Suara gelak tawa yang cerita dan dipehuhi oleh kebahagian bisa terdengar di manapun selama aku berada di sekitar daerah pasar, lebih tepatnya di daerah pasar yang dipenuhi dengan berbagai kios makanan yang sudah siap hidang di tempat.
Aku sendiri hanya bisa menelan ludahku selama menyisir sekitar daerah kios tersebut karena terdapat banyak sekali makanan yang terlihat begitu enak serta terkesan sangat familiar namun ada juga berbagai makanan baru yang terlihat tak kalah enak dan memiliki bau yang sedap.
Di genggaman tanganku sudah ada ikan bakar yang memiliki wujud yang bisa dibilang unik, ikan ini memiliki tubuh yang tembus pandang, daging dalam dan berbagai organ miliknya bisa terlihat dengan jelas.
Ikan ini disebut sebagai ikan Seastrous dan sudah menjadi salah satu makanan unik yang berasal dari salah satu negara tetangga Astalfit dan sering dihidangkan pada saat acara minum-minum karena daripada digunakan sebagai makanan, olahan dari ikan Seastrous memiliki rasa gurih tetapi kebanyakan tidak terlalu dalam sehingga cocok untuk dimakan sebagai cemilan, apalagi ditambah ukuran ikan ini tidak terlalu besar dan sering disantap dalam jumlah banyak sehingga menguatkan posisinya sebagai salah satu makanan yang wajib dibawa pada saat minum-minum.
Ahem, setidaknya itu menurut pengetahuanku yang merupakan seorang peminum, aku sendiri bisa dengan yakin mengatakan kalau ikan ini terasa enak juga bagi mereka yang tidak minum.
Dengan ikan Seastrous bakar di tanganku, aku terus melanjutkan acara perjalanan kuliner kecil-kecilan dari Sakaki yang tentunya hanya bisa dinikmati oleh diriku seorang.
Kalau aku punya kesempatan untuk mengajak Shigure dan Leena ke sekitar daerah ini maka mungkin aku akan mengajak mereka untuk menikmati masakan yang ada.
Tentunya berdasarkan rekomendasi yang dibuat oleh Sakaki Hiyama yang tengah berusaha untuk mengurutkan makanan apa yang paling enak di sini dan wajib untuk dicoba.
Namun, aku benci mengakui ini, tetapi semua makanan yang sudah kucicipi sejauh ini amatlah enak dan menggugah selera makan, mereka membuatku seolah ingin memakan mereka lagi dalam jumlah yang besar.
Tentu saja aku menahan keinginan semacam itu karena aku ingin menikmati semua makanan! Menikmatinya dengan keadaan perut penuh bukanlah kenikmatan namanya, bahkan bisa dipanggil sebagai siksaan malahan yang teramat luar biasa.
Aku pergi dari satu kios ke kios lainnya.
"Oh selamat datang tuan, sepertinya Anda sedang asyik mengelilingi kawasan kios makanan! Penampilan anda unik sekali tetapi Anda mengenakan pakaian yang orang lama gunakan di sini, tapi anehnya aku sama sekali belum pernah melihat wajah anda."
Pada saat aku mendatangi salah satu kios, seorang pria bertubuh besar menyambutku sambil menepukkan tangannya yang memiliki ukuran, bisa ditebak, amat besar juga.
"Ahahaha, bisa dibilang kalau aku ini baru saja sampai di Steelfit setelah bertahun-tahun tidak mengunjunginya jadi wajar kalau wajahku kurang dikenal."
"Heee, seperti itu kah, biasanya kami mengingat wajah para orang yang terlihat benar-benar baru. Memangnya sudah berapa tahun Anda tidak ke mari?"
"Hmm, kira-kira sudah sekitar 7 tahun."
"Uwah, lama sekali. Ahh, tapi daripada membicarakan itu, apa yang anda ingin beli dari kios saya?"
