Mereka saling menyelami mata masing-masing. Seolah mencari arti tersembunyi dari tatapan tersebut. Tak ada yang bersuara, hanya ada suara detak jam dan deru napas mereka.
"Arisha." Panggilan itu membuat Irsan tersentak. Ia menoleh ke arah mamanya yang sedari tadi berada di ruangan yang sama dengannya. Hah, beginikah rasanya dunia milik berdua? Hingga tidak menyadari kehadiran orang lain di sekitar mereka.
"Gimana, Sha? Kamu gak papa?" Tanya Weni khawatir mengelus rambut Arisha penuh kasih sayang. Selalu saja, setiap melihat menantunya rasa tak tega itu kembali muncul. Weni melihat sendiri bagaimana kecewanya orang tua Arisha bahkan saat Arisha pergi pun mereka tak sudi untuk mengantarnya. Hanya pembantu Arisha, yang kalau namanya tak salah--Bi Asih-- yang mengantar Arisha pergi. Memeluk dan mendoakan menantunya.