Chereads / Jadi Pahlawan Lagi? / Chapter 22 - Chapter 21

Chapter 22 - Chapter 21

"Sakaki."

Di tengah lamunanku aku mendengar suara kalau ada seseorang yang tengah memanggil namaku dan begitu aku menoleh sudah ada Leena dan Shigure yang berada tepat di sampingku.

Mereka memasang wajah yang hanya bisa digambarkan sebagai perasaan kesenangan, sepertinya mereka berdua telah puas mengobrol bersama-sama lalu akhirnya kembali ke diriku yang tengah melamun.

Hal yang kulamunkan tentunya adalah perasaan aneh yang kudapat pada saat mengingat kepentingan kami di sini, entah mengapa aku mnejadi merasa seperti ingin menusukkan kuku jariku ke dalam sesuatu.

Perasaan apa ini….

Rasanya perasaan yang paling menyerupainya adalah—

—Keinginan untuk membunuh.

"Sakaki?"

Kali ini aku mendengar suatu suara lagi.

Suara tersebut berasal dari Shigure dan Leena lagi, aku langsung menoleh ke samping untuk melihat mereka berdua namun aku tidak menemukan apapun di sana.

"Haa?"

Tidak ada.

Sama sekali tidak ada siapapun di sana.

Aku yakin kalau aku mendengar suara dari kedua gadis itu dari sebelahku….

"Apa yang sebenarnya kau inginkan, Sakaki?"

Suara ini….

Suara dari mana?

Aku tidak bisa memperkirakan dari mana asal suara ini, begitu juga dengan jarak efektifnya.

Rasanya seluruh indra tubuhku yang telah terlatih telah ditutupi oleh sesuatu yang menahan semuanya.

Perasaan apa ini?

Perasaan macam apa ini?

Apa yang sebenarnya terjadi sini?

"Kau bertingkah layaknya seseorang yang tengah berusaha untuk memberikan kesan anti-hero dan konyol tapi jauh di dalam lubuk hatimu kau ingin bisa mengeluarkan sesuatu yang ada di dalam dirimu kan?"

Suara itu—

Suara yang terasa begitu dekat namun juga jauh itu—

Berhasil ditangkap oleh kedua telingaku namun aku sama sekali tidak mengerti apa yang sebenarnya berusaha untuk disampaikannya.

Tidak.

Daripada tidak bisa mengerti, pikiranku memaksaku untuk tidak mau mengerti.

Aku tidak mau mengerti dan mendengarnya!

Shigure!

Leena!

Kenapa mulutku tidak bisa mengeluarkan suara?!

Aku ingin memanggil mereka berdua untuk menanyakan keadaan mereka berdua tetapi seperti ada sesuatu yang menghalangiku untuk melakukannya.

Aku seperti tidak bisa mencapai keduanya….

Dimana juga aku sekarang?

Kalau tidak salah, Adventure Guild kan?

Tapi aku sama sekali tidak melihat interior dari Adventure Guild yang kukenal, hanya ada kegelapan.

Kegelapan dan bayangan.

Bayangan dan kekosongan.

Kekosongan….

Sebenarnya dimana aku?

"Apakah kau merasa spesial karena bisa pergi ke dunia lain yang pernah kau selamatkan sebanyak dua kali?"

Suara apa ini…

Suara siapa ini?

Siapa yang berusaha untuk merusak pikiranku ini!?

"Kau merasa sangat hebat kan?"

"Kau ingin merasakan kejayaan yang kau dapatkan dulu kan?"

"Sayangnya kau malah berakhir menjadi seorang tokoh konyol seperti sekarang ini…."

Aku—

Aku ingin menjadi yang terhebat daripada yang terhebat!

Benar, itu tujuanku kan?!

Sejak awal aku ingin kembali ke dunia ini.

Aku ingin menikmati masa jayaku dan menikmati kehidupan penuh harapan akan harta, wanita, dan tahta!

Bukan berakhir menjadi seorang petulang sok baik yang berusaha untuk menolong semua orang sebisa mungkin.

Tidak mungkin ada orang waras dengan kekuatan yang menginginkan hal semacam itu kan?!

"Ada!"

"Kau adalah orangnya!"

"Sakaki Hiyama, jangan biarkan kekuatan kegelapan menelanmu!"

"Kau sudah terbiasa terpuruk, namun pasti akan ada saatnya!"