Pria bertubuh besar tersebut di luar dugaanku memiliki cara bicara yang cukup formal, bahkan untuk ukuran sekedar menyambut tamu yang akan membeli makanan dari kiosnya tetapi aku sendiri bisa bilang kalau masih ada rasa 'bersahabat' yang dipancarkan dari pria ini.
"Boleh aku tahu kau menjual apa?"
"Apa yang kami jual adalah Ramen!"
"Ra-men?"
Secara tidak sengaja aku menjadi terbata pada saat mendengar ucapan dari sang pria bertubuh besar mengenai makanan yang dijualnya.
Ramen katanya?
Aku menjadi sedikit terkejut pada saat mendengarnya.
Bagaimana cara menggambarkannnya dengan menggunakan kata-kata… 7 tahun yang lalu makanan semacam Ramen dan hidangan khas Jepang lainnya adalah sesuatu yang tidak eksis di Astalfit menurut pengetahuanku, setidaknya sepanjang perjalananku sebelumnya aku tidak menemukan hal semacam itu.
Aku memang pernah mendengar adanya benua lain yang ada di Eos seperti benua yang berada di timur dan dengan mudah dipanggil hanya sebagai Benua Timur, tapi apakah budaya mereka menyerupai budaya oriental?
Jawabannya sepertinya adalah iya.
Aku bisa mengatakan hal ini setelah mengingat ruangan tempat dimana Leena berada pada saat dia diamankan di dalam Adventure Guild.
Dilihat dari manapun desain ruangan tersebut oriental dan dipenuhi berbagai ornamen juga yang meneriakkan hal yang sama.
"Tuan? Apakah ada yang salah?"
"Ah, tidak, hanya saja ini kali pertama aku mendengar makanan bernama 'Ramen' ini, darimana makanan ini berasal? Apakah dari luar Astalfit, mungkin juga dari luar benua?"
Di luar dugaanku aku mendapatkan bentuk respon yang benar-benar mengejutkan juga mengesalkan pada saat yang bersamaan.
Pria bertubuh besar tersebut tertawa keras lalu bertannya kepadaku sambil menggunakan nada bicara yang amat keras.
"Tuan, apakah anda benar-benar tidak tahu apa itu Ramen? Apakah anda tinggal di desa yang begitu jauh dari wilayah Ibukota dan sekitarnya?"
Jujur saja aku sudah berada di dalam kondisi kesal pada saat ini tetapi aku menahannya dan memasang wajah tersenyum terbaik yang dimiliki oleh tuan Sakaki yang sedang berdiri di depan pria besar tersebut supaya sama sekali tidak terlihat ada hawa pembunuh yang keluar dan ingin mencengkram pria tersebut.
"Sangat disayangkan tetapi aku belum pernah mendengarnya, tempat tinggalku memang benar-benar jauh dari tempat ini sebelumnya."
Tahan, Sakaki Hiyama.
Tahan keinginanmu untuk memukul orang ini sampai bersimbah darah.
Hal semacam itu bisa disamakan dengan tindakan kriminal lho.
Kau bisa masuk ke penjara bawah tanah lho.
Tahan pemikiran kalau orang ini secara sengaja berusaha untuk mempermalukanmu di tengah keramaian walau kebanyakan orang juga nampak tidak peduli dan lebih mementingkan aktivitas mereka masing-masing.
Benar.
Keberadaanmu itu tidak terlalu kentara, tapi emosimu saja yang menggebu-gebu.
Jadi tenangkan dirimu…
"Hei semua orang! Tuan ini tidak tahu apa itu Ramen lho!"
KENAPA KAU MALAH TERLIHAT SEPERTI SEMAKIN INGIN MEMBANGKITKAN AMARAHKU?!—dalam hati aku berteriak seperti itu, tetapi sama sekali tidak ada orang yang menoleh ke arah kami berdua dan semuanya melanjutkan aktivitasnya, hanya sebagian penjaga kios lain yang melihat ke arah kami dan tertawa, aku masih bisa menahannya kalau tingkatannya masih seperti ini.
