"Pak Hasta tidak akan pergi ke mana-mana." ucap Hanin dengan suara bergetar menahan isak tangisnya.
"Hanin, apa maksudmu dengan aku tidak akan pergi kemana-mana?" tanya Hasta dengan tatapan yang rumit.
"Aku tidak akan membiarkan pak Hasta pergi dari rumah ini." ucap Hanin menghampiri Hasta seraya mengeluarkan pakaian yang ada di dalam koper dan menatanya kembali ke dalam almari.
"Hanin, jangan lakukan hal ini padaku." ucap Hasta terduduk lemas di pinggir ranjang menghadapi sikap Hanin yang membuatnya semakin tersiksa.
Setelah selesai menata kembali pakaiannya Hasta ke dalam almari, Hanin duduk di kursi menghadap Hasta.
Hanin mengambil baskom yang berisi air hangat dan di letakkan di meja yang dekat dengan dirinya.
"Maaf pak, aku harus merawat tubuh bapak biar kembali segar." ucap Hanin sambil melepas kemeja Hasta.
"Hanin, jangan lakukan hal ini padaku." ucap Hasta dengan suara tercekat.
"Biarkan aku menjalankan kewajibanku pak." ucap Hanin yang begitu saja keluar dari mulutnya.
"Ini bukan kewajibanmu Hanin." ucap Hasta memegang tangan Hanin yang sedang membuka kancing kemeja Hasta.
"Pak Hasta." panggil Hanin dengan suaranya yang keluh menatap kedua mata Hasta yang teduh. Hasta membalas tatapan Hanin dengan hatinya yang berdebar-debar.
Tanpa mereka sadari wajah keduanya semakin dekat dengan tatapan yang tak lepas sedikitpun.
Entah siapa yang memulai lebih dulu kedua bibir mereka sudah saling bertaut dan saling memagut dengan segenap perasaan rindu.
"Hanin." panggil Hasta melepas menangkup wajah Hanin dengan kening saling bertaut.
"Pak Hasta, jangan pergi...jangan tinggalkan aku sendirian." ucap Hanin dengan suara lirih menyentuh kembali bibir lembab Hasta yang membuat hatinya berdebar-debar tak berhenti.
"Aku tidak akan pergi Hanin...aku tidak bisa meninggalkanmu." ucap Hasta menarik punggung Hanin dan memeluknya sangat erat.
"Berjanjilah padaku pak, tidak akan pergi lagi walau apapun yang terjadi." ucap Hanin membalas pelukan Hasta.
"Aku berjanji padamu Hanin." ucap Hasta dengan hati yang sangat bahagia.
Walaupun tidak ada kata-kata cinta dari Hanin, dengan merasakan pelukan dan ciuman Hanin sudahlah cukup baginya jika Hanin mempunyai perasaan yang sama dengannya.
"Sekarang aku rawat ya pak? setelah itu pak Hasta istirahat biar cepat sembuh." ucap Hanin seraya melepas pelukannya.
Tanpa membalas ucapan Hanin, Hasta membiarkan Hanin merawat dirinya. Dadanya terasa bergetar sangat hebat, saat tangan lembut Hanin membersihkan dadanya dengan handuk kecil.
"Hanin, terimakasih telah ada untukku." ucap Hasta menatap dalam wajah Hanin.
"Harusnya aku yang berterimakasih pada pak Hasta, karena selalu ada untukku, sejak aku masih remaja hingga sekarang." ucap Hanin dengan wajah tertunduk setelah selesai membersihkan badan Hasta.
"Hanin, aku mau bertanya sesuatu padamu, semoga kamu tidak keberatan untuk menjawabnya." ucap Hasta dengan kedua tangannya yang sedikit gemetar.
"Mau bertanya apa pak?" tanya Hanin dengan hati yang tiba-tiba berdebar-debar.
"Dengan apa yang barusan kita lakukan, apakah itu membuatmu bahagia Nin?" tanya Hasta menatap penuh wajah Hanin.
"Pak Hasta sendiri apakah bahagia?" tanya Hanin balik bertanya dengan serius.
Hasta terdiam dengan wajah yang tiba-tiba memerah, kemudian mengalihkan pandangannya.
"Pak Hasta, jawab pertanyaanku pak." ucap Hanin menangkap wajah Hasta sedang kedua tangannya.
"Aku bahagia Nin." jawab Hasta dengan perasaan sedikit malu.
"Apa pak Hasta mencintaiku?" tanya Hanin dengan suara pelan.