Suara ini…

Suara yang berbeda dengan suara-suara tadi?

Suara yang lebih lembut namun memiliki kesan memerintah.

Suara sebelumnya terdengar begitu akrab dan berusaha untuk menggodaku.

Sebenarnya kedua suara yang terdengar ini adalah suara dari siapa?

Tidak tahu…

Aku tidak tahu sialan tapi keluarlah dari pikiranku sialan!

"Saat dimana kau bangkit dan meluncur ke atas langit sana!"

—***—

"Keluar!"

Begitu aku kembali mendapatkan kendali atas semuanya, aku menyadari kalau ada sesuatu yang aneh terjadi.

Apa yang berada di pandanganku adalah dua gadis dengan pandangan yang sama, yaitu memancarkan kekhawatiran, serta seorang pria botak yang tengah memegangi tubuhku.

"Ha—haaa?"

Tubuhku terasa basah dengan keringat dingin yang bahkan masih menetes setelah semua ini dan aku hanya bisa memberikan tatapan pertanda ketidak tahuan akan apa yang sedang terjadi kepada ketiga orang yang tengah mengurusku.

"Tenanglah, oi. Sakaki."

"Te—tenang?"

"Kau sepertinya bermimpi buruk pada saat pingsan tadi."

Secara perlahan si pria botak yang ternyata adalah Demias melepaskan genggaman tangannya dari tubuhku, dia kemudian menghela napasnya sambil mengelus-elus kepalanya yang juga memiliki keringat menetes.

"Benar-benar dah, sebenarnya kekuatanmu itu sebesar apa sampai membuatku hampir melayang pada saat berusaha untuk menahanmu bertingkah ketika kau pingsan?"

Dia kemudian berjalan meninggalkanku dan mengacungkan jempolnya yang mengarah ke dua orang gadis yang sepertinya sedari tadi menungguku untuk sadar.

Mereka tentunya adalah Shigure dan Leena.

"Lebih baik kau mengurus kedua gadis yang kau buat khawatir terlebih dahulu sebelum melakukan hal lainnya."

Akhirnya Demias pun menghilang dari pandangan, meninggalkanku bersama Shigure dan Leena.

Aku merasa kalau tubuhku serasa begitu berat serta kelelahan, kedua hal ini adalah hal yang tidak normal.

Tubuhku sudah menembus batas kemampuan orang normal sehingga kekurangan stamina hanya akan bisa terjadi kalau aku benar-benar mendorong tubuhku sampai ke ujung batasnya, yang berarti mengharuskanku untuk melakukan berbagai aktivitas ekstrim seperti memburu monster selama berhari-hari tanpa istirahat cukup.

Hanya dengan kehilangan kesadaranku seperti tadi membuatku menjadi seperti saat ini?

Ada yang aneh tetapi aku sendiri tidak memiliki satu pun ide akan apa yang sebenarnya terjadi, akan kuingat kapan-kapan saja.

Sekarang aku harus mengurus Shigure dan Leena.

Seperti biasa aku memasang senyuman di wajahku lalu menghadap mereka berdua, walau kali ini senyumanku agak dipaksakan karena rasa kelelahan yang kualami tetapi setidaknya aku berhasil melakukannya.

"Ahahaha, wajah kalian berdua sudah mengatakan kalau kalian benar-benar khawatir lho."

"Sakaki!"

Kedua gadis itu secara tiba-tiba langsung mendekatiku sambil berusaha untuk memelukku namun apa yang terjadi adalah semacam perebutan untuk siapa yang bisa memeluk bagian tubuhku paling banyak, setidaknya itu adalah apa yang kurasakan walau tentunya perasaan kekhawatiran berada di balik semua ini.

Shigure nampak pucat, dia sepertinya sempat khawatir dengan apa yang akan terjadi kepadaku dengan teramat sangat.

Sementara Leena masih bisa mengendalikan tingkahnya tetapi sebagai gantinya dia sempat meneteskan air mata juga.

Uwah, rasanya aneh juga mendapatkan perlakuan semacam ini.

"Kami benar-benar khawatir kalau kau bisa kehilangan nyawamu!"

Ucap Shigure sambil menarik tanganku lalu memegang telapaknya, dia kemudian memegangnya dengan begitu erat sampai aku merasa akan agak susah melepaskan gengamannya itu.

