Chereads / Mr. CEO, Please Love Me / Chapter 13 - Makhluk Kribo

Chapter 13 - Makhluk Kribo

Mobil telah tiba di depan lobi utama gedung perkantoran Best.TV perempuan bernama Sofia turun lebih awal di susul dengan CEO perusahaan swasta tersebut. Giliran Mimi, gadis itu masih membeku di dalam. Dia baru sadar dirinya kemungkinan besar tengah di manfaatkan mengingat pertama kali bertemu perempuan dan lelaki strata tinggi ini berawal dari permainan konyol dan kala itu telinganya mendengarkan kalimat terkait pesta dansa kemudian segalanya berubah dalam 24 jam.

Saat pintu mobil yang berada di sisi mimi–Di mana lelaki dengan mata abu-abu menurunkan punggungnya demi mengintip apa yang di lakukan Mimi–gadis ini meliriknya sejenak, lalu mendekati pintu sisi lain yang baru saja di manfaatkan Sofia untuk turun, kemudian terlihat gadis tersebut mengais oksigen sebanyak-banyaknya di sekitar keberadaannya sebelum kakinya menapaki batumen (bahan dasar aspal) dan dengan langkah kakinya yang tak seberapa lebar, Mimi kabur.

Melihat gadis tersebut lari kalang kabut Sofia dan tentu saja Bram sempat membuka mulutnya sekian inci sebab tertegun. Mereka baru benar-benar sadar selepas matanya mendapati mimi menaiki tiga buah tangga lobi. kemudian lantai yang licin menjatuhkan tubuh gadis yang kakinya terdapati mengenakan sepatu Wedges dengan hak tinggi. tak sesuai dengan kebiasaannya.

"Auu" bukan Mimi yang menyuarakan ini melainkan bibir Sofia, di mana ia pun spontan merapatkan matanya sebab terkejut mengamati jatuhnya Mimi. sejenak kemudian Sofia melihat Bram melintasinya. Pria itu melempar kunci mobil pada Sofia.

Dan lelaki itu sendiri memacu langkahnya menaiki tangga. Dalam sekejap dia sudah berdiri di dekat jatuhnya mimi.

Sedangkan masih dari posisi dekat mobil, Sofia tersenyum lebar. Bram akhirnya berkehendak untuk mengubah nasibnya. Entah nasib yang mana, korelasi tentang pemahaman ini tampaknya hanya di mengerti Sofia sebagai sahabat yang tumbuh bersama pria kaku dan tak banyak bicara itu.

Sejalan dengan uluran tangan yang di berikan CEO Bram pada gadis dengan tampilan busananya memadu padankan hem berpita warna soft pink yang mana pada bagian luarnya terlapisi blazer nafi dan sentuhan terakhir ialah rok yang panjangnya setinggi lutut. Rambut pajang mimi di buat sedikit bergelombang pada bagian ujungnya. Tas kecil di bahu senada dengan sepatu wedgesnya, warna soft pink namun lebih soft dari pada hem berpita yang dia gunakan. Mimi mendapatkan tatapan dari beberapa orang di sekitarnya.

Biasanya memang demikian, tatkala CEO ini datang sebagian besar penghuni lobi akan mengambil posisi terbaiknya dan berdiri sekedar untung mengatakan selamat pagi.

Seluruh pintu termasuk dinding lobi merupakan kaca transparan, tidak ada yang bisa di perbuat selain: tidak menyambut tangan lelaki strata tertinggi itu, atau dunianya bakal porak-poranda.

Bajunya yang berbeda saja menjadikan dirinya tidak percaya diri datang ke kantor ini. bukan karena ia tidak menyukai fashion yang di sediakan Sofia. Melainkan ia takut dengan sorot mata para seniornya pada divisi keuangan. Mimi yakin dia akan berakhir dengan tumpukan berkas yang lebih tinggi, lagi dan lagi, di asingkan dan di kerjai karena hal-hal yang tidak semestinya dan bisa jadi sebab tampilannya ini kesialannya bakal datang hari ini.

Mimi bangkit tanpa menyentuh tangan Bram. Bram yang melihat itu terdapati mundur satu langkah sesaat berikutnya lelaki tersebut melipat tangannya.

Sedangkan mimi bergerak ke samping dua langkah, sepertinya gadis ini berupaya menciptakan jarak paling tidak sepanjang satu meter. Bram mengamati dengan detail gadis itu dan lelaki bermata abu-abu tersebut tersenyum. Entah karena apa, senyumnya masih menghiasi bibirnya bahkan ketika dia melangkah meninggalkan Mimi yang memasang ekspresi awas.

"Aku akan menemuimu nanti. Sisanya rapikan dirimu," dia bicara tanpa melihat. Lebih tepatnya tengah melintasi pintu kaca yang terbuka otomatis.

.

.