Tapi sepertinya perkataan tersebut memang diarahkan kepada para penjaga kios lainnya….
Orang ini antara benar-benar sengaja cari perkara denganku atau memang kurang bisa jago membaca situasi, yang manapun juga itu benar-benar ingin membuatku menonjoknya hingga ia terjatuh ke atas tanah.
"Apa yang kami jual di sini adalah Ramen! Untuk saat ini kami masih menjualnya dalam satu rasa saja tapi biar kuberitahukan hal yang menarik, kami mengganti rasa sesuai dengan jam buka kami. Dari siang sampai sore kami menyediakan Ramen rasa Shoyu sedangkan dari sore sampai malam hari kami menjual Shio ramen! Untuk rasanya daripada aku harus menejelaskannya kepadamu lebih baik kau mencobanya sendiri saja, aku tidak ingin menghancurkan momen pertama seseorang dalam mencicipi ramen."
Aku yang mendengarkannya sedari tadi hanya bisa mengucapkan, "Ohhh."
Sama sekali tidak ada perasaan kekaguman yang dibuat sama sekali dari balik "Ohhh" itu karena pada dasarnya aku sudah tidak bisa memasang tingkah tenang lagi.
Kalau begitu rasa yang masih ada dan bisa dihidangkan adalah Shoyu Ramen ya…
Hmm… lebih baik mencobanya saja dulu untuk membandingkannya dengan yang asli.
Kuputuskan untuk memesan satu mangkok Ramen.
Si pria besar langsung mengacungkan jempolnya dengan penuh perasaan semangat yang bahkan sudah tidak bias kutanggapi dengan berbagai reaksi lagi.
"Apakah anda ingin makan di bagian kios dalam atau luar?"
Tanpa perlu mendengarkan penjelasan apapun darinya terlebih dahulu, karena aku sudah berada di ambang batasku tersendiri, aku memilih untuk memakannya di dalam saja.
"Baiklah silahkan masuk ke dalam! Hari masih awal sehingga tidak ada banyak orang sedang ada di sini!"
"Tidak banyak? Berarti ada tamu seawal ini?"
"Yah, kurang lebih. Dilihat dari seragam milik mereka maka aku simpulkan kalau mereka adalah anak-anak orang kaya dari Akademia yang baru saja pindah di Steelfit, mengingat gelagat mereka yang mengatakan kalau ini semua masihlah baru untuk mereka."
Geh… anak-anak orang kaya, ada kemungkinan besar mereka berasal dari keluarga Bangsawan kalau mereka adalah murid dari Akademia.
Akademia sendiri adalah sebutan untuk Akademi Gallantus yang berada di distrik dalam Steelfit, sebuah institusi pendidikan elit untuk berbagai murid dari berbagai daerah juga.
Mereka melatih anak-anak muda untuk menjadi seorang bangsawan, ksatria, penyihir, dan lain-lain, dengan kata lain mempersiapkan diri mereka semua untuk menghadapi masa depan walau pada kenyataannya sebenarnya tidak perlu untuk masuk ke dalam Akademi juga untuk mendapatkan karir yang mereka inginkan.
Hanya saja, orang yang masuk ke dalam Akademi biasanya adalah mereka yang mengincar posisi awal yang strategis pada saat mereka memasuki dunia pekerjaan.
Jadi… bisa dibilang tempat ini sama dengan Universitas dan Kuliah kalau dibandingkan dengan dunia sebelumnya.
Mendapatkan pekerjaan di sini sebenarnya mudah, namun pekerjaan dengan bayaran tinggi itu agak sulit, terutama untuk beberapa golongan orang seperti mereka yang memiliki ekonomi kelas menengah ke bawah atau ke bawah karena mereka sering tidak dipercaya dalam menangani suatu hal kecuali kemampuan milik mereka sudah dibuktikan terlebih dahulu.
