Apalagi di saat Dokter Yusuf bilang kalau hidup Hasta tergantung dari kesehatan dan keinginan hidup dari Hasta.
"Pak Rahmat, kenapa orang baik seperti Tuan Hasta mendapat cobaan seperti ini? sungguh aku tidak rela jika Tuan Hasta mendapat sakit seperti ini," ucap Hanin setelah keluar dari ruangan Dokter Yusuf dan berbincang serius dengan Rahmat di kantin rumah sakit.
"Ya Non, tapi bagaimana lagi ini semua sudah terjadi. Dan saya semakin sedih saat mendengar Den Hasta tidak mau pulang. Padahal saya sangat yakin kalau Den Hasta bisa sembuh jika ada Non Hanin yang merawat Den Hasta," ucap Rahmat dengan harapan Hanin mau merawat Hasta dan bisa membujuk Hasta agar mau pulang.
"Tapi Tuan Hasta bersikeras tidak mau pulang Pak Rahmat," ucap Hanin dengan hati putus asa.
"Mungkin Non Hanin harus mencari cara agar Den Hasta bisa kita ajak pulang," ucap Rahmat dengan serius.
Hanin terdiam sejenak, berpikir keras untuk mencari cara agar Hasta mau pulang bersamanya. Tidak lama kemudian Hanin tersenyum pada Rahmat.
"Sepertinya aku tahu bagaimana caranya Tuan Hasta mau pulang bersama kita Pak Rahmat," ucap Hanin dengan penuh semangat.
"Bagus Non, saya doakan rencana Non Hanin berhasil dan kita bisa segera pulang," ucap Rahmat ikut bersemangat.
"Aku akan ke sana sekarang," ucap Hanin bangun dari duduknya dan berjalan bergegas ke kamar Hasta.
Di dalam kamar, Hasta terdiam dalam kesedihannya karena sudah tidak bisa melihat wajah Hanin lagi. Karena Hasta yakin Hanin telah kembali pulang karena rasa kecewa dan marah padanya.
Saat mendengar pintu terbuka, Hasta merasa itu adalah Rahmat. Dan pasti Hanin tidak mau di antar Rahmat untuk itu Rahmat kembali.
"Apa Hanin sudah pulang Rahmat? semoga Hanin akan baik-baik saja tanpa aku di sisinya," ucap Hasta dengan perasaan sedih, tanpa melihat siapa yang datang.
"Aku pastikan, aku tidak akan baik tanpa ada anda di sampingku Tuan," sahut Hanin sudah berada di samping Hasta yang sedang memunggunginya.
Mendengar suara Hanin yang ada di belakangnya, sontak Hasta membalikkan badannya dan menatap penuh wajah Hanin.
"Hanin? kamu belum pulang?" Tanya Hasta dengan hati bercampur aduk antara bahagia dan sedih.
"Aku putuskan, aku juga tidak akan pulang. Selama anda tinggal di sini, aku juga akan tinggal di sini," ucap Hanin dengan pasti.
"Hanin, jangan keras kepala, kalau kamu di sini bagaimana dengan kuliah kamu?" tanya Hasta dengan hati berbunga-bunga mendengar Hanin yang bersedia tinggal bersamanya.
"Aku tidak perduli, aku hanya ingin tinggal bersama dengan anda. Di manapun anda akan tinggal, aku akan ikut," jawab Hanin dengan hati penuh keyakinan.
Hasta terdiam tidak bisa bicara apa-apa lagi.
"Hanin, jangan bercanda, kamu harus tetap kuliah karena itu cita-cita kamu yang harus kamu raih," ucap Hasta sambil menekan salah satu pelipisnya.
"Aku tidak perduli Tuan Hasta! jangan memaksakku, karena aku juga tidak bisa memaksa anda untuk ikut pulang," sahut Hanin menatap penuh wajah Hasta.
"Hanin, jangan seperti ini? aku di sini kerja Hanin?" ucap Hasta tidak bisa lagi menolak permintaan Hanin.
"Sekarang Tuan Hasta tinggal pilih, tetap tinggal di sini atau ikut pulang bersamaku," ucap Hanin sama sekali tidak membahas tentang penyakit Hasta.
"Hanin, aku harus bagaimana menghadapimu?" tanya Hasta akhirnya mengalah hanya karena ancaman Hanin yang tidak akan melanjutkan kuliahnya.
"Tuan Hasta harus menuruti keinginanku, jika tidak aku akan di sini selamanya dengan anda," ucap Hanin dengan wajah serius.
"Baiklah Hanin, demi kamu agar kamu tetap kuliah aku akan pulang bersamamu," ucap Hasta dengan mempersiapkan hatinya yang akan kembali terluka.
"Benarkah Tuan Hasta? Ya Tuhan, terimakasih karena telah mengabulkan permintaanku," ucap Hanin dengan tiba-tiba memeluk Hasta.
Tubuh Hasta diam tak bergerak. Detak jantungnya berdetak lebih kencang dengan pelukan Hanin yang begitu sangat erat.
"Ya Tuhan, semoga Hanin tidak merasakan detak jantungku yang berdetak sangat kencang saat ini," ucap Hasta dalam hati.
"Hanin, bisa kamu lepaskan sebentar pelukannya? dadaku sedikit sesak tidak bisa bernapas," ucap Hasta dengan perasaan yang bahagia.
"Maaf, Tuan Hasta..aku terlalu bahagia hari ini," ucap Hanin seraya menggenggam tangan Hasta.
"Apa benar kamu bahagia Hanin?" tanya Hasta dengan tatapan yang sangat dalam.
"Tentu Tuan Hasta, aku sangat bahagia karena kita bisa bersama lagi sekarang," ucap Hanin dengan tersenyum.
Hasta terdiam menatap wajah Hanin yang terlihat bahagia.
"Tuan Hasta, sepertinya anda belum makan dan minum obat. Lihatlah Tuan, semuanya masih utuh. Bagaimana anda bisa cepat sembuh kalau makan tidak tepat waktu?" ucap Hanin saat melihat makanan dan beberapa obat masih utuh di atas meja.
"Aku tidak tahu kalau ada makanan Hanin, aku baru saja bangun. Bagaimana aku bisa tahu," ucap Hasta memberikan penjelasan pada Hanin.
"Baiklah, sebelum kita pulang, anda harus menghabiskan makanan ini," ucap Hanin seraya mengambil piring yang berisi bubur putih untuk Hasta.
Hasta hanya menganggukkan kepalanya, tidak membantah apa yang di katakan Hanin. Bagi dirinya yang terpenting dia merasa bahagia setiap kali Hanin perhatian padanya.