Pagi ini sebelum menuju meja kerjanya sendiri. mimi yang baru saja menanggalkan lokasi finger print untuk para divisi keuangan menaiki lift dan berjalan menyusuri ruangan demi ruangan pada sebuah lantai di atas meja kerjannya. Ruang-ruang ini adalah lokasi pengambilan syuting program Best.Tv.

Mimi, tentu saja berencana menemui teman-teman Anton, sekelompok anak muda yang juga tim Talkshow program bincang-bincang dengan sebutan For You.

Awalnya mimi merasa menemukan ruangan mereka tidak akan sulit, mengingat program Talkshow For You merupakan program dengan reting bagus. Walaupun selama magang pada stasiun televisi ini dia belum pernah naik ke lantai ini, sebab tim program acaralah yang kebanyakan datang untuk pengajuan anggaran dan laporan khas program pada divisi keuangan secara langsung.

Kenyataannya tidak sesuai kenyataan, mimi sudah bertanya pada beberapa orang yang ia temui bukannya menjawab dengan benar orang-orang itu dapat di pastikan selalu tertawa tiap jumpa Mimi, sejalan kemudian wajah mereka memerah.

Satu dua orang tidak masalah, sayangnya semua orang melakukan itu. Sampai akhirnya mimi memilih memeriksa satu persatu ruang dan mengira-ngira di mana lokasi syuting yang senada dengan tampilan talkshow for you pada layar kaca.

Saat mimi merasa telah menemukannya, yang ia dapati sekedar ruangan kosong tak berpenghuni. Berniat menunggu salah satu dari sekelompok anak muda. Teman-teman yang kenal secara instan tersebut. Mimi memutuskan membuat pesan izin di grup whatsapp rekan kerja divisi keuangan.

Mimi baru saja usai membuat pesan, gadis tersebut meletakkan hanphone di atas pangkuannya. Mengamati seluruh ruangan. Wajah gadis tersebut berbinar tatkala melihat peralatan syuting dan berbagai jenis wardrop acara. dia dapat mengamati secara langsung suasana asli pengambilan gambar sebuah acara televisi.

Dari semua yang tampak pada pandangannya, baik itu sofa, furniture lokasi syuting, kamera dan yang lainnya. gadis ini lebih tertarik pada wardrobe. beberapa baju yang tergantung di sudut ruangan. dia yang semula hanya ingin duduk menunggu, pada akhirnya tergelitik untuk berdiri dari kursi dan berjalan menuju kumpulan pakaian yang menarik minatnya.

Mimi mendekati barisan gantungan tersebut. Properti yang unik dan lucu dapat dia sentuh. Gadis ini masih fokus membolak-balik gantungan ketika secara mustahil ia merasa kakinya di peluk seseorang.

Wajah mimi menjadi pucat pasi karenanya. Tempat ini kosong bagaimana bisa dia merasa kaki kananya di peluk manusia?.

Memberanikan diri menyibak gantungan-gantungan baju lebih lebar. Mimi tak bisa menghentikan letupan di dada dan berakhir pada tenggorokannya, "Aaaargggh...." berteriak dengan volume tak terkendali.

Dia melihat manusia di bawah barisan wardrobe. Manusia yang terdefinisi laki-laki itu menggeliat kemudian bangkit dengan malas.

"Hais' teriakanmu keras sekali," mimi mundur sekian langkah ke belakang saat makhluk berambut kribo tak beraturan itu duduk di sela-sela baju yang tadi ia kagumi.

"Ini masih pagi! Jangan bawa cewekmu kemari! Mengganggu saja!" suara lain hadir menyapa, mimi menoleh dan betapa terkejutnya gadis ini. Susunan kursi yang ia duduki tadi, pada baris paling belakang makhluk lain menunjukkan kepalanya.

"Apa-apaan ini??" mimi masih bertanya-tanya.

"selingkuh lagi.. Selingkuh lagi.." suara lain hadir dari panggung utama. Walaupun wajahnya tidak terlihat mimi menyadari yang berada di balik sofa bukan sekedar satu orang saja. Sebab gadis ini sempat mendengar telisik salah satunya yang berujar "jangan memelukku. Kupukul kau!" nada bicara yang tidak asing.

Masih dengan jantung berdebar-debar Mimi memberanikan diri merundukkan tubuhnya memeriksa siapa si rambut awut-awutan yang duduk di depannya-pada sela-sela baju.

"Hooaaaawmm..." menguap begitu saja, "hai bidadari pagi," menyapa malas. Tampaknya nyawanya belum terkumpul.

"bidadari.. Tunggu! Pacarku mirip nenek sihir bukan bidadari??" dia mengucek matanya.

"apa kamu, em... yang kamu namanya Sultan –kan?" ini suara Mimi.

Pria itu melebarkan pandangannya, "Mi... Mimi?? Guys Banguuun!!"