Secara kebetulan aku sendiri tahu Akademia itu seperti apa karena pernah memasukinya sebagai pengunjung dan memahami sistem yang mereka terapkan di sana, setidaknya dalam jangka waktu 7 tahun tidak mungkin juga kan ada reformasi pendidikan, setidaknya aku berpikir demikian sehingga aku menganggap kalau sistem pendidikan mereka sama dengan yang sebelumnya.
Jadi pasti bagi orang-orang dengan kondisi yang sudah kusebutkan seperti di atas masih kesulitan untuk masuk ke dalam Akademia, dibutuhkan uang besar dan juga nama, walau faktor kedua terlihat remeh namun itu akan benar-benar menentukan hari-hari mereka menjalani kehidupan di Akademia.
Hanya saja ada satu hal yang menjadi masalah besar di sini.
Aku sendiri kurang suka dengan murid-murid di Akademia, penyebabnya adalah karena seorang gadis bangsawan yang pernah hampir menjeratku dengan menggunakan Slave Choker untuk membuatku menjadi budaknya, secara kebetulan dia adalah murid dari Akademia juga.
Rasanya aku pernah menyinggung soal hal ini sedikit sebelumnya tetapi aku juga sama sekali tidak memiliki niatan untuk membahasnya secara lengkap saat ini karena itu adalah trauma lama, sehingga maafkan aku bagi mereka yang menanti-nanti pembahasan untuk kejadian ini karena aku sendiri tidak ingin mengingatnya.
Setelah berpikir selama beberapa saat, akhirnya aku memutuskan untuk makan di bagian dalam setelah memberanikan diriku setelah beberapa kali melontarkan self-suggestion kepada diriku sendiri.
'Aku tidak memiliki masalah dengan mereka'—itulah sugesti yang kulontarkan kepada diriku secara berkali-kali.
Sampai akhirnya aku masuk ke dalam bagian dalam kios sambil memasang wajah paling biasa yang bisa kubuat, setidaknya aku sendiri yang merasa seperti itu, dan terus melangkah ke depan sampai akhirnya berhenti di sebuah meja.
Tanpa perlu banyak tingkah aku pun duduk dan berusaha untuk mengamat keadaan sekitarku.
Namun, belum juga satu menit berhasil kuhabiskan untuk melakukan pengamatan keadaan sekitar, sebuah suara yang sangat familiar namun seolah terdengar sudah amat lama semenjak terakhir kali aku mendengarnya bisa terdengar.
"Sakaki-san?"
Pada saat aku menoleh ke arah asal suara tersebut, dalam hatiku aku yang sudah terkejut karena ada orang yang bisa mengetahui namaku, aku sudah menyiapkan diri untuk kemungkinan terburuk.
"Ah, ternyata benar-benar Sakaki-san!"
Kemungkinan terburuk terjadi.
"Geh…."
"…."
Aku sangat mengenal suara dari para anak-anak yang tengah mengenakan seragam dari Akademia tersebut.
Mereka adalah Kaito dan Harem-nya.
Mereka duduk tepat di meja yang berada di sebelahku dan jarak di antara kami berdua hampir tidak ada sehingga bisa dibilang kami berada dalam satu meja juga.
Aku melirik ke arah Kaori, anggota Harem Kaito si Gak Peka yang pertama dan bisa terlihat kalau dia sedikit menundukkan kepalanya sebagai tanda memberikan salam kepada diriku yang jauh lebih tua daripada dirinya, tingkahnya benar-benar sopan jadi aku langsung membalas salamnya tersebut dengan agak canggung.
Kemudian aku mengalihkan pandanganku kepada anggota Harem Kaito si Gak Peka nomor dua.
'Jijik'—rasanya adalah arti dari pandangan mata yang diarahkannya kepadaku.
Aku yang menerimanya hanya bisa mengalihkan wajah dan tertawa pelan.
Kenapa aku bisa bertemu lagi dengan anak-anak ini lagi dalam waktu yang begitu singkat?
Bukankah dalam cerita biasanya event pertemuan dengan Pahlawan Legendaris lainnya terjadi agak sedikit ke belakang dan lebih lama?