"Leena tadi berkata kalau ada semacam kekuatan jahat yang berada di dalam tubuhmu sehingga aku mencoba untuk menggunakan sihir yang diajarkan oleh Demias-san di tempat secara berulang-ulang tapi syukurlah kau tidak apa-apa."

Kekuatan jahat?

Oh, berarti sihir yang digunakan oleh Shigure pastinya adalah [Purification].

Demias berarti adalah seseorang yang sudah mempelajari sihir itu sebelumnya lalu mengajarkannya kepada Shigure di tempat.

Aku sendiri langsung menoleh ke arah Leena.

Dia berusaha untuk mengusap air mata yang mengalir di matanya.

"Kekuatan jahat itu mirip dengan apa yang dimiliki oleh Skeleton Knight yang menyerang desaku tetapi dengan sihir milik Shigure akhirnya bisa dihilangkan tetapi… aku benar-benar khawatir!"

""Sakaki!""

Kedua orang tersebut sepertinya ingin menerjang tubuhku lalu memberikan sebuah pelukan erat tetapi aku yang sudah mengetahui ini semua langsung bangkit dari tempat dimana diriku tengah terlentang sambil melambaikan tanganku beberapa kali sebagai tanda untuk menenangkan mereka berdua.

"Tenang kalian berdua, sekarang aku kan tidak apa-apa jadi tolong ceritakan apa yang terjadi kepadaku."

Cerita dari Shigure dan Leena sebenarnya berjalan dengan cukup panjang tapi aku akan memberikan versi singkatnya saja.

Setelah mereka berdua mengobrol bersama dan mengakrabkan diri dengan satu sama lain, secara tiba-tiba aku terjatuh di atas lantai.

Semua orang yang ada di sana mengira aku tersandung atau apa tetapi Demias sendiri langsung mendekatiku untuk memastikan apa yang terjadi kepadaku.

Dia kemudian dengan cepat sadar kalau aku telah pingsan.

Di saat yang bersamaan datang orang suruhan dari Kerajaan yang ingin memberitahukan kalau hadiah dari tuan putri Lumia untuk diriku telah tiba atau lebih tepatnya disediakan.

Sebuah rumah yang terletak tak begitu jauh dari Adventure Guild.

Tanpa pikir panjang, semua orang langsung mengantarkanku ke rumah tersebut dan di sana untungnya sudah tersedia beberapa furnitur dan tempat tidur juga sudah tersedia.

Aku pun dibiarkan beristirahat di sana.

Sampai Leena kemudian menyadari keanehan yang ada di dalam tubuhku.

Selanjutnya sudah bisa kalian tebak sendiri.

Aku yang mendengar cerita itu sendiri hanya bisa tertawa pelan sambil menggaruk-garuk kepalaku sendiri.

"Cara yang begitu buruk untuk menandai acara kepindahan dari petualang yang pastinya akan sering tidur di penginapan menjadi seorang pemilik rumah."

"Ini bukan hal yang bisa ditertawakan!"

"Apa yang dikatakan oleh Shigure itu benar!"

"Iya, aku paham sekali kok kalau kalian khawatir. Tapi setelah semuanya bisa berjalan dengan lancar maka lebih baik tenangkan diri dulu."

Menenangkan dua orang gadis yang sudah benar-benar khawatir memang menyusahkan, aku jadi paham sedikit perasaan si Harem King alias Kaito yang bersama haremnya tengah tinggal di Istana.

Walau keadaan kami mungkin tidak sebaik mereka tetapi setidaknya kami sudah mendapatkan satu hal yang menandakan semacam kemajuan dari kehidupan kami sebagai petualang yang bahkan belum genap berjalan lima hari.

Sebuah tempat tinggal seperti rumah adalah tempat yang penting dan pastinya akan kugunakan sebaik mungkin.

Tetapi….

"Untuk sekarang tidak apa-apa kan kalau aku tidur lagi? Tubuhku terasa agak lelah, urusan lainnya akan kita bicarakan setelah aku bangun."

Akhirnya dengan kalimat yang kuucapkan, Shigure dan Leena setidaknya bisa menarik sedikit nafas lega karena pada dasarnya mereka sudah memastikan kalau keadaanku baik-baik saja.

Pada hari itu aku kembali beristirahat dan kali ini tidak ada mimpi buruk menyertai.