Hasta mengangkat wajahnya menatap Hanin dengan tatapan rumit.
"Apakah aku salah jika mempunyai perasaan padamu Nin? aku tidak akan memaksamu untuk mencintaiku Nin, aku sadar diri aku tidak pantas mempunyai mimpi untuk bisa hidup bersamamu, walau mungkin hidupku tidak akan lama lagi." ucap Hasta dengan suara lirih, kemudian berdiri dari duduknya berniat meninggalkan Hanin sebentar karena Hasta tahu Hanin pasti akan kecewa mendengar kejujuran hatinya.
"Jangan pergi pak, tetaplah di sini.. duduk bersamaku." ucap Hanin menahan pergelangan tangan Hasta kemudian menariknya pelan agar duduk di sampingnya.
"Hanin, maafkan aku..aku tahu cintaku jatuh pada tempat yang salah, dengan usiaku yang sudah tua telah berani mencintaimu yang harusnya menjadi putriku." ucap Hasta dengan wajah yang terlihat putus asa.
"Pak Hasta, aku ingin bicara jujur pada Hasta dan aku tidak mau ada kebohongan di antara kita. Jujur aku bahagia pak Hasta telah berterus-terang tentang perasaan pak Hasta padaku. Dan sungguh aku tidak bermaksud ingin menyakiti hati pak Hasta. Dengan apa yang telah kita lakukan tadi aku juga tidak tahu apakah itu mewakili perasaanku pada pak Hasta atau tidak, yang pasti aku bahagia dengan semua itu. Pak Hasta...bisakah pak Hasta memberiku waktu untuk meyakinkan perasaanku ini?" tanya Hanin menatap wajah Hasta dengan tatapan memohon.
"Hanin, aku tidak akan pernah memaksamu untuk mencintaiku. Aku tahu cintamu hanya untuk Rafka, kamu tidak perlu meyakinkan dirimu lagi Hanin." ucap Hasta dengan perasaan putus asa kembali.
"Pak Hasta, sungguh jangan putus asa menghadapiku pak, aku benar-benar minta waktu sebentar saja untuk meyakinkan perasaanku pada pak Hasta, aku mohon." ucap Hanin menggenggam kedua tangan Hasta dan mengecupnya berkali-kali.
Sungguh Hasta tidak bisa menahan rasa rindu dan cintanya, di peluknya Hanin dengan segenap rasa cintanya.
"Hanin, aku mencintaimu, sangat mencintaimu." ucap Hasta memeluk Hanin lagi dengan sangat erat.
"Beri aku sedikit waktu untuk meyakinkan perasaanku ini ya Pak? aku juga harus bicara sama Rafka, karena aku tidak bisa begitu saja memutuskan hubunganku dengan Rafka, sebelum aku yakin dengan perasaanku sendiri." ucap Hanin seraya mengusap punggung Hasta dengan rasa sayang.
"Aku akan menunggumu Nin, aku akan tetap bersabar menunggumu untuk bisa mencintaiku." ucap Hasta dengan hati yang sedikit tenang, setelah Hanin mengetahui perasaannya.
"Terimakasih pak Hasta, telah memberiku waktu, tapi itu tidak akan mengubah keinginanku untuk merawat dan menjaga pak Hasta, jangan lagi pak Hasta menolakku ya?" ucap Hanin dengan sedikit manja.
"Ya Nin, sekarang kamu bebas melakukan apa saja padaku, aku tidak akan melarangmu lagi." ucap Hasta dengan serius.
"Apa termasuk yang kita lakukan tadi pak? pak Hasta tidak akan menolakku kan? jika aku menginginkannya lagi?" tanya Hanin sedikit menggoda Hasta. Wajah Hasta seketika memerah kembali, sungguh hatinya tidak percaya jika Hanin dengan tiba-tiba begitu cepat mencintainya, bahkan telah berani membalas ciumannya. Padahal Hasta sangat tahu Hanin tidak akan pernah berani melakukan hal itu.
"Hanin, semoga kamu melakukan hal ini karena murni memang ada perasaan padaku, bukan hanya karena kasihan padaku." ucap Hasta dalam hati.
"Pak Hasta? pak Hasta belum menjawab pertanyaanku dari tadi?" tanya Hanin dengan serius, yang telah membuyarkan lamunan Hasta.
"Kita akan melakukannya, di saat kita berdua sama-sama menginginkannya ya Nin." ucap Hasta berusaha tenang agar hatinya tidak kembali berdebar